Share

Bab 4

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2023-01-09 20:48:03

Part 4

 

 

"Kok cuma segini, Pa?" Anita menatap uang sebesar satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah yang kuberikan sebagai jatah belanja bulan ini padanya.

 

 

Biasanya gajiku yang hanya sebesar empat juta rupiah itu memang kuserahkan utuh padanya, hanya dipotong uang bensin dan makan siang di kantor saja sebesar lima ratus ribu rupiah.

 

 

Namun, sejak menikah dengan Mia, otomatis jatah belanja yang kuberikan pada Anita harus dikurangi. Jadi mau tak mau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah ini harus cukup dialokasikan Anita buat kebutuhan hidup keluarga kami selama satu bulan.

 

 

"Kan Papa harus kasih Mia uang belanja juga, Ma. Makanya Papa cuma bisa kasih segitu. Dihemat-hemat saja biar cukup," ucapku dengan perasaan tak enak. Tapi mau gimana lagi, tak mungkin aku mengabaikan permintaan Mia kemarin, karena dia sekarang sudah jadi istriku juga.

 

 

"Iya, Mama tahu. Tapi harusnya Papa kan bisa adil. Mama harus mencukupi kebutuhan semua orang di rumah ini, termasuk Papa yang setiap hari pulang makan ke rumah. Masa Papa cuma kasih satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah. Gimana Mama bisa memenuhi kebutuhan dapur dan keluarga kita dengan uang segitu, Pa?" Anita menatapku dengan pandangan penuh protes. Namun, aku hanya diam.

 

 

"Makanya dari awal Mama sudah mengingatkan soal uang belanja. Nanti kalau nikah lagi pasti Papa kerepotan soal memberi nafkah. Tapi Papa kekeh bilang Mia nggak nuntut uang belanja. Papa tahu itu nggak mungkin, kan? Sekarang saja dia hampir menguasai semua uang gaji Papa. Terus kami mau makan apa kalau cuma segitu yang bisa Papa kasih? Sementara kita nggak ada sumber keuangan lain kecuali dari gaji Papa. Harusnya kalau mau adil, Papa hitung dulu kebutuhan di rumah ini, baru memberi jatah belanja Mia. Toh, dia hidup sendiri, belum punya anak. Belum punya banyak kebutuhan. Nggak seperti mama yang harus memikirkan kebutuhan kita berempat setiap bulan, Pa," protes Anita lagi dengan ekspresi tak senang.

 

 

Mendengar ucapannya itu aku hanya mampu menghembuskan nafas dengan perasaan gundah.

 

 

Anita benar. Sejujurnya aku juga tak menginginkan semua ini terjadi. Tapi mau bagaimana lagi? Mia sekarang sudah jadi istriku dan mau tak mau aku juga harus memenuhi kebutuhannya dan memberinya nafkah seperti aku memberi Anita belanja bulanan, meski jujur, penghasilanku rupanya tak cukup untuk itu.

 

 

Aku tak menyangka bila Mia, janda tanpa anak yang aku pikir mandiri secara finansial karena dia sudah punya rumah sendiri, kendaraan sendiri dan selama ini tak terlihat kekurangan apa apa, ternyata akan menuntut nafkah yang sama bila aku peristri.

 

 

Kalau tahu begini, mungkin aku tak akan menikahinya secepat ini atau minimal sebelum menikah, terang terangan membuat perjanjian di atas kertas kalau aku tak akan dan tak bisa memberinya nafkah full karena gajiku yang kecil.

 

 

"Maafkan Papa, Ma. Tapi kamu juga nggak bisa beranggapan begitu, dong Ma. Walau pun Mia hidup sendiri dan belum punya anak, tapi dia kan juga punya kebutuhan sehari hari yang sudah menjadi kewajiban Papa untuk memenuhinya karena sekarang dia sudah jadi istri Papa."

 

 

"Jadi supaya adil, uang gaji Papa dibagi dua ya? Maksudnya yang biasanya untuk mama tiga juta lima ratus ribu rupiah, sekarang dibagi dua jadi satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah buat kamu dan buat Mia. Ya, Ma?" ujarku.

