Share

Bab 6

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2023-01-09 20:51:17

Part 6

 

 

Aku menatap Dea dan Deo, ke dua buah hatiku yang sedang menyelesaikan sarapan pagi mereka dengan hati bertanya tanya.

 

 

Sudah dua minggu ini, sejak aku menikah lagi, kulihat duo bocah itu bersikap diam seolah tak mengindahkan keberadaanku di rumah ini. 

 

 

Setiap kali bertemu atau berpapasan, mereka selalu buang muka dan diam seribu basa. Lama lama aku jadi tak enak sendiri melihatnya.

 

 

Apa jangan jangan mereka menyimpan kekesalan atau kemarahan padaku ya? Tapi kalau iya kenapa? Tak urung hatiku diliputi tanda tanya.

 

 

"Dea, Deo, kalian kenapa sih? Papa perhatikan dari kemarin kok diam aja sama Papa? Ada apa?" tanyaku saat aku kembali bertemu dua bocah itu dengan pandangan tertuju penuh ke arah mereka.

 

 

Mendengar pertanyaan dariku, Dea dan Deo hanya bergeming. Jemari mereka terlihat lesu mengaduk aduk nasi di piring tanpa semangat. Ah, ada apa sebenarnya yang terjadi pada diri mereka? Batinku bertanya tanya.

 

 

"Dea? Deo? Jawab ... ! Kalian kenapa sih diam aja sama Papa? Kalian marah sama Papa? Kesal sama Papa? Tapi kalau iya, kenapa?" Aku kembali mengulang pertanyaan. Kali ini dengan nada suara sedikit meninggi.

 

 

Namun, duo bocah kembar tidak identik berusia sepuluh tahun itu masih diam seribu bahasa. Tak peduli pada perkataanku.

 

 

"Mereka katanya malu, Mas. Di sekolah diejek temannya Papanya nikah lagi katanya." Anita tiba-tiba muncul di belakangku dan mewakili Dea Deo menjawab pertanyaanku.

 

 

Mendengar ucapan Anita itu, spontan aku menyapu kembali wajah duo kembar di depanku dan baru menyadari wajah mereka yang terlihat menyimpan kesedihan.

 

 

Seketika aku merasa tersentil. Ah, apa perbuatan ku menikah kembali dengan Mia benar-benar telah menyakiti perasaan anak anak?

 

 

Tapi tidak! Mereka hanya anak anak yang tak akan paham kenapa aku memutuskan menikah kembali dengan Mia. 

 

 

Mereka cuma anak-anak yang sama sekali tidak mengerti urusan orang dewasa. Tidak mungkin bukan aku terus terang mengemukakan alasan sebenarnya mengapa aku sampai menikah lagi dan menduakan mama mereka dengan Mia? 

 

 

Aku tahu apa yang aku lakukan ini adalah halal dan wajar. Bukan sesuatu yang dilarang oleh agama. 

 

 

Memang aku sudah melanggar ketentuan peraturan kepegawaian yang melarang seorang pegawai negeri sipil beristri dua. Akan tetapi kalau Anita tak lapor ke atasan dan ke badan kepegawaian daerah, semua ini pasti tak akan terbongkar dan aman aman saja.

 

 

Jadi sekali lagi, aku yakin, apa yang aku lakukan ini tidaklah salah. Mereka saja yang tidak mengerti dan Anita yang tidak mampu memberikan pemahaman pada anak-anak bahwa apa pun yang dilakukan oleh orang tuanya, mereka tak berhak protes apalagi menyalahkan, sehingga sikap mereka jadi seperti ini.

 

 

"Kenapa harus malu? Papa menikah lagi 'kan sah di mata agama? Jadi kenapa harus malu? Yang malu itu kalau Papa kalian berzina di luaran, terus ketahuan orang-orang dan jadi heboh. Boleh kalian malu punya Papa begitu!"

