Share

Labrak!!!

last update Huling Na-update: 2021-05-01 15:16:31

Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉

"Pembantu?" 

Mas Sa'dan kebingungan, mungkin dia merasa tak aman lagi untuk bisa menemui gundiknya. Aku sudah mengurus semuanya, bahkan tugas-tugasnya. Kini tinggal diri ini mengatur siasatku sendiri.  

"Aku tak sepolos yang kamu pikir, Mas," gumamku dalam hati. 

"Eum, iya, Mas. Kita pakai pembantu, ya. Biar bisa lebih banyak waktu buat Kaila dan Mama." 

Terpancar raut aneh dari wajah Mas Sa'dan. Namun dia mengalihkan dengan meraih roti dan mengoleskan coklat di atasnya. Pagi ini Aku berniat mulai menjalankan misiku sendiri. Tak enak juga jika Aku selalu harus melibatkan Dewi. 

"Oma... Oma... Aku ke sekolahnya bareng Oma, ya." 

"Oh, mau? Bareng Oma?" 

Kaila mengangguk riang. Oma mencuil hidung Kaila. Jangankan Oma, Aku pun tak kuasa ingin mencubit pipi cabinya jika sedang bermanja-manja. 

***

Posisiku berada di belakang mobil Mas Sa'dan. Untuk kali ini Aku harus lebih ekstra hati-hati dan lebih teliti. Kupakai kaca mata hitam dan masker. 

"Mas, ikuti mobil di depan itu, ya." 

"Baik, Mbak." 

Wanita itu keluar dan meraih lengan Mas Sa'dan dengan manja. Aku merasa geli melihatnya. 

"Jalan, Mas!"

Mobil itu menuju cafe, mungkin bukan hanya pagi ini mereka ke cafe tersebut, bahkan bisa jadi setiap pagi. Tempatnya tidak terlalu ramai dan cukup indah terhias bunga-bunga. 

"Mas, tunggu di sini sebentar, ya. Nanti saya bayar lebih." 

"Baik, Mbak." 

Aku pun turun dan mengikuti Mas Sa'dan beserta gundiknya. Amarah ini menggebu-gebu melihat hal itu, tapi biar saja dulu kuingin mengetahui lebih jauh. 

"Silakan duduk, Bidadariku." Gombalan itu yang meluncur dari lisan Mas Sa'dan sembari menarik kursi di depannya. Wanita itu tersenyum manja. Muak rasanya saat telinga ini mendengar kata-kata lebay tersebut. Sedang untukku, jangankan kata-kata seperti itu, Mas Sa'dan saja memanggilku dengan namaku.  

Aku menutup wajahku dengan majalah walau tanpa demikian, Mas Sa'dan tak mungkin curiga. Wajah ini sudah samar tertutup kaca mata hitam. 

"Sayang, kapan kamu mau ninggalin suamimu?" 

"Santai dong, Mas. Aku masih butuh duitnya, setelah itu baru aku akan meninggalkannya." 

"Kamu kan sudah dapat uang dari aku? Bahkan hampir setiap hari kamu ngajak shoping sudah aku penuhi, kan?" 

"Mas, tidak semudah itu aku meminta cerai dari suamiku. Kamu paham, kan?" 

"Yasudah, intinya kamu harus jaga hatimu untukku, ya. Hanya kamu di hatiku." 

"Bener? Istrimu?" 

Sudah sejak awal kupersiapkan camera perekam, semua pembicaraan mereka tidak akan bisa dielak lagi. 

"Halah, mungkin sebentar lagi aku akan menceraikannya. Aku tak lagi butuh dia, kan sudah ada kamu." 

"Oh, gitu, Mas?" sindirku dengan memberanikan diri menemui keduanya. 

"R-rena." 

Mas Sa'dan terbelalak mengetahui kehadiranku. Menoleh ke beberapa arah, bingung. Semua mata tertuju pada kami yang sama-sama berdiri. Wajahnya memerah. 

"Siapa, Mas?" tanya wanita itu. 

"Wanita ini? Kenapa wajahnya begitu mirip dengan Dewi?"gumamku pelan. 

Mas Sa'dan cuma menjawab dengan isyarat agar wanita itu diam dan tidak bertanya. Tentu dia terheran-heran. 

"E... e... Ren. Ngapain kamu di sini?" 

"Seharusnya Aku yang tanya kamu, Mas. Ngapain kamu di sini? Dan siapa wanita ini?" 

Mendegar nadaku meninggi wanita itu pun berdiri. 

"Heh, Mbak. Anda siapa? Berani-beraninya bentak-bentak calon suamiku?" 

"Oh, calon suami, ya, Mbak? Emang sudah tunangan sejak kapan? Mbaknya perawan tua atau gimana? Kok kayak sudah punya anak tiga?" 

