Share

Part 5

last update Last Updated: 2022-07-16 11:41:04

part 5

Melihat Mas Bayu meninggalkan rumah dengan wajah kesal. Hatiku sedikit tenang. Malam semakin larut, sendirian di rumah ini, rumah besar mewah tetapi aku tidak bahagia. Rasa benci di hatiku ulah mereka, semakin lama semakin bertambah.

Kubaringkan tubuh di tempat tidur. Pandanganku jauh mengingat kejadian tadi. Mereka sama sekali tidak menghargaiku. Ini sangat menyakitkan.

Akan tetapi, kenapa Mas Bayu masih menerima Mila padahal sudah selingkuh dengan papanya. Apa yang ada di diri Mila yang membuatnya tertarik? Jika cantik, lebih banyak yang lebih dari Mila.

Pagi ini aku bangun lebih awal, meskipun suamiku belum pulang. Kini tidak perlu memperdulikannya. Aku masak rendang yang akan dibawa ke rumah ayah. Selain itu aku juga akan menemui ibu membicarakan tentang pernikahanku seperti sebuah permainan.

Sedang memasak tiba-tiba api kompor mati. Ternyata gas sudah habis, kubuka tabung gas dari selangnya agar bisa diganti dengan tabung gas berisi penuh. Pekerjaan ini sudah biasa dilakukan dulu.

“Aku masak pakai kompor miyak tanah saja,” gumamku sendiri, karena menunggu tukang jual gas datang akan memakan waktu.

Selama satu bulan ini aku sudah terbiasa dengan situasi ini. Untuk cadangan selalu menyediakan kompor minyak tanah dan korek api.

Akan tetapi …, kegiatanku terhenti melihat Mila dan Mas Bayu sudah berdiri tak jauh dariku. Mau apa mereka masuk dapur? Tatapan sinis dan Mila memegang gunting kebun. Ya Tuhan, apakah mereka mau membalasku?

'Tenang, jangan panik, Luna. Cepat cari jalan keluarnya,' batinku mensugesti diri.

“Mau apa kalian?” Aku berusaha bersuara tenang.

“Luna, lihat ini! Guntingnya tajam ya, bisa menggunting lidahmu atau jari tanganmu.” Mila seperti senang melihatku melangkah mundur menghindarinya. Tapi hanya satu langkah saja karena tersandar dekat kompor.

“Kamu mau coba-coba mengancamku lagi? Sekarang aku yang akan memainkan permainan ini.” Mas Bayu ikut bersuara membalasku.

"Dasar pengecut! Kalian hanya bisa main keroyokan."

"Ha ha ha, terserah kami dong," jawab mas Bayu dengan tertawa besar. Mila pun ikut tertawa seperti memenangkan permainan.

Aku terkepung. Menghubungi ibu mertua pun tidak bisa karena ponsel di kamar. Berteriak juga percuma, rumah ini terlalu besar dikelilingi halaman dan taman yang luas. Tatapan Mila dan Mas Bayu sangat menakutkan, sepertinya mereka sangat marah dengan kejadian tadi malam.

“Oke Luna, sebelum kami menggunting lidah atau jarimu, aku minta kamu bersihkan kamar utama, kami akan tidur di sana memadu cinta. Cepat!!” perintah Mila.

Aku tetap tenang dan tidak beranjak dari tempatku berdiri. Dengan berusaha setenang mungkin, menarik nafas panjang dan harus tetap santai, karena ketakutan akan membuat otak tidak berpikir panjang.

“Sayang, aku lapar.” Mas Bayu berkata kepada Mila.

“Tenang saja, Mas. Mulai hari ini kita punya pembantu baru.”

“Ibumu akan marah atas perbuatan kalian, Mas,” ucapku.

Mendengar perkataanku, Mila dan mas Bayu makin mendekat. Mata mereka melotot seperti monster.

“Jangan ajari kami!” Mas Bayu memegang lenganku erat.

Plak!

“Dasar orang gila!” Mila menampar pipiku.

Aku tetap diam menatap mereka  mengeroyokku. Aku memegang pipi bekas tamparan, mereka tertawa senang melihat reaksiku.

“Ha ha ha, mana keberanianmu tadi malam? Wajahmu sangat lucu, Luna.” Mila tertawa senang dan puas.

“Dia ketakutan, Sayang. Sebaiknya kita suruh saja dia masak, aku sudah lapar,” ucap Mas Bayu yang ikut tertawa senang melihatku.

Dasar lelaki pengecut!

“Diam!” Aku berteriak membuat mereka tersentak dan berpaling padaku.

“Berani kamu?!” Mila memegang daguku kencang dan melepaskannya kasar.

“Lihat ini!” Aku memperlihatkan korek api di tanganku.

“Apa maksudmu?” kata Mila.

“Di kaki kita bertiga ada tabung gas yang selangnya sudah kubuka, lihat!”

Mendengar penjelasanku, mereka menatap ke bawah.

