Beranda / Urban / PERJAKA MENIKAHI JANDA / Jangan Panggil Aku Bocah Cilik(bocil)

Share

PERJAKA MENIKAHI JANDA
PERJAKA MENIKAHI JANDA
Penulis: Erwin Fathar

Jangan Panggil Aku Bocah Cilik(bocil)

Penulis: Erwin Fathar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-07 18:52:44

Assalammualaikum, hai ... Status kamu janda, ya."

 

Aku bertanya pada seorang wanita cantik, melihat profilnya tertulis -menjanda/menduda- aku benar-benar mengaguminya. Menunggu balasan darinya lama sekali.

 

"Coba deh, aku komentari di berandanya."

 

 

Aku klik foto profilnya dan terlihat berandanya, scrol lagi ke bawah dan melihat-lihat isi berandanya, aku membaca status yang disertai gambar fotonya, aku ikut bergabung dengan banyaknya Lelaki yang berkomentar juga di situ.

 

"Aku sudah inbox, apa boleh mengenal kamu dengan serius," tanyaku di kolom komentar.

 

Komentarku dibalasnya.

 

 

"Bocil mau ngapain inbox?" Balasnya dikomentar.

 

"Aku serius mau berkenalan," jawabku.

 

"Aduh bocil ngeri juga ini, udah pulang, cuci kaki, tidur sana," sahutnya pedas.

 

 

"Aku gak main-main, beneran. Jangan lihat dari bocilnya, aku serius dan siap nikah," cetusku.

 

 

"Aku ini Janda, anakku banyak, emangnya mau dan sanggup," ujarnya terus membalas.

 

"Mau dan sanggup dong, asal kamu juga sayang sama aku," celotehku membalas lagi.

 

"Ya ampun bocil ini, gegayaan ih, beneran? Buktinya apa!" Balasannya bertanya.

 

 

"Kamu maunya apa? Makanya inboxku balas," aku mengiakannya.

 

 

"Ok, aku balas inboxnya Cil, kalau tong kosong! Lihat saja nanti, aku viralin kamu dengan caption Bocil Modus.

 

 

"Kalau aku benar, gimana?" Tanyaku masih dalam kolom komentarnya yang di lihat banyak Lelaki yang komen.

 

"Ya kalau memang bisa buktikan sudah pasti akan pertimbangkan kamu, berarti kamu tidak main-main," tegasnya.

 

"Ya udah lanjut inbox."

 

 

Walaupun aku dibilang bocil tetap saja aku tidak menyerah, entah kenapa aku bisa mengagumi kecantikannya, padahal banyak gadis yang dekat denganku sebagai teman. Biar perjaka begini, aku telah bekerja dan sudah memiliki rumah sendiri.

 

Tapi ... Apakah orang tuaku akan merestuinya, ya? Semoga saja. Pokoknya aku sangat ingin mengenalnya lebih jauh lagi.

 

Aku harus bisa bertemunya secara langsung, melihatnya langsung atau melalui video call terlebih dahulu, untuk memastikan apa memang benar secantik foto profilnya.

 

 

Yakin pasti wanita itu sebenarnya baik, mungkin karena banyaknya Lelaki yang menggoda dan main-main dengannya, membuatnya menjadi jutek.

 

Ini yang dinamakan janda semakin terdepan kali, ya.

 

"Kok belum dibalas juga pesan inboxku."

 

Coba aku diamkan saja dulu deh, semoga nanti akan dibalasnya. Difoto profilku sendiri memang jelas terlihat sekali wajahku yang sangat muda, pantas saja dia bilang aku bocil, memang begitu kenyataannya, hahaa.Tapikan umurku sudah mendekati 24 tahun. Apakah pantas sebutan bocil untukku, sudah boleh dong usia 24 menikah.

 

Lama menunggu aku melanjutkan lagi pekerjaanku yaitu berjualan, aku seorang pengusaha kuliner. 

 

 

****

 

Cling ....

 

Pesan masuk ponselku. Kebetulan sedang santai bermain game, notifasi muncul dan terlihat, nama yang aku nanti-nantikan balasan pesannya. Segera aku hentikan dan membuka pesan itu.

 

 

"Waalaikum salam, bocil! Memangnya umur kamu berapa, pekerjaan apa? Nama kamu siapa?" 

 

Aku tersenyum membacanya, masih saja aku disebutnya bocil.