Plak... 

"Jaga mulut kamu, ya." 

Aku memegang pipiku yang kurasa kini sudah merah akibat tamparan itu. Amarahku semakin membara. 

"Oh, Mbak nantang saya?" 

Plak... Plak... Plak... Kujambak rambutnya karena tanpa alasan jelas sudah berani menamparkan bahkan di tengah keramaian, dia berusaha keras lepas dari jambakanku. 

"Auw." Dia mengaduh. 

"Sakit?! Hah?!" 

Aku tak peduli semua mata tertuju padaku. Semakin merasa geram saat Mas Sa'dan bahkan tak sedikit pun membela atau menjelaskan siapa diriku. Kulepaskan jambakan itu, memberi kesempatan apa yang hendak ditukaskan kepada lelaki yang sangat dipujanya itu.  

"Mas! Kenapa kamu diam aja. Aku ditampar wanita gak jelas ini, tanyain kek, apa mau dia. Kali dia butuh uang buat bayar makanannya." 

Mendengar kata-katanya yang semakin ngelantur, Aku pun membuka dompetku. Mengeluarkan seisinya dan melempar ke arah muka wanita simpanan suamiku. 

"Uang? Nih, makan tuh uang. Uang saya tak berkekurangan. Saya rasa Anda yang sedang butuh uang, sampai rela merebut  suami orang dan memanfaatkan suami sendiri. Makan tuh uang." 

Dia melongo, mungkin baru sadar kalau aku istri Mas Sa'dan. Menatap tajam ke arahku. 

"Kenapa? Kaget?! Iya, Aku Rena, istri dari Sa'dan Adiguna, pemilik perusahaan Centra Jaya." 

"Mas! Benar apa yang dia katakan?" 

Mas Sa'dan hanya menatapnya dengan tanpa jawaban walau sepatah kata. 

"Jadi, kamu bilang kalau perusahaan itu milikmu, itu semua bohong, Mas?" 

Wanita itu mendorong Mas Sa'dan dan lari menghambur keluar. 

"Shell.... Shelly..." 

Sekarang Aku tahu, nama wanita itu Shelly. Sedikit merasa lega karena bisa memergoki Mas Sa'dan secara langsung. 

"Ren... Apa-apaan sih?!" 

"Apanya yang apa, Mas?" 

"Malu tau diliatin banyak orang." 

Mas Sa'dan berbisik dengan gigi dirapatkannya. 

"Ouh, malu? Jadi, kalau kamu selingkuh itu bukan perbuatan memalukan?" 

"Ren... Ren... Maafin Aku, ya. Aku khilaf." 

"Khilaf? Sudah ketahuan selingkuh kamu bilang khilaf, Mas?" 

"Lagian aku tidak aneh-aneh, kok. Cuma buat seneng-seneng aja." 

"Jadi, menurut kamu? Selingkuh itu baik asal tidak aneh-aneh? Aku jadi berfikir, gimana kalau Mama sampai tahu, gimana dengan penyakit jantungnya." 

"Ren... Ren... Jangan bilang Mama, ya. Pliss jangan bilang Mama. Aku janji gak akan kuulangi lagi, ya." 

"Satu lagi? Seneng-seneng kamu bilang? Aku ini istrimu, Mas. Apa gunanya Aku? Aku kurang apa, Mas?" 

"Ren... Iya, aku akui aku salah. Tapi-tapi... Aku khilaf, Ren. Dan aku sudah berjanji untuk tidak mengulangi lagi." 

"Sudahlah, Mas. Hatiku patah sepatah-patahnya, Mas. Entah bisa atau tidak aku memaafkan pengkhianatanmu." 

Aku pun memutuskan untuk segera pulang, Aku tidak mau menangis di depan Mas Sa'dan. Jika Aku menangis di depannya, bisa akan dengan mudah dia meremehkanku. 

"Ini belum seberapa, Mas. Hatiku terlanjur kau hancurkan, layaknya cermin yang pecah, sekalipun puannya berusaha menyatukan kembali, pasti tak akan sempurna lagi." 

Laju kencang mobil adalah pelampiasanku sekarang. Entah sudah hilang akal atau bagaimana. Cinta ini terlalu suci dan susah payah dijaga, tapi ternyata salah satu di antara kami justru berkhianat, dan telah merobek hati dengan keji. 

"Jika hati yang terluka, masih bisa dijahit, Mas. Tapi bagaimana jika kepercayaan yang pecah sanggupkah tuk dirajut kembali? Hatiku sakit, iya, terlampau sakit, Mas." 