“Satu kali gesekan api akan menyala dan membakar kita bertiga. Sepertinya mati bertiga akan lebih enak, lagian aku juga tidak punya hasrat untuk hidup, apalagi sejak kamu mempermainkan pernikahan kita, Mas Bayu.” Aku menatap mereka, mereka terdiam melihat korek api dan tabung gas.

“Ja-jangan main-main! Aku tahu kamu cuma mengancam kami.” Mas Bayu terdengar agak gugup.

“Aku tidak main-main, Mas. Akan aku buktikan.” Aku mencoba mulai menyalakan korek api, tapi kegiatanku terhenti dengan suara Mila.

“Tunggu! Jangan lakukan itu, aku belum siap mati.”

Akhirnya caraku berhasil, Mila ketakutan. Wajahnya tegang.

“Mila, api ini hanya membakar sebentar, setelah itu kita bisa bebas, aku juga kangen dengan almarhum ibuku. Ayo ikut biar aku perkenalkan, aku yakin ibuku pasti senang.” Aku tetap berusaha sesantai mungkin, meski ada sedikit takut kalau mereka tahu gas sudah habis. Tidak ada bau gas, kalau mereka berpikir panjang, aku pasti ketahuan bohong.

“Jangan Luna, jangan nyalakan koreknya.” Mas Bayu sedikit memohon. Bagus! Aku suka mendengarnya takut.

“Mas, aku sudah tidak punya hasrat untuk hidup, apalagi setelah perbuatan kalian,” ucapku dengan meyakinkan.

Mila mencoba melangkah menjauh, tetapi aku segera menggerakkan korek api. Ia langsung diam saat tanganku mulai menyalakannya.

“Satu langkah kalian menjauh, akan aku nyalakan korek ini.” Aku berkata tegas dan membuat mereka terdiam.

“Kamu mau memotong lidah dan jariku? Ayo potong, Mila.”

Dia sama sekali tidak menjawab. Gunting di tangannya adalah sasaranku.

“Berikan gunting itu! Cepat!!”

Mila tetap diam dan tidak mau memberikannya.

“Oke, sepertinya lebih baik kita terbakar bersama.” Aku mencoba menyalakan korek api lagi dan lagi-lagi Mila menghentikanku.

“Tunggu! Tunggu Luna, ini.” Nafasnya besar, dan akhirnya Mila memberikan gunting kebun kepadaku.

Setelah gunting kebun berpindah ke tanganku, dengan cepat tanganku membalas tamparannya.

Plak! Plak!

Dua tamparan melayang ke pipi Mila.

Bersambung 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part Tamat

    part 112Pov Bayu"Luna! Luna!" teriakku memanggilnya saat dibawa menuju ruangan operasi."Bunda, Bunda mm." Caca menangis melangkah di sampingku."Tolong tunggu di luar, Pak," ucap dokter sambil menutup pintu ruangan operasi.Aku terdiam menatapnya hilang di balik pintu. Rasanya aku menyesal, aku salah. Ya Tuhan tolong maafkan aku."Tenang Bayu, Luna pasti sembuh, dia pernah mengalami yang lebih parah dari ini, dia pasti kuat." Mis Riya menyentuh lenganku."Ini salahmu! Kamu seharusnya melundungi putriku, tapi apa? Demi putrimu yang gila itu, Caca hampir jadi korban, dan sekarang Luna, Luna pasti ...." Tak sanggup kuungkapkan. Membayangkannya saja hatiku pilu."Papa, ini salahku, Bunda ingin menolongku, Pa ...." Caca menangis, aku memeluknya. "Aku menyesal tidak dengarkan Bunda, aku menyesal, Pa." Dalam pelukkan pun Caca masih menangis."Sebaiknya selidiki kasus ini. Rumah sakit yang penjagaanya ketat, kenapa pasien bisa memiliki pisau, ini sangat aneh," ucap teman Rio. Kalau bukan k

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part 111

    part 111Pov Mis RiyaAstaga, kenapa Mila bisa punya pisau. Ini rumah sakit dan ada penjagaan. Tidak mungkin ini kebetulan. Kulihat Mila juga mengamuk seakan takut Caca direbut, ini seperti ketakutan Bayu direbut Luna."Mama Mila ..., jangan lukai aku." Caca menangis ketakutan. Pisau sangat dekat di lehernya, melawan sedikit saja, dia pasti terluka, atau bahkan bisa mati. Mila tidak terkendali."Tenang lah Caca sayang, Mama Mila sayang Caca ..., Mama Mila tidak mau Caca direbut wanita itu." Mila memeluk Caca meskipun pisau tetap ditodongkan. Sesekali dia juga mengecup kepala Caca. Mungkinkah ini bentuk sayang tak wajar."Tolong lakukan sesuatu! Jangan sampai Caca terluka." Aku gemetar. Aku takut Caca terluka."Tunggu, Bu. Dokter yang biasa menangani sedang menuju ke sini," jawab seorang perawat."Kenapa lama sekali?""Sabar, Bu. Sebentar lagi juga datang."Sabar? Ini keadaan darurat. Caca bisa terluka, orang gila tak akan dihukum. Bayu, aku akan menghubunginya.Aku beranjak dari kama