 

"Aku umur 24 tahun, pekerjaan pengusaha kuliner, namaku Farhan, kalau kamu umur berapa dan lokasi di mana," aku menjawab dengan senang.

 

"Hah! 24 tahun. Aku umur 36 loh, anakku 3, nama aku Nisa. Kamu yakin? Mamah kamu umur berapa? Nanti seumuran lagi denganku, gak lucu kan, heee. Rumahku di Bogor," balasannya lengkap.

 

 

"Oh, Bogor ya. Kalau Ibu aku sih umur 45-an, terus aku harus membuktikan apa? Serius aku mau kenal lebih jauh lagi, bisa aku telepon video call, supaya sama-sama tahu" pintaku.

 

 

"Boleh, coba kamu isikan pulsaku 50 ribu, kalau memang kamu benar serius, sudah lihat akunku, apakah masih belum jelas profilku, di sana banyak foto-fotoku juga," cetusnya dalam pesan.

 

 

"Ya biar jelas video call, ya sudah, aku kirimkan pulsa nanti," aku mengiakan permintaannya.

 

 

"Hayaa ... Paling juga menghilang! Nanti, ya sudah aku tunggu jika memang benar, ini nomor handphoneku 0813xxxxxxxxx," balasannya meremehkan.

 

 

"Serius, nanti aku kirim, aku lanjut kerja dulu," ada pembeli, jadi aku menghentikan chating itu.

 

 

"Oke, aku tunggu."

 

 

Setelah melayani pembeli, aku masih penasaran dan melihat lagi semua foto-foto di akun sosial medianya itu. Semua foto aku cermati dengan teliti secara perlahan aku memperhatikan satu persatu hingga selesai.

 

 

"Iya, akunnya asli dan semua foto serta histori kemungkinan benar, sebentar lagi aku akan mengirimkannya pulsa, andai dia bohong ya sudah, tidak masalah. Cuma 50 ribu ini," gumamku dalam hati.

 

 

Aku berjalan ke luar kiosku.

 

"Mas keluar dulu, ya, sebentar."

 

Menitipkan usahaku pada satu orang karyawanku, langkahku menuju konter pulsa yang tidak jauh dari kiosku.

 

 

"Permisi, Mba ... Pulsa yang 50 ribu, dong," ungkapku pada penjual pulsa.

 

 

"Eh, Bos. Ke nomor biasa atau lain lagi, tulis saja nomornya, Bos," jawabnya menyodorkan buku dan pulpen.

 

 

"Nomor lain, Mbak," aku menulis nomor Nisa.

 

"Sudah masuk, Bos," celotehnya.

 

Aku sudah membayarnya dan sembari jalan kembali ke kios, aku mengirim pesan kepada Nisa melalui aplikasi hijauku.

 

"Nisa, ini aku Farhan yang tadi inbox kamu bilang bocil, pulsanya sudah masuk apa belum? Aku sudah kirim barusan," pesanku terkirim.

 

 

Tidak lama kemudian pesanku dibalasnya.

 

 

"Beneran kamu sudah kirim? Sebentar aku chek dulu," balasannya dengan tanda emot tersenyum.

 

 

"Iya, coba cek saja."

 

Aku masuk kembali ke kios sambil menunggunya membalas pesanku lagi.

 

 

"Iya Farhan, pulsanya sudah masuk, terima kasih ya, iklash gak nih, kalau gak iklash aku balikin lagi, terus kamu mau telepon video call kapan?" Sepertinya dia sudah tidak memanggil bocil lagi.

 

"Ya kapan aja boleh, kamu bisanya kapan."

 

"Ya sudah sekarang saja kalau kamu mau," ajak Nisa.

 

"Sebentar."

 

Aku merapihkan dulu rambutku dan mencuci muka sebentar supaya terlihat lebih segar, karena aku kan dari pagi sudah stay berjualan.

 

Kemudian setelah siap aku menekan tombol hijau panggilan video call.

 

 

Tut ... Tut ... Tut ...."

 

Panggilan terhubung.

 

"Assalammualaikum," sapa salamku teleponku dijawabnya dan aku melihatnya.

 

"Waalaikum salam," jawab Nisa.

 

'Lagi apa Nis, oh itu anak kamu, ya," tanyaku, melihat wajah aslinya memakai jilbab dan anaknya menggelayut di pundaknya.

