Share

2. Kelicikan Yujie

Permainan, kata yang disebut Yujie saat ingin mendapat kesenangan. Matanya masih menatap rakus pada sosok wanita di sana. Menelisik tiap jengkal tubuh langsing itu. Seolah matanya bisa menilai apa yang dia lihat walau dari jauh.

Seraya meneguk minumannya, Yujie memikirkan hal yang akan dia lakukan. "Pria seperti apa yang dia mau?" Paras wanita itu cukup cantik, wajar jika dia berselera tinggi. "Cihh, sombong!"

"Kurang tau, wanita itu terlalu rumit," jawab Bob.

Sudut bibir kiri Yujie terangkat. Permainan baru akan segera ia mulai. "Menarik, dia akan jadi milikku malam ini. Berikan aku seperti biasa."

Bob mengangguk, lalu tersenyum kecil. Pria itu sangat tau apa yang akan Yujie lakukan. Lalu Bob menyerahkan botol kecil yang berisi bubuk putih.

Setelah meminum seteguk, kaki Yujie mulai melangkah, menghampiri wanita itu. Tak ketinggalan, dia membawa gelas wiski miliknya.

Wanita pemilih tidak ayal sebuah pajangan berdebu di sudut ruangan, itu yang ada dalam pikiran Yujie. Bermodal polesan lipstik merah di bibir dan bedak sama sekali tidak akan membuatnya tertarik terkecuali ada keuntungan yang akan dia dapatkan.

"Aku heran untuk apa seorang wanita datang ke sini tapi tidak bersenang-senang," ujar Yujie. Tanpa menunggu persetujuan sang pemilik ia mendaratkan bokongnya di samping wanita itu.

Wanita berambut lurus bergelombang memindai Yujie dari atas sampai bawah. Tak ada yang terlewat meski setitik debu di bahu Yujie, entah benar debu atau ketombe yang jatuh. Ah sial, membayangkan saja sudah mengocok perutnya.

"Dan ada urusannya dengan Anda, Tuan?"

Jika dilihat lagi sosok pria di hadapannya. Kebanyakan wanita akan langsung terpesona dengan wajah tampan tersebut, termasuk dirinya. Namun, wanita itu tak ingin tertarik dengan pria manapun. Dia ingin menikmati kesendirian saat ini. Akan tetapi, dia berpikir sekali lagi, sendiri sangat membosankan.

"Tidak, tidak ada." Yujie mengibaskan tangan pelan. "Hanya sayang sekali kalau wanita secantik dirimu malah menutup diri di sini," sambungnya.

Wanita itu hanya berdecak, mengangkat segelas wiski lalu meminumnya hingga tandas. Namun, bagi Yujie itu akan mempermudah keinginannya.

"Wow, kau sangat pemberani, Nona. Tak kusangka wanita yang terlihat anggun bisa sangat … menantang." Yujie sengaja menekan kalimat akhirnya dengan seringaian yang khas.

"Ini hanya segelas wiski, siapa pun bisa meminumnya sampai habis! Apa kau tinggal di hutan selama ini!" tukas sang wanita sarkat. Masih terlihat enggan untuk menanggapi.

Gelak tawa ringan keluar dari bibir Yujie, perempuan berjiwa lelaki itu mencondongkan tubuh ke arah wanita. "Mau bagaimana lagi, selama ini hidupku suram. Tapi sekarang, aku menemukan lenteraku." Sorot matanya begitu hangat saat menatap wanita di depannya.

Wanita tersebut mengernyit, dia membalas tatapan Yujie penuh selidik. Mencari kunci jawaban atas ucapan Yujie yang terkesan ambigu. "Apa maksudmu?"

"Hahaha, tidak ada. Mau bertaruh denganku? Jika kau menang aku akan menjadi pelayanmu. Tapi kalau kau kalah, kau harus mengikuti keinginanku." Yujie menaik turunkan alisnya.

Sejenak tak ada suara dari keduanya, kecuali iringan musik DJ serta gelak tawa dari para manusia setengah waras yang kehilangan kesadaran akibat alkohol.

"Deal." Mereka berjabat tangan.

"Dasar wanita bodoh, kau pikir mudah melawanku," guman Yujie dalam hati.

Lihat saja saat wanita itu lengah dia akan melakukan trik yang selalu dia gunakan untuk menggaet wanita. Jahatkah dia? Tentu saja, karena dia Yujie. Seorang yang licik.

"Biar aku yang tuangkan untukmu, Nona. Anggap saja rasa hormatku." Yujie merebut sebotol wiski dari tangan wanita itu.

Mereka saling beradu pandang, Yujie tetap dengan ekspresinya datar, tak terbaca. Sementara sang wanita tersenyum penuh keyakinan, jika dia mampu mengalahkan Yujie. Keduanya tampaknya tak akan menyerah hingga salah satu dari mereka tumbang.