 

 

"Lha ini Papa nikah baik baik! Atas izin mama lagi, kok kalian malah malu? Aneh ...!" Aku mendengkus tak suka pada anak anak yang aku anggap tak lagi patuh pada orang tuanya.

 

 

"Tapi kenapa Papa harus menikah lagi? Apa sih kekurangan Mama di mata Papa? Mama itu nggak pernah membantah perintah Papa, selalu mengerjakan semua yang Papa suruh! Pekerjaan rumah Mama kerjakan sendirian. Mama capek ngurus kita, tapi Papa malah nikah lagi. Sama Tante Mia pula! Jujur, aku malu dan benci sama Papa, tahu!" Dea, kembar yang duluan lahir, tak kusangka membuka suaranya dengan nada keras sembari tatapannya menyapu wajahku dengan nada tak suka yang kentara.

 

 

Mendengar ucapan putriku itu, aku mencebik kesal.

 

 

"Lho, emangnya kenapa kalau Papa nikah lagi? Itu hak Papa, kok! Kalian anak kecil nggak tahu apa apa! Jadi sebaiknya kalian diam saja dan nggak usah banyak protes!"

 

 

"Anita, coba ajarin anak anak supaya patuh dan nggak melawan orang tua! Apa sih kerjamu sehingga mereka jadi begini?" hardikku pada Anita karena menurutku salahnya yang tak bisa memberikan pengertian dan pemahaman pada anak anak bahwa apapun yang dilakukan oleh orang tuanya, mereka tak boleh protes, marah atau pun bersikap kurang ajar seperti ini.

 

 

Anak kecil kok mau mengatur orang tuanya! Mana bisa! Aku bersikeras di dalam hati.

 

 

"Apa Papa nggak tahu kalau Tante Mia itu suka jalan sama om om, Pa? Dea sering kok lihat Tante Mia naik mobil sama om-om yang jemput dia ke rumahnya! Tante Mia itu nggak pantas Papa nikahi! Tante Mia itu nggak pantas merebut Papa dari Mama! Papa tahu nggak itu!" seru Dea lagi dengan marah.

 

 

Deg! Sesaat jantungku berdetak kencang mendengar perkataan putriku itu. Mia sering jalan dengan om om? Yang benar saja!

 

 

Meski perempuan itu mulai membuatku pusing kepala dengan permintaannya soal uang belanja, tapi aku tak percaya kalau dia seperti yang dikatakan Dea barusan, suka jalan dengan om om.

 

 

Tidak! Mia bukan wanita seperti itu. Aku yakin Dea bilang begini, karena tak suka saja, aku menikah lagi dan berbagi hati dengan wanita lain selain mamanya.

 

 

Itu membuatku serta merta mengibaskan tangan sembari menyangkal perkataan Dea dengan nada tak kalah marah.

 

 

"Dea, lancang kamu! Kecil-kecil sudah berani fitnah dan melawan orang tua! Dengar, apa pun yang Papa lakukan di luaran kalian tidak berhak mengatur atau melarang! Oke!"

 

 

"Satu hal lagi, jangan pernah menyebut Tante Mia dengan perkataan yang tidak-tidak, karena Papa nggak percaya itu! Papa tentu saja lebih percaya pada Tante Mia karena dia istri Papa!"

 

 

"Jadi sudah ya, kalau kalian tidak suka Papa ada dan tinggal di rumah ini, lebih baik Papa pergi sekarang juga!  Kalian tinggal saja dengan Mama kalian karena kalian sudah benar-benar nggak bisa lagi menghargai Papa!" hardikku dengan marah sambil bangkit dengan kasar menuju pintu keluar.

 

 

Tak kupedulikan panggilan Anita yang memintaku untuk sabar dan menjelaskan semuanya dengan baik-baik pada anak-anak karena aku sudah terlanjur marah. 