 

"Ini lagi nemenin anak-anak, maaf ya aku panggil kamu bocil saat pertama kenal, hee," Nisa tersenyum menambah aku jatuh hati melihat wajahnya.

 

 

"Ya Nis, gak masalah kok, nah! Sekarang sudah melihat aku dan aku sudah melihat kamu, benar kamu cantik Nis, aku jatuh hati beneran," ungkapku dengan jujur.

 

 

"Hiks, sudah jatuh hati saja kamu, ya sudah nanti sambung lagi, ankku gak bisa diam, chat aja, ya," jawabnya ingin menyudahi.

 

"Ya sudah chat aja Nis, Assalammualaikum," aku mengiakan.

 

"Waalaikum salam." 

 

Panggilan telepon selesai, aku masih mengingat wajah cantiknya, sepertinya Nisa tidak terlihat jika sudah berumur 36 tahun. Ah! Aku semakin ingin menemuinya.

 

Aku tinggalkan dahulu karena ada pembeli.

 

Cling ....

 

Pesan masuk dan aku mengabaikannya. Menaruh ponselku di kantong celanaku dan membantu karyawanku melayani pembeli.

 

Wajahnya terngiang-ngiang terus dalam pikiranku, melayani pembeli dengan rasa senang dan bahagia. Apakah aku sudah jatuh cinta, ya.

 

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
baca urutannovel
updatenya sudah tidak ada ya???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   MENDATANGI RUMAH ORANG TUA MEMINTA IZIN MENIKAH

    Aku dan Nisa telah sampai pada sebuah rumah yang terlihat lumayan cukup luas, dengan warna cat kuning terkesan jelas bentuknya. Pekarangan halaman dengan berbagai macam pepohonan menambah mendamaikan hati. Ya, aku tengah berdiri di depan rumah Bapakku. Di wilayah ini Bapakku merupakan orang terpandang karena memiliki sawah yang luas serta perkebunan, memperkerjakan para petani yang berasal dari lingkungan daerah ini juga.Aku menoleh memandangi Nisa yang sedikit takjub melihat rumah Bapakku, jantung ini semakin berdegub kencang. Sempat aku hentikan langkahku untuk menghela nafas, mencoba menenangkan diri sebelum masuk ke rumah.Nisa merapikan dirinya dan mengusap serta membersihkan wajahnya."Yah, aku kok deg-degan, ya," lirih Nisa melepaskan genggaman tanganku."Sama Bun, Ayah juga nih, heee," cetusku mengelus dada."Dih Ayah, kok Ayah ikutan sih, masa sama orang tua sendiri Ayah takut, hayoo ... Karena aku seorang janda, ya," Nisa melontarkan kata-kata yang membuatku kaget."Eh, gak

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Kenikmatan Sesat

    Aku membayar dan memberikan kartu identitasku, lalu kami di arahkan menuju ke kamar. Aku lihat Nisa hanya diam saja, masih aneh! Gumamku dalam hati. Kenapa ia tidak seperti biasa yang ada rasa takut jika terjadi suatu hal karena berdua dalam satu kamar, seringnya Nisa yang selalu mengingatkan supaya menjauhi agar menjaga sampai menikah. Tapi, ini kok malah ia yang mengajak, senyumnya serasa menghilang.Krek ...."Silahkan masuk Pak, mau ada pesanan lain, teh panas atau kopi mungkin?" tanya staff penginapan."Boleh deh Pak, teh manis panas dan kopi panas, ya," jawabku dan memesannya."Baik Pak, sebentar, ya," staff itu meninggalkan kamar kami.Aku merapatkan pintu kamar menunggu pesanan minumanku diantar."Ya udah, kamu tiduran dulu, Bun, Yah dah pesan teh manis," ucapku pada Nisa.Perlahan Nisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, aku menunggu duduk di bangku, sembari mengecharge ponselku."Tok ... Tok, permisi," suara dari lu

