Part 13"Mas, jawab! Kenapa kamu nggak mau pulang hah? Kenapa? Apa kamu sudah bosan sama aku? Iya?" teriak Mia dengan nada kasar sembari kedua matanya melotot lebar ke arahku. Tangannya berkacak pinggang dan wajahnya terlihat merah menahan emosi.Aku mencibirkan bibir dengan sebal. Dasar munafik! Sudah ketahuan, masih saja ngeles pura pura tak tahu kesalahan diri! Batinku kesal.Masih terbayang bagaimana dengan nakalnya ia mengajak pria di sampingnya kemarin membeli alat pengaman untuk enak-enak haram mereka. Suami mana yang tidak sakit hati dan jengkel kalau tahu istrinya begituan sama laki laki lain?Sudah cukup rasanya aku menjadi budak cinta-nya selama ini hingga aku nyaris menafikan semuanya demi dirinya. Tetapi bukan kesetiaan yang kudapatkan darinya melainkan pengkhianatan yang menjijikkan. Menyesal rasanya sudah menikahi Mia dan mengorbankan perasaan anak-anak serta Anita demi bisa hidup bersamanya. Menyesal rasanya sudah membiarkan raga ini dicekam lelah menjadi tukang parki
Part 14Usai Mia pergi dengan membawa amarahnya, aku pun membalikkan tubuhku hendak menuju ke rumah Anita kembali. Aku memutuskan batal pergi.Namun, begitu aku membalikkan badan, pandanganku pun langsung bertemu dengan pandangan Anita yang sedang menatapku dengan tatapan tenang tetapi menghukum.Tapi aku sadar, semua ini tentu saja akibat dari kesalahanku sendiri yang telah berbuat zolim pada diriku sendiri di mana aku pantas dihukum untuk itu. Andai aku tak terpengaruh godaan teman-teman yang mengatakan indahnya bila bisa beristri dua seperti lagu Ahmad Dhani yang pernah populer itu, tentu aku tak perlu mengalami nasib buruk seperti sekarang ini. Dikhianati istri mudaku sendiri, dan sekarang harus kebingungan memikirkan nasib rumah tanggaku bersama istri pertama.Sekarang semua sudah terjadi. Apapun konsekuensinya, perceraian dengan Mia memang sudah tak mungkin dihindarkan lagi. Tak mungkin kugadaikan harga diri demi mempertahankan rumah tangga yang sudah dinodai oleh perselingkuha
Part 15Aku menerima surat panggilan dari kepolisian itu dengan hati gelisah. Rasa khawatir, takut sekaligus marah pada Mia membuatku uring-uringan sendiri. Aku merasa sangat kacau.Ingin rasanya saat ini juga menyambangi kediaman Mia dan menanyakan langsung alasannya mengapa ia tega mengadukan perlakuanku yang tak seberapa itu pada pihak berwajib. Tapi kalau itu kulakukan, mungkin kami akan kembali terlibat pertengkaran dan entah apa yang akan terjadi padaku dan juga Mia nantinya.Hanya sebuah tamparan biasa yang tak akan mungkin membuat dia terluka serius, tetapi entah kenapa telah membuat Mia tanpa basa-basi lagi mengadukanku pada aparat yang berwajib. Benar-benar sialan perempuan itu rupanya!"Ada apa, Hen? Ada masalah lagi? Kok wajah kamu pucat gitu?" tanya Ibu tiba-tiba dari balik sekat pembatas ruang tengah menuju depan dengan tatapan penuh tanya.Sejak pertengkaran antara aku dan Mia di depan teras rumahku dan Anita kemarin, aku memang pindah mengungsi ke rumah Ibu yang berjar
Part 16"Gimana, Hen? Mau Mia mencabut laporannya?" tanya Ibu saat aku kembali ke rumah.Aku menghembuskan nafas lalu menggelengkan kepalaku."Belum tahu, Bu. Cuma aku udah bilang kalau dia nggak mau mencabut laporannya, maka Hendri nggak akan segan segan bikin perhitungan sama dia, Bu. Sudah bikin Hendri malu karena selingkuh sama laki laki lain, eh sekarang malah laporin Hendri ke polisi segala. Kesal lah, Bu Hendri jadinya ...!" jawabku sembari menghempaskan tubuhku ke sofa."Terus nanti bagaimana? Kalau laporan nggak dicabut, tetap berjalan ... artinya kamu akan berurusan dengan polisi dong, Hen? Gimana status ASN kamu kalau kamu benar benar diperiksa polisi, Hen?""Ibu kok takut kamu dipecat ya? Soalnya ASN kan nggak boleh terkena kasus pidana ya?" tanya Ibu kembali."Nggak tahu, Bu. Semoga aja Mia bersedia mencabut kembali laporannya. Tapi kalau tidak mau, ya gimana lagi, Bu ... mungkin Hendri bakalan masuk penjara. Tapi Hendri akan coba minta bantuan sama aparat nanti, Bu, siap
