Share

PERJAKA MENIKAHI JANDA
PERJAKA MENIKAHI JANDA
Penulis: Erwin Fathar

Jangan Panggil Aku Bocah Cilik(bocil)

Assalammualaikum, hai ... Status kamu janda, ya."

 

Aku bertanya pada seorang wanita cantik, melihat profilnya tertulis -menjanda/menduda- aku benar-benar mengaguminya. Menunggu balasan darinya lama sekali.

 

"Coba deh, aku komentari di berandanya."

 

 

Aku klik foto profilnya dan terlihat berandanya, scrol lagi ke bawah dan melihat-lihat isi berandanya, aku membaca status yang disertai gambar fotonya, aku ikut bergabung dengan banyaknya Lelaki yang berkomentar juga di situ.

 

"Aku sudah inbox, apa boleh mengenal kamu dengan serius," tanyaku di kolom komentar.

 

Komentarku dibalasnya.

 

 

"Bocil mau ngapain inbox?" Balasnya dikomentar.

 

"Aku serius mau berkenalan," jawabku.

 

"Aduh bocil ngeri juga ini, udah pulang, cuci kaki, tidur sana," sahutnya pedas.

 

 

"Aku gak main-main, beneran. Jangan lihat dari bocilnya, aku serius dan siap nikah," cetusku.

 

 

"Aku ini Janda, anakku banyak, emangnya mau dan sanggup," ujarnya terus membalas.

 

"Mau dan sanggup dong, asal kamu juga sayang sama aku," celotehku membalas lagi.

 

"Ya ampun bocil ini, gegayaan ih, beneran? Buktinya apa!" Balasannya bertanya.

 

 

"Kamu maunya apa? Makanya inboxku balas," aku mengiakannya.

 

 

"Ok, aku balas inboxnya Cil, kalau tong kosong! Lihat saja nanti, aku viralin kamu dengan caption Bocil Modus.

 

 

"Kalau aku benar, gimana?" Tanyaku masih dalam kolom komentarnya yang di lihat banyak Lelaki yang komen.

 

"Ya kalau memang bisa buktikan sudah pasti akan pertimbangkan kamu, berarti kamu tidak main-main," tegasnya.

 

"Ya udah lanjut inbox."

 

 

Walaupun aku dibilang bocil tetap saja aku tidak menyerah, entah kenapa aku bisa mengagumi kecantikannya, padahal banyak gadis yang dekat denganku sebagai teman. Biar perjaka begini, aku telah bekerja dan sudah memiliki rumah sendiri.

 

Tapi ... Apakah orang tuaku akan merestuinya, ya? Semoga saja. Pokoknya aku sangat ingin mengenalnya lebih jauh lagi.

 

Aku harus bisa bertemunya secara langsung, melihatnya langsung atau melalui video call terlebih dahulu, untuk memastikan apa memang benar secantik foto profilnya.

 

 

Yakin pasti wanita itu sebenarnya baik, mungkin karena banyaknya Lelaki yang menggoda dan main-main dengannya, membuatnya menjadi jutek.

 

Ini yang dinamakan janda semakin terdepan kali, ya.

 

"Kok belum dibalas juga pesan inboxku."

 

Coba aku diamkan saja dulu deh, semoga nanti akan dibalasnya. Difoto profilku sendiri memang jelas terlihat sekali wajahku yang sangat muda, pantas saja dia bilang aku bocil, memang begitu kenyataannya, hahaa.Tapikan umurku sudah mendekati 24 tahun. Apakah pantas sebutan bocil untukku, sudah boleh dong usia 24 menikah.

 

Lama menunggu aku melanjutkan lagi pekerjaanku yaitu berjualan, aku seorang pengusaha kuliner. 

 

 

****

 

Cling ....

 

Pesan masuk ponselku. Kebetulan sedang santai bermain game, notifasi muncul dan terlihat, nama yang aku nanti-nantikan balasan pesannya. Segera aku hentikan dan membuka pesan itu.

 

 

"Waalaikum salam, bocil! Memangnya umur kamu berapa, pekerjaan apa? Nama kamu siapa?" 

 

Aku tersenyum membacanya, masih saja aku disebutnya bocil.

 

"Aku umur 24 tahun, pekerjaan pengusaha kuliner, namaku Farhan, kalau kamu umur berapa dan lokasi di mana," aku menjawab dengan senang.

 

"Hah! 24 tahun. Aku umur 36 loh, anakku 3, nama aku Nisa. Kamu yakin? Mamah kamu umur berapa? Nanti seumuran lagi denganku, gak lucu kan, heee. Rumahku di Bogor," balasannya lengkap.

 

 

"Oh, Bogor ya. Kalau Ibu aku sih umur 45-an, terus aku harus membuktikan apa? Serius aku mau kenal lebih jauh lagi, bisa aku telepon video call, supaya sama-sama tahu" pintaku.