 

 

"Nggak bisa gitu, dong Pa. Nggak akan cukup uang segini buat makan kita berempat. Apalagi kebutuhan pokok sekarang serba mahal. Please deh Pa, jangan aku dan anak-anak yang jadi korban dengan adanya Papa menikah lagi. Dari awal kan Mama udah bilang, Mama nggak mau jatah belanja rumah ini dipangkas karena Papa nikah lagi. Kalau cuma dikurangi satu juta sih masih bisalah ditolerir, tapi kalau sudah fifty fifty ya jelas nggak mungkin. Atau solusinya Papa terpaksa cari sampingan lain aja, Pa. Narik Grab atau apa gitu, supaya keuangan kita bisa mencukupi," usul Anita dengan wajah tak enak.

 

 

Melihat itu aku hanya mampu menelan ludah yang terasa menyesak dan pahit di tenggorokan. Ah, ternyata rumit juga urusan punya istri muda ini. Awalnya yang terbayang di benak cuma ena ena aja rupanya urusan dapur akhirnya jadi masalah juga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
TRD Simulator Game
laki" bodoh. 1 aj istri gk bakalan habis msh minta nambah 1 lg. wkwkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
wkwk gaji cuma 4 jt istri dua ,dasar sinthing......
goodnovel comment avatar
Sitihasanah Titi
Rasain emang enak punya istri dua, gaji pas2an aja blagu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 25 (ENDING)

    Part 25POV Hendri."Insya Allah bisa, Mas. Nanti aku kasih tahu anak anak supaya siap siap ikut ya, Mas," jawab Anita sebelum akhirnya Pak Himawan tersenyum ceria dan gegas memintaku memasukkan nasi ayam geprek di tangannya padaku.Dengan gerakan tak bersemangat dan hati diliputi api amarah, aku mengambil kantong plastik besar berisikan nasi di tangan Pak Himawan lalu segera memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Tentu saja dengan tetap menundukkan kepala dalam dalam saat harus mendekat ke arah Anita yang masih saja tersenyum senyum ceria dan membuatku sebal tak alang kepalang.Kalau tak ingat aku harus tetap pura pura tak kenal dan menyembunyikan identitas diriku darinya, ingin rasanya kucengkeram kerah baju mantan istriku itu dan meneriakkan di telinganya betapa aku tak akan sedikit pun rela melepaskan dirinya untuk laki laki lain.Tapi karena aku sadar, aku harus tetep diam supaya semua rencana ini tak gagal, akhirnya aku pun hanya bisa menekan api amarah dan rasa cemburu sekuat ten

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 24

    Part 24POV Hendri."Pak Hendri, kita ke jalan Delima ya. Saya mau ambil pesanan nasi ayam di rumah temen saya, untuk makan siang seluruh karyawan hari ini," ujar Pak Himawan saat aku tiba dan memulai hari pertamaku bekerja padanya.Mendengar nama jalan itu disebut, sejenak aku menatap kaget. Jalan Delima? Hmm ... Di situ kan kediaman orang tua Anita di mana saat ini mantan istri yang amat aku rindukan itu juga tinggal di sana?Ah, kebetulan sekali kalau begitu. Siapa tahu tanpa sengaja aku bisa bertemu dengannya. Jadi aku bisa pamer dan menunjukkan padanya kalau sekarang aku sudah punya pekerjaan baru yang cukup menjanjikan setelah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS sebab sekarang aku bekerja pada seorang pengusaha sukses seperti Pak Himawan. Mana tahu lama lama dari seorang sopir pribadi, aku bisa diangkat menjadi karyawan tetap perusahaan dengan posisi lumayan tinggi mengingat Pak Hima konon bukan orang yang pelit dan perhitungan.Dengan begitu Anita pasti tak akan meren

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 23

    Part 23POV Hendri"Din, carikan aku kerjaan dong. Kamu kan tahu aku sekarang pengangguran. Aku nggak punya teman lain yang bisa aku mintain tolong selain kamu, Din. Tolong dong carikan aku pekerjaan. Tapi kalau bisa jangan jadi tukang parkir lagi ya karena aku butuh kerjaan yang lebih baik, lebih enak, nggak bikin capek, dan nggak harus kerja keras banting tulang kayak jadi tukang parkir, Din. Tapi duitnya juga banyak.""Kamu pasti bisa bantu mencarikan kan, Din? Please ... kamu biasanya banyak informasi. Tolongin, Din, kasih tahu aku kalau ada lowongan pekerjaan yang bisa aku masukin. Aku butuh banget ini," ujarku memohon pada Dino yang tengah duduk di kantin sarapan pagi.Barusan aku memang menghubunginya, menanyakan keberadaannya dan Dino mengatakan kalau dirinya tengah berada di kantin yang berada tak jauh dari kantornya ini sehingga aku pun langsung meluncur menuju ke sini.Mendengar perkataanku, Dino menghentikan suapan soto ayam dari mulutnya lalu menatapku."Apa? Kamu ingin c