Part 17"Dengan ini hakim menjatuhkan hukuman enam bulan penjara dipotong masa tahanan. Tok! Tok! Tok!" Hakim mengetuk palu yang menandakan dijatuhkannya hukuman penjara atasku.Aku sedikit bernafas lega karena setelah pembelaan diri yang aku lakukan, hakim akhirnya menjatuhkan hukuman selama enam bulan penjara untukku. Memang perbuatanku yang sudah menikah lagi tanpa izin dari atasan membuat sebagian anggota majelis hakim tidak simpatik dan ingin aku dipenjara lebih lama, tetapi berkat permintaan maaf dan perasaan bersalah yang aku kemukakan dan pembelaan diri yang aku ajukan dengan mengatakan kalau rasanya wajar aku menampar Mia karena geram dan sakit hati dia berhubungan dengan laki laki lain padahal dia adalah istri siri ku, syukurlah masa hukumanku menjadi tidak terlalu lama.Ada pun setelah mempertimbangkan baik dan buruknya, enggan membuat ibu menderita lebih banyak lagi, maka aku pun tak jadi menggunakan uang Ibu untuk meminta tolong oknum dan menyerahkan semuanya pada pros
Part 18"Apa, Hen? Kamu dipanggil atasan? Apa kamu bakalan dipecat, Hen? Ya, Tuhan ... begini sekali nasib kamu hiks ... hiks ...." Ibu meraup muka yang dibanjiri air mata.Tampak raut kecewa dan sedih yang mendalam dalam raut wajah wanita paruh baya di depanku itu.Aku menghembuskan nafas berat. Ya, aku tak bisa menyalahkan beliau yang tentu saja merasa kecewa dan sedih putra satu satunya ini jadi kacau begini jalan hidupnya.Setelah bercerai dari Anita dan terpaksa jauh dari anak anak, aku harus masuk penjara. Dan sekarang hukuman disiplin PNS pun sudah menunggu di depan mata.Berat. Berat sekali yang harus aku hadapi. Tapi semua harus aku jalani. Ini sudah resiko atas perbuatan yang telah aku lakukan. "Gimana lagi, Bu. Doakan saja Hendri bisa sabar menghadapi semua ini dan bisa mempertahankan status ASN yang Hendri sandang ya, Bu," jawabku meski dengan perasaan tak yakin.Rasanya tak akan mungkin bisa aku pertahankan lagi status pekerjaanku ini sebab nama burukku sudah tersohor di
Part 19Aku menghentikan langkah di depan rumah yang sangat aku kenal.Kemarin kemarin, aku masih sering datang ke sini setiap kali lebaran tiba atau pun saat mengantar Anita menjenguk ke dua orang tuanya.Tapi sejak aku menikah lagi dengan Mia, dan setelah itu harus berurusan dengan penjara dan akhirnya digugat cerai oleh istri pertamaku itu, aku tak lagi sempat menginjakkan kaki di rumah ini.Begitu aku tiba di halaman depan rumah mantan mertuaku ini, aku bisa melihat sebuah warung kecil yang sepertinya baru saja di bangun di depan halaman rumah. Warung itu menjual ayam geprek dengan brand di depannya 'Ayam Geprek si Kembar '.Hmm ... apa mungkin, ini adalah usaha baru mantan istriku itu yang sekarang harus menghidupi kedua buah hati kami seorang diri ya?Melihat itu, ada rasa iba mencuat di sudut hatiku. Anita harus kerja keras sampai harus jualan ayam geprek begini hanya demi menyambung hidup supaya mereka tak kelaparan? Kasihan sekali.Hmm ... andai kuberi dia uang untuk membiay
Part 20"Gimana Hen? Anita bersedia nggak bantuin kamu?" tanya Ibu saat aku pulang ke rumah.Aku menghembuskan nafas lalu menggelengkan kepala dengan kasar."Nggak mau katanya, Bu! Dasar sombong dia sekarang! Nyesel aku datang ke rumah dia kalau tahu begini, Bu! Dimintai tolong dikit aja sok takut dosa segala!" Aku mendengkus kesal mengingat penolakan Anita barusan.Ya. Baru jualan ayam geprek sedikit aja udah sombong minta ampun mantan istriku itu. Gimana kalau jualan yang lain dan sukses? Mungkin nggak mau kenal aku lagi. Gitu itu kalau biasa nganggur terus tiba tiba sekarang bisa cari uang sendiri, belagu minta ampun! Awas saja nanti kalau gantian dia yang butuh bantuan dariku, aku juga pasti akan jual mahal seperti yang dia lakukan padaku barusan! Batinku penuh dendam di dalam hati."Hmm ... apa perlu Ibu yang ngomong? Siapa tahu kalau Ibu yang ngomong, Anita akan luluh hatinya, Hen? Bagaimana pun juga kalau kamu tetap bekerja, Dea dan Deo pasti bisa terurus hidupnya. Tapi kamu j