Jangan lupa Like and Komennya, ya. Masih penulis pemula yang berusaha belajar dari kritik dan saran yang membangun. 😍😍🤩🤩


Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PENGKHIANATAN   Sa'dan Dalam Incaran Polisi

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Awas ya. Kutunggu kamu di taman. Kalau sampe jam sembilan kamu tidak datang, tamat riwayatmu.""Loh, Mas. Kenapa jadi merembet ke mana-mana?... Mas ..."Mas Sa'dan menutup sambungan dengan tiba-tiba tanpa permisi atau minimalnya kata penutup. Aku terheran-heran dengan tingkahnya akhir-akhir ini.Tok... tok... tok..Suara ketukan yang diikuti dengan salam terdengar begitu jelas karena rumahku sedang sedikit penghuni. Aku pun bergegas menuju arah pintu, tiba-tiba Bi Marni nyamber lari mendahuluiku untuk membukakan pint

  • PENGKHIANATAN   Sebuah Ungkapan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉Pagi yang sangat cerah, kicau burung memantul dari luar rumah. Kuseruput teh hangat dengan keadaan hati sangat merasa bahagia, aku merasa lebih suka kesendirian tanpa suami ini dari pada harus sakit karena di dua.Dret...[Ren, aku harap kamu tidak menerima pinangan siapapun jika ada yang menginginkanmu untuk menjadi istrinya.]Aku tersenyum membaca pesan dari Dokter Alfan. Entah apa alasannya mengirim pesan ini. Ingin sekali menanyakannya namun kehabisan kata-kata untuk menjawabnya."Aku harus jawab apa?""Ada apa, Ren? Kel

  • PENGKHIANATAN   Dokter Alfan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Mmm... Rendangnya enak, Ma. Rena suka." Mama memandangiku di meja makan dengan raut yang sangat sumringah. Tatapannya penuh dengan tatapan kasih sayang. Aku pun menoleh ke arah Kaila yang berada di sampingku. Kesukannya adalah makan dengan daging saja, untuk sayur dan semacamnya dia tak begitu menyukainya."Kaila mau coba?"Kaila hanya menggeleng-gelengkan kepala saat aku menyodorkan sendok untuk menyuapi rendang. Mama terkekeh melihat tingkah Kaila."Bi. Mau ke mana?" Tegurku saat melihat Bi Marni mau ke belakang setelah menyiapkan

  • PENGKHIANATAN   Pembalasan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Ren! Kamu bakalan bahagia kalau sama aku, percaya deh. Gak akan kesepian, kantor pasti ada yang urus. Lebih-lebuh Kaila ..." celoteh Mas Sa'dan."Cukup, Mas!" gertakku menghentikannya. Atas dasar apa dia jadi sepintar ini dalam merangkai puisi-puisi bisu seperti ini. Kata-kata itu membuat panas telingaku. Sampah serapah tak berguna."Kenapa aku harus berhenti? Ucapanku buat kamu juga senang, bukan? Bukannya ini yang kamu inginkan? Kita rujuk dan akhirnya kita hidup bersama, Kaila bahagia kita pun bahagia. Kita buatkan adik untuk dia."

  • PENGKHIANATAN   Mantan Suami Keterlaluan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Ma."Tak kuasa rasanya memanggil wanita di hadapanku dengan rasa panggilan berbeda. Biasanya aku memanggil sebagai mertua, namun sekarang mendadak beralih status menjadi orang tua kandung. Iya, ibu yang sudah melahirkanku. Memang kami terpisah sehingga Mama tak bisa memantau perkembanganku hingga dewasa, namun Mama selalu ada di hatiku. Bahkan pasti ada di hati ayah.

  • PENGKHIANATAN   Rujuk dan Rahasia

    Tok tok tokSuara pintu diketut dengan ucapan salam yang menyusul. Diketuk tiga kali dengan suara yang semakin keras."Wa'alaikumussalam, iya, sebentar."Aku tidak bisa begitu mengenali suara siapa karena sambil berjalan dari lantai dua rumahku. Menuruni tangga walau sudah biasa bagiku namun aku perlu keseimbangan. Tanggaku tidak tersedia pembatas bagian pinggir sehingga harus benar-benat fokus."Siapa ..."Laki-laki itu tersenyum dengan menyodorkan bunga. Apa maksudnya? Aku tak mempunyai gairah untuk menerima bunga itu. Padahal bunga anggrek adalah bunga uang sangat kusukai sebelum bunga mawar."Ada apa kamu datang ke sini?"Selama kami menjadi pasangan suami istri tidak pernah sekalipun Mas Sa'dan memberikan bunga. Lantas kenapa sekarang dia datang dengan begitu percaya diri bahwa aku akan menerima bunga darinya."Ren! Aku ingin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status