Mereka berdua masih menikmati seteguk demi teguk wiski. Obrolan ringan mengalir begitu saja, terutama sang wanita—derai tawanya terdengar ringan seakan beban di dadanya perlahan menguap.

Tiba-tiba saja di tengah perbincangan ringan, sang wanita mendadak muntah. Mengeluarkan semua cairan yang masuk ke dalam perutnya. "Oh, shit!" rutuknya kesal.

"Hahaha, kau kalah, Nona. Sayang sekali." Yujie memasang wajah menyesal padahal dalam hati ia bersorak kegirangan.

"Aku akan ambilkan kau air putih. Diam dan tunggu aku di sini, oke!" Yujie berlari kecil ke tempat Bob, dia meminta segelas air. "Mari kita nikmati permainan sesungguhnya, Baby," gumamnya sambil memasukan bubuk putih tak berbau ke dalam air. Dia menyeringai sebelum meninggalkan meja bar.

Bob hanya bisa geleng-geleng kepala. Yujie sungguhlah pria nakal yang bertingkah sesuka hatinya. Private room di sini seakan menjadi saksi bisu banyaknya kelicikan Yujie bersama para wanita yang ditipunya.

Wanita asing tersebut bersandar lemas pada kursi, pening di kepalanya semakin terasa berdenyut dengan hentakan musik yang mulai menggebu. "Sial, seharusnya aku tak melakukan hal gila ini!" makinya.

Yujie menyodorkan segelas air, tetapi wanita itu tak mengindahkannya. Dia terus saja memijit pelipisnya. "Aku tidak mau minum, lelaki sepertimu pasti menaruh sesuatu di dalam air tersebut."

"What? Kau menuduhku. Kau benar-benar gila, Nona! Aku berusaha berbaik hati memberi air ini!" Sial sekali, baru pertama kali dalam misinya untuk menggaet wanita cantik kini terancam gagal.

Wanita tersebut melirik Yujie, rasa ragu memenuhi dadanya. Parno akan kejadian tempo dulu yang sudah menghancurkan harga diri. Namun, melihat dari sisi lain, dia juga merasa butuh segelas air dari Yujie. "Kemarikan!"

Yujie memutar bola matanya malas, berpura-pura kesal sambil menyerahkan segelas air. "Lain kali jangan terlalu curiga pada orang, Nona. Itu tidak baik."

"Hemm."

***

Saat ini, Yujie maupun si wanita telah berada di private room bar tersebut. Wanita yang tanpa dia kenali namanya, telah terikat kedua pergelangan tangan pada tali. Yujie memang tidak pernah mau mengenal siapa wanita yang dia jerat. Dia akan membuat wanita-wanita itu menjauh dari dirinya. Jika mereka tidak ada yang mau menjauh, Yujie yang akan menjauh. Mencari kesenangan di tempat yang berbeda adalah kebiasaannya.

Tubuh si wanita terlihat menggeliat di atas ranjang. Matanya merah, menatap nanar pada Yujie yang berada di hadapannya. Wajahnya pun memerah, tubuhnya terasa sangat panas. Mulutnya yang terbuka serta mengeluarkan suara erotis, mampu menggetarkan hasrat lelaki yang mendengarkan.

"Tolong aku … panas!"

Tali yang mengikat tangan wanita itu, bergerak seiring gerakan tubuhnya yang meliuk-liuk. Kakinya mencoba menggapai Yujie, terus berusaha agar segera disentuh.

"Sabarlah, Sayang. Aku pasti akan memuaskanmu," ucap Yujie dengan seringai yang menjijikkan.

"Kau … sentuh aku!" Wanita itu telah memohon berkali-kali. "Cepatlah!" Suaranya telah di ujung tenggorokan, nyaris terdengar berbisik. Dia mendesah merasakan gejolak yang kian menyakitinya. Jika tidak dituntaskan segera, akan menyebabkan kerusakan pada tubuhnya.

Yujie yang masih berdiri memandangi si wanita. Tersenyum menikmati bagaimana wanita itu terlihat tersiksa karena ulahnya. Obat yang tadi dimasukkan ke dalam minuman. Mampu membuat reaksi yang luar biasa, bahkan bisa berhalusinasi.

"Wanita yang jatuh ke tanganku, akan berakhir menyakitkan!" Seringai Yujie tampak menakutkan.

"Siapa namamu tampan, berikan cintamu padaku malam ini, please!"

"Kamu tidak perlu tau siapa aku, nikmati saja malam ini, Baby."

"Baiklah, setidaknya kamu harus tau aku. Aku Marta, namaku Marta … sebutkanlah namaku dalam permainan kita."

"Baiklah, Marta … kamu sudah siap? Tunggulah sebentar lagi."

"Sayang, aku sudah tidak tahan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status