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 22

    Part 22"Nah, Anita ... ini anak Ibu. Namanya Himawan. Hima ... ini Anita. Yang punya usaha ayam geprek super enak yang sering Ibu beli. Katanya kamu penasaran waktu Ibu bilang namanya Anita. Nih, kamu kenalan sendiri ya," ujar Bu Sovia memperkenalkan kami.Seketika aku pun terkejut sangat. Begitu pun laki laki itu. Laki laki yang masih aku ingat betul saat menjawab pertanyaan dewan juri ketika kami diutus mewakili sekolah untuk mengikuti lomba. Suara yang penuh wibawa dan kecerdasan. Mas Himawan Wicaksono."Anita? Ternyata benar kamu Anita yang dulu sering bareng Mas diutus sekolah untuk ikut lomba ya. Tadinya Mas mikir, jangan jangan Anita itu kamu. Ternyata bener. Dugaan Mas nggak salah. Anita itu adik kelas Mas yang dulu jago masak, makanya dulu kamu juga sering juara pas lomba masak kan, Nita? Pantes sekarang juga jago bikin usaha ayam geprek yang rasanya mantul luar biasa. Selamat ya ...," ucap Mas Hima dengan nada ramah sehingga ketegangan dan kekakuan yang sesaat tadi melanda

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 21

    Part 21"Om Farhan? Hore ... Om jemput kita ya, Om? Emang Mama lagi ke mana, Om? Katanya Mama yang mau jemput kita?" tanya anak anak dengan gembiranya saat melihat kemunculan laki laki itu."Mama kalian sedang ada pesanan ayam, jadi minta tolong Om buat jemput kalian. Ayok kita pulang sekarang. Habis ini Om mau dinas lagi soalnya. Kalau mau jalan bareng sama Om lagi besok, ya. Hari ini Om lagi cukup sibuk soalnya," kata laki laki berseragam aparat tersebut dengan akrab pada anak anak.Aku memicingkan mata dengan heran melihat kedekatan Dea dan Deo dengan pria itu. Siapa ya? Apa masih keluarga Anita atau bagaimana? Aku tak kenal soalnya. Sebab selama ini jujur aku memang kurang dekat dengan keluarga besar mantan istriku itu. Yang aku tahu, Anita berasal dari keluarga sederhana. Itu sebabnya aku enggan dekat dekat dengan keluarga mereka karena takut dipinjami uang atau pun dimintai tolong sesuatu.Jadi meski aku lumayan sering mengantar Anita pulang ke rumah orang tuanya, tapi aku jaran

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 20

    Part 20"Gimana Hen? Anita bersedia nggak bantuin kamu?" tanya Ibu saat aku pulang ke rumah.Aku menghembuskan nafas lalu menggelengkan kepala dengan kasar."Nggak mau katanya, Bu! Dasar sombong dia sekarang! Nyesel aku datang ke rumah dia kalau tahu begini, Bu! Dimintai tolong dikit aja sok takut dosa segala!" Aku mendengkus kesal mengingat penolakan Anita barusan.Ya. Baru jualan ayam geprek sedikit aja udah sombong minta ampun mantan istriku itu. Gimana kalau jualan yang lain dan sukses? Mungkin nggak mau kenal aku lagi. Gitu itu kalau biasa nganggur terus tiba tiba sekarang bisa cari uang sendiri, belagu minta ampun! Awas saja nanti kalau gantian dia yang butuh bantuan dariku, aku juga pasti akan jual mahal seperti yang dia lakukan padaku barusan! Batinku penuh dendam di dalam hati."Hmm ... apa perlu Ibu yang ngomong? Siapa tahu kalau Ibu yang ngomong, Anita akan luluh hatinya, Hen? Bagaimana pun juga kalau kamu tetap bekerja, Dea dan Deo pasti bisa terurus hidupnya. Tapi kamu j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status