 

 

Ya, aku marah karena anak anak setali tiga uang dengan Anita yang mulai protes karena aku menikah lagi dengan Mia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
anita apa segitu bodonya, g pernah mikirin perasaan anak kayak suaminya. cuman bisa ngebabu apa gunanya juga. laporkan aja suami mu yg.keras kepala itu
goodnovel comment avatar
indiarti indiarti
kak, saya sudah bayar kenapa kok belum di buka kuncinya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 25 (ENDING)

    Part 25POV Hendri."Insya Allah bisa, Mas. Nanti aku kasih tahu anak anak supaya siap siap ikut ya, Mas," jawab Anita sebelum akhirnya Pak Himawan tersenyum ceria dan gegas memintaku memasukkan nasi ayam geprek di tangannya padaku.Dengan gerakan tak bersemangat dan hati diliputi api amarah, aku mengambil kantong plastik besar berisikan nasi di tangan Pak Himawan lalu segera memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Tentu saja dengan tetap menundukkan kepala dalam dalam saat harus mendekat ke arah Anita yang masih saja tersenyum senyum ceria dan membuatku sebal tak alang kepalang.Kalau tak ingat aku harus tetap pura pura tak kenal dan menyembunyikan identitas diriku darinya, ingin rasanya kucengkeram kerah baju mantan istriku itu dan meneriakkan di telinganya betapa aku tak akan sedikit pun rela melepaskan dirinya untuk laki laki lain.Tapi karena aku sadar, aku harus tetep diam supaya semua rencana ini tak gagal, akhirnya aku pun hanya bisa menekan api amarah dan rasa cemburu sekuat ten

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 24

    Part 24POV Hendri."Pak Hendri, kita ke jalan Delima ya. Saya mau ambil pesanan nasi ayam di rumah temen saya, untuk makan siang seluruh karyawan hari ini," ujar Pak Himawan saat aku tiba dan memulai hari pertamaku bekerja padanya.Mendengar nama jalan itu disebut, sejenak aku menatap kaget. Jalan Delima? Hmm ... Di situ kan kediaman orang tua Anita di mana saat ini mantan istri yang amat aku rindukan itu juga tinggal di sana?Ah, kebetulan sekali kalau begitu. Siapa tahu tanpa sengaja aku bisa bertemu dengannya. Jadi aku bisa pamer dan menunjukkan padanya kalau sekarang aku sudah punya pekerjaan baru yang cukup menjanjikan setelah diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS sebab sekarang aku bekerja pada seorang pengusaha sukses seperti Pak Himawan. Mana tahu lama lama dari seorang sopir pribadi, aku bisa diangkat menjadi karyawan tetap perusahaan dengan posisi lumayan tinggi mengingat Pak Hima konon bukan orang yang pelit dan perhitungan.Dengan begitu Anita pasti tak akan meren

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 23

    Part 23POV Hendri"Din, carikan aku kerjaan dong. Kamu kan tahu aku sekarang pengangguran. Aku nggak punya teman lain yang bisa aku mintain tolong selain kamu, Din. Tolong dong carikan aku pekerjaan. Tapi kalau bisa jangan jadi tukang parkir lagi ya karena aku butuh kerjaan yang lebih baik, lebih enak, nggak bikin capek, dan nggak harus kerja keras banting tulang kayak jadi tukang parkir, Din. Tapi duitnya juga banyak.""Kamu pasti bisa bantu mencarikan kan, Din? Please ... kamu biasanya banyak informasi. Tolongin, Din, kasih tahu aku kalau ada lowongan pekerjaan yang bisa aku masukin. Aku butuh banget ini," ujarku memohon pada Dino yang tengah duduk di kantin sarapan pagi.Barusan aku memang menghubunginya, menanyakan keberadaannya dan Dino mengatakan kalau dirinya tengah berada di kantin yang berada tak jauh dari kantornya ini sehingga aku pun langsung meluncur menuju ke sini.Mendengar perkataanku, Dino menghentikan suapan soto ayam dari mulutnya lalu menatapku."Apa? Kamu ingin c