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part 110

    part 110"Aku akan masuk bersama Caca, aku harap kamu tidak keberatan menunggu di luar," ucap mis Riya menatapku di spion tengah depan setelah mobil di parkir.Aku membuang nafas besar dan berkata, "Boleh aku masuk melihat Mila?"Mis Riya memalingkan wajah ke belakang. Aku menyambutnya dengan menatap."Kamu, kamu tidak serius 'kan?" Mis Riya tampak ragu."Apakah aku sedang bercanda?" tanyaku balik."Bunda samaku aja menemui Mama Mila," timpa Caca terlihat senang dengan niatku."Kamu tahu pemicu Mila sakit? Tentunya melihatmu, Luna.""Lihat Caca, dia mirip denganku.""Sebaiknya tidak usah, lagian ini proses penyembuhan. Maafkan aku Lun, aku tidak bisa menuruti kemauanmu.""Ya sudah, aku akan menunggu di luar."Kami ke luar dari mobil. Sampai di depan rumah sakit, aku memilih duduk di ruang tunggu. Mis Riya dan Caca masuk ke dalam mengunjungi Mila.Aku bermain ponsel menunggu. Duduk sendiri, hari ini pengunjung rumah sakit tampak sepi. Entah kenapa teringat Rio. Dia melamarku tapi belum

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part 108

    part 108 PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI "Bayu! Kamu harus ingat kalau sekarang kamu suami Mila, aku ingin kamu sepenuhnya membuat Mila sembuh!" Mis Riya berteriak hingga suara lelakinya keluar. Dia tidak suka saat Bayu masih mengharapkanku. Aku tidak peduli. Bagiku Caca yang terpenting. "Luna, sebelum terlanjur, mari kita menikah lagi," ajak Bayu, tangaku belum juga dilepas. "Lepaskan aku, Mas." "Tidak, aku tidak akan biarkan kamu bersamanya! Kamu harus ingat, Rio putra kandung Dona." "Bayu! Kamu lupa dengan kesepakatan kita?" Mendadak Bayu melepaskan tanganku setelah Mis Riya berucap. Dia menatap seperti enggan jauh dariku. "Kamu ingat saat mempermainkan hidupku dulu. Kamu membeliku agar bisa rujuk dengan Mila dan mendapatkan sepenuhnya warisan ibumu. Sekarang, sekarang kamu menjual dirimu sendiri. Dunia berputar, karma lambat laun akan terjadi." Bayu diam dan terus menatapku. Kupalingkan muka ke mis Riya, lalu aku berkata, "Mis Riya, mungkin kamu berhasil mempermainkan hidup

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part 107

    part 107Pov Rio"Kamu kenapa, Rio?" tanya nenek terkejut melihat cangkir pecah di dekat kaki Rio."Oh, maaf, Nek, aku tidak sengaja," jawabku berusaha memungut kepingan cangkir."Tidak usah, Rio, biar nanti pembantu yang membersihkan, sekarang kita duduk di teras belakang aja, biar bisa memanjakan mata melihat taman," ucap Nenek."Luna, ayo," ajak nenek ke Luna."Iya Nek," jawab Luna lalu melangkah di hadapanku. Sekilas dia melempar senyum padaku. Hati ini berdetak tidak karuan."Kapan datang, Bro?" tanya Jovi merangkul pundakku. Kami melangkah ke teras belakang."Barusan, aku mau bicarakan masalah proyek pembangunan sepuluh ruko itu. Ini aku bawakan anggaran biayanya," jawabku sambil membuka file di ponsel."Udah, nanti aja, kita minum kopi dulu."Di teras belakang kami duduk sambil menikmati kopi hangat. Luna terlihat sangat akrab dengan nenek Jovi. Sepertinya nenek sangat menyukai Luna. Kelembutan tutur katanya dan caranya membawakan diri sangat mudah mendapatkan teman. Rasanya ak

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part 106

    part 106Pov BayuAku sudah dibutakan cinta dan hasrat. Aku tidak terima jika Luna menjadi milik lelaki lain. Dia harus jadi milikku! Akulah lelaki yang pertama menikahinya serta yang pertama menyentuhnya."Kamu tidak pernah berubah, Mas," ucap Luna berlalu masuk ke kamar.Aku meratapi diriku. Baru kali ini aku merasakan cinta teramat dalam pada seorang wanita. Aku dipermainkan oleh hasil permainanku sendiri. Usahaku selama ini tidak bisa meluluhkan hatinya. Justru kesalahan dan pemaksaan yang kuhadirkan. Apakah ini yang dinamakan gila karena cinta? Bodohnya aku.Aku kembali duduk di sofa. Nafasku besar dan perasaanku tidak karuan. Luna menolakku, Luna menjauhiku, Luna tidak mencintaiku. Sakitnya ....***"Papa, Papa bangun."Terdengar suara Caca membangunkanku. Aku berusaha membuka mata. Kulihