Share

Bab 5

Part 5

 

 

"Din, kamu bisa bantu nggak? Aku butuh kerja sampingan nih. Gaji dari kantor nggak cukup lagi buat biaya hidup, jadi aku butuh job tambahan buat nambah pendapatan? Kamu bisa bantu nggak?" ujarku pada Dino, rekan satu kantor yang kutahu punya kerja sampingan sebagai juru parkir liar di malam hari di sebuah mall yang cukup besar di kota ini.

 

 

Dino sering bercerita kalau dari job sampingannya itu lumayan bisa menambah pemasukan keluarga supaya tak kesulitan lagi. Karenanya aku ingin minta bantuan sahabatku itu agar bisa ikut menjadi juru parkir juga di tempat ia bekerja untuk bisa membiayai hidupku dan Mia.

 

 

"Lho, tumben nggak cukup? Biasanya kan cukup, Hen?" Dino menyeruput gelas kopinya lalu menatapku dengan pandangan tak percaya.

 

 

Sahabatku itu lalu meneruskan ucapannya. 

 

 

"Apa karena sekarang makmum kamu bertambah ya, makanya gaji bulanan nggak cukup lagi?" imbuhnya sembari menyeringai lebar.

 

 

Aku tersenyum kecut mendengar ucapannya. Sejujurnya harus aku akui kalau yang Dino katakan itu memang benar adanya. Tapi demi menutupi rasa malu, aku pun menggelengkan kepalaku.

 

 

"Nggak juga sih. Cuma sekarang kan kebutuhan ekonomi serba mahal, Din. Aku kasihan aja lihat Anita pusing mengatur uang belanja. Apalagi sekarang ada Mia yang juga harus aku nafkahi. Jadi mau nggak mau, aku harus cari tambahan dengan mencari job sampingan, Din."

 

 

"Ada nggak? Kalau ada bagi bagi dong. Aku juga butuh tambahan penghasilan nih!" sambungku lagi.

 

 

Dino kembali menyeringai lebar.

 

 

"Anita apa Mia? Hayo, ngaku aja!! Belum nikah lagi, belum sibuk kamu cari job sampingan soalnya, Bro!" ujar Dino sambil tertawa lebar.

 

 

Kali ini mau tak mau aku menganggukkan kepalaku. Dengan Dino, aku memang tak bisa berbohong dan menutup nutupi yang sebenarnya terjadi.

 

 

"Kamu benar, Din. Mia minta uang belanja yang nggak sedikit, sementara Anita keberatan uang belanja dibagi dua, jadi terpaksa aku cari job sampingan supaya nggak terjadi keributan. Ayo, Din. Bantuin aku dong!" ucapku sambil menghela nafas gundah.

 

 

Dino memang sahabat dekat tempat aku biasa bercerita apa adanya, jadi untuk bicara jujur dan apa adanya seperti saat ini rasanya aku tak ragu lagi. Dengannya tak ada hal yang harus aku tutup tutupi.

 

 

Dino tersenyum sembari menatapku.

 

 

"Kalau kamu memang mau cari job tambahan, ada kok. Tapi ya sama kek aku, jadi juru parkir liar. Mau nggak? Soalnya cari kerjaan sampingan juga susah, Bro. Adanya ini."

 

 

"Kalau mau, nanti aku bilang sama bos biar kamu diizinkan buat gabung. Gimana?" jawabnya sembari menatapku prihatin.

 

 

Mungkin dia tahu kalau aku sudah terdesak ekonomi sehingga terpaksa mencari job  sampingan seperti ini, padahal biasanya aku ogah dan tak tertarik banting tulang lagi setelah capek di kantor seharian hanya demi mencari tambahan uang belanja.

 

 

Itu terjadi karena selama ini Anita memang tak banyak menuntut. Berapa pun nafkah yang aku berikan itu yang dia terima, tak banyak protes. Kecuali sekarang saat uang belanjanya harus dibagi dua. Karena uang segitu terus terang memang minim dan jauh dari cukup untuk biaya hidup kami berempat.

 

 

Mendengar tawaran Dino, tanpa pikir panjang dan ba bi bu lagi, aku pun langsung mengangguk setuju dengan wajah sumringah.

 

 

Ya, tentu saja aku bersedia sebab aku tahu cuma ini pekerjaan sampingan yang bisa dilakukan part time sepulang dari kantor.

 

 

Aku harus tahu diri. Masih untung Dino bersedia membantuku mencari pekerjaan sampingan seperti ini, kalau tidak, bagaimana aku bisa memenuhi keinginan Mia yang minta kebutuhan hidupnya dicukupi dengan baik?

 

 

Dari pada ribut terus dan bikin suasana jadi tak enak, lebih baik aku kerja keras lagi demi semuanya bisa tercukupi.

 

 

Aku berharap setelah ini, maka rumah tanggaku bersama dia istriku ini akan berlangsung dengan damai, aman, sentosa dan terkendali.

 

 

Semoga harapanku ini menjadi kenyataan. Aamiin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status