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 22

    Part 22"Nah, Anita ... ini anak Ibu. Namanya Himawan. Hima ... ini Anita. Yang punya usaha ayam geprek super enak yang sering Ibu beli. Katanya kamu penasaran waktu Ibu bilang namanya Anita. Nih, kamu kenalan sendiri ya," ujar Bu Sovia memperkenalkan kami.Seketika aku pun terkejut sangat. Begitu pun laki laki itu. Laki laki yang masih aku ingat betul saat menjawab pertanyaan dewan juri ketika kami diutus mewakili sekolah untuk mengikuti lomba. Suara yang penuh wibawa dan kecerdasan. Mas Himawan Wicaksono."Anita? Ternyata benar kamu Anita yang dulu sering bareng Mas diutus sekolah untuk ikut lomba ya. Tadinya Mas mikir, jangan jangan Anita itu kamu. Ternyata bener. Dugaan Mas nggak salah. Anita itu adik kelas Mas yang dulu jago masak, makanya dulu kamu juga sering juara pas lomba masak kan, Nita? Pantes sekarang juga jago bikin usaha ayam geprek yang rasanya mantul luar biasa. Selamat ya ...," ucap Mas Hima dengan nada ramah sehingga ketegangan dan kekakuan yang sesaat tadi melanda

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 21

    Part 21"Om Farhan? Hore ... Om jemput kita ya, Om? Emang Mama lagi ke mana, Om? Katanya Mama yang mau jemput kita?" tanya anak anak dengan gembiranya saat melihat kemunculan laki laki itu."Mama kalian sedang ada pesanan ayam, jadi minta tolong Om buat jemput kalian. Ayok kita pulang sekarang. Habis ini Om mau dinas lagi soalnya. Kalau mau jalan bareng sama Om lagi besok, ya. Hari ini Om lagi cukup sibuk soalnya," kata laki laki berseragam aparat tersebut dengan akrab pada anak anak.Aku memicingkan mata dengan heran melihat kedekatan Dea dan Deo dengan pria itu. Siapa ya? Apa masih keluarga Anita atau bagaimana? Aku tak kenal soalnya. Sebab selama ini jujur aku memang kurang dekat dengan keluarga besar mantan istriku itu. Yang aku tahu, Anita berasal dari keluarga sederhana. Itu sebabnya aku enggan dekat dekat dengan keluarga mereka karena takut dipinjami uang atau pun dimintai tolong sesuatu.Jadi meski aku lumayan sering mengantar Anita pulang ke rumah orang tuanya, tapi aku jaran

  • PENYESALANKU SETELAH MENIKAH LAGI    Bab 20

    Part 20"Gimana Hen? Anita bersedia nggak bantuin kamu?" tanya Ibu saat aku pulang ke rumah.Aku menghembuskan nafas lalu menggelengkan kepala dengan kasar."Nggak mau katanya, Bu! Dasar sombong dia sekarang! Nyesel aku datang ke rumah dia kalau tahu begini, Bu! Dimintai tolong dikit aja sok takut dosa segala!" Aku mendengkus kesal mengingat penolakan Anita barusan.Ya. Baru jualan ayam geprek sedikit aja udah sombong minta ampun mantan istriku itu. Gimana kalau jualan yang lain dan sukses? Mungkin nggak mau kenal aku lagi. Gitu itu kalau biasa nganggur terus tiba tiba sekarang bisa cari uang sendiri, belagu minta ampun! Awas saja nanti kalau gantian dia yang butuh bantuan dariku, aku juga pasti akan jual mahal seperti yang dia lakukan padaku barusan! Batinku penuh dendam di dalam hati."Hmm ... apa perlu Ibu yang ngomong? Siapa tahu kalau Ibu yang ngomong, Anita akan luluh hatinya, Hen? Bagaimana pun juga kalau kamu tetap bekerja, Dea dan Deo pasti bisa terurus hidupnya. Tapi kamu j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status