 

 

"Boleh, coba kamu isikan pulsaku 50 ribu, kalau memang kamu benar serius, sudah lihat akunku, apakah masih belum jelas profilku, di sana banyak foto-fotoku juga," cetusnya dalam pesan.

 

 

"Ya biar jelas video call, ya sudah, aku kirimkan pulsa nanti," aku mengiakan permintaannya.

 

 

"Hayaa ... Paling juga menghilang! Nanti, ya sudah aku tunggu jika memang benar, ini nomor handphoneku 0813xxxxxxxxx," balasannya meremehkan.

 

 

"Serius, nanti aku kirim, aku lanjut kerja dulu," ada pembeli, jadi aku menghentikan chating itu.

 

 

"Oke, aku tunggu."

 

 

Setelah melayani pembeli, aku masih penasaran dan melihat lagi semua foto-foto di akun sosial medianya itu. Semua foto aku cermati dengan teliti secara perlahan aku memperhatikan satu persatu hingga selesai.

 

 

"Iya, akunnya asli dan semua foto serta histori kemungkinan benar, sebentar lagi aku akan mengirimkannya pulsa, andai dia bohong ya sudah, tidak masalah. Cuma 50 ribu ini," gumamku dalam hati.

 

 

Aku berjalan ke luar kiosku.

 

"Mas keluar dulu, ya, sebentar."

 

Menitipkan usahaku pada satu orang karyawanku, langkahku menuju konter pulsa yang tidak jauh dari kiosku.

 

 

"Permisi, Mba ... Pulsa yang 50 ribu, dong," ungkapku pada penjual pulsa.

 

 

"Eh, Bos. Ke nomor biasa atau lain lagi, tulis saja nomornya, Bos," jawabnya menyodorkan buku dan pulpen.

 

 

"Nomor lain, Mbak," aku menulis nomor Nisa.

 

"Sudah masuk, Bos," celotehnya.

 

Aku sudah membayarnya dan sembari jalan kembali ke kios, aku mengirim pesan kepada Nisa melalui aplikasi hijauku.

 

"Nisa, ini aku Farhan yang tadi inbox kamu bilang bocil, pulsanya sudah masuk apa belum? Aku sudah kirim barusan," pesanku terkirim.

 

 

Tidak lama kemudian pesanku dibalasnya.

 

 

"Beneran kamu sudah kirim? Sebentar aku chek dulu," balasannya dengan tanda emot tersenyum.

 

 

"Iya, coba cek saja."

 

Aku masuk kembali ke kios sambil menunggunya membalas pesanku lagi.

 

 

"Iya Farhan, pulsanya sudah masuk, terima kasih ya, iklash gak nih, kalau gak iklash aku balikin lagi, terus kamu mau telepon video call kapan?" Sepertinya dia sudah tidak memanggil bocil lagi.

 

"Ya kapan aja boleh, kamu bisanya kapan."

 

"Ya sudah sekarang saja kalau kamu mau," ajak Nisa.

 

"Sebentar."

 

Aku merapihkan dulu rambutku dan mencuci muka sebentar supaya terlihat lebih segar, karena aku kan dari pagi sudah stay berjualan.

 

Kemudian setelah siap aku menekan tombol hijau panggilan video call.

 

 

Tut ... Tut ... Tut ...."

 

Panggilan terhubung.

 

"Assalammualaikum," sapa salamku teleponku dijawabnya dan aku melihatnya.

 

"Waalaikum salam," jawab Nisa.

 

'Lagi apa Nis, oh itu anak kamu, ya," tanyaku, melihat wajah aslinya memakai jilbab dan anaknya menggelayut di pundaknya.

 

"Ini lagi nemenin anak-anak, maaf ya aku panggil kamu bocil saat pertama kenal, hee," Nisa tersenyum menambah aku jatuh hati melihat wajahnya.

 

 

"Ya Nis, gak masalah kok, nah! Sekarang sudah melihat aku dan aku sudah melihat kamu, benar kamu cantik Nis, aku jatuh hati beneran," ungkapku dengan jujur.

 

 

"Hiks, sudah jatuh hati saja kamu, ya sudah nanti sambung lagi, ankku gak bisa diam, chat aja, ya," jawabnya ingin menyudahi.

 

"Ya sudah chat aja Nis, Assalammualaikum," aku mengiakan.

 

"Waalaikum salam." 

 

Panggilan telepon selesai, aku masih mengingat wajah cantiknya, sepertinya Nisa tidak terlihat jika sudah berumur 36 tahun. Ah! Aku semakin ingin menemuinya.

 

Aku tinggalkan dahulu karena ada pembeli.

 

Cling ....

 

Pesan masuk dan aku mengabaikannya. Menaruh ponselku di kantong celanaku dan membantu karyawanku melayani pembeli.

 

Wajahnya terngiang-ngiang terus dalam pikiranku, melayani pembeli dengan rasa senang dan bahagia. Apakah aku sudah jatuh cinta, ya.

 

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
baca urutannovel
updatenya sudah tidak ada ya???
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status