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Rumah Nisa Horor

    Aku memberanikan diri mengajak Nisa menemui kedua orang tuaku di kampung. Berhubung karyawanku sudah kembali. Jadi, kios sudah ada yang menjaganya.Rencananya besok aku dan Nisa berangkat. Sementara anak-anak di titipkan kepada saudaranya.Segera aku mempersiapkan semuanya."Semoga saja, Bapak dan Ibu menyetujuinya," gumamku sembari mengemas beberapa pakaian untuk aku bawa."Bunda, kamu udah siap-siap belum," tanyaku pada Nisa."Udah Yah, jam berapa kita berangkat Yah, menitipkan anak-anak dulu ya, Yah," cetus Nisa."Sore ini kali ya, Bun, jadi Ayah bermalam dulu di rumah kamu, besok pagi baru kita berangkat, gimana?" Pintaku."Ya udah Yah, Bunda bergegas kalau gitu," Nisa mengiakan.Aku memberi penjelasan pada karyawanku dan mempercayai semuanya untuk beberapa hari saja dan menekankan agar menjaga kesehatan, jangan paksakan jika sudah letih atau kondisi warung ramai, tidak harus tutup malam."Ayo Bun, kita berangkat," cel

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Pelet Dan Sihir Dari Mantan Suami

    Pov : Yudi"Lihat aja! Gue, enggak akan tinggal diam, pokoknya berbagai cara pasti gue lakukan untuk mendapatkan Nisa kembali atau gue, buat Nisa tidak tidur nyenyak."Yudi berucap dalam hati, langkahnya dengan penuh kebencian karena kekecewaan seusai ke luar dari kontrakan Nisa. Hatinya telah tertutup kabut hitam, bisikkan jahat telah merasukinya."Ayo Pak, kita pulang," pintanya pada Supir yang telah menunggu cukup lama."Oke, Pak," Pak Supir tidak banyak berkata, melihat raut wajah Yudi yang terlihat berubah penuh dengan amarah.Pak Supir masuk ke dalam mobil, menyalakan mobil. Yudi duduk di bangku depan. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka menu kontak dan menskrolnya mencari sebuah nama kontak teman lamanya. Yudi membutuhkan bantuan perihal infornasi masalah pelet dan sihir. Berapapun biayanya akan ia bayar, asalkan mampu dan berhasil, apa yang menjadi keinginannya terwujud.Yudi telah menemukan kontak temannya lalu mengirim pesan

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Ribut Dengan Mantan Suaminya(2)

    Hari yang paling tidak mengenakkan adalah disaat mantan Suaminya bertemu anaknya dan bersama itu juga aku melihatnya serta duduk bersama. Apa lagi dengan cara bodoh yang ia lakukan menguntil diam-diam, rasa cemburu ditambah terbakar lagi karena kini, ia mengetahui rumah kontrakan yang di tempati Nisa dan anak-anaknya.Aku emosi dan segera menghampirinya."Ayuk Bun, kita ke kontrakan, maunya apa sih mantan Suami kamu itu, enggak punya etika banget," ucapku."Ya udah yuk, Yah. Tapi jangan ribut ya Yah, ingat tetangga berdempetan, kalau kita diusir gimana? Wilayah ini juga kan tempat Ayah cari rejeki," tutur Nisa."Iya, ya. Bener juga kamu Bun," gumamku dalam hati sambil memikirkan perkataan Nisa, ada benarnya juga, ya. Bisa jelek di mata pelangganku nantinya."Oke, Bun, Ayah enggak akan marah-marah, kok," sahutku.Aku dan Nisa berjalan keluar kios, langkahku terasa malas dan berat. Panas mentari semakin menampakkan sinarnya, seiring bara di hatiku

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Ribut Dengan Mantan Suaminya(1)

    Aku telah sampai dan berhenti tepat di gang rumah kontrakan Nisa. Kemudian aku membayar tarif taksi online, aku turun terlebih dahulu untuk menggendong anaknya Nisa, membuka pintu belakang mobil dan meraih anaknya yang tengah tertidur. Disusul kedua anaknya turun melalui pintu belakang mobil sebelah kanan.Terlihat wajah yang masih mengantuk diantara anak-anaknya, kami berjalan masuk melalui gang bersama-sama."Yah, tumben rame sih, Ibu-ibu," bisik Nisa."Udah biarin saja, permisi saja Bun, lirihku perlahan."Permisi, Bu ...," Aku dan Nisa berucap."Wah, habis jalan-jalan nih, Mas Farhan dan Mba Nisa," celetuk salah satu Ibu-Ibu."Iya Bu, persiapan nikah," aku menjawabnya dengan sengaja dan Nisa tersenyum mengangguk."Oh ya udah kalau gitu, cepat-cepat deh, Mas," Ibu itu menjawab.Jawabannya mengandung makna yang tidak mengenakkan."Insya Allah, Bu," ujarku sambil melangkah melanjutkan berjalan.****Kembali ke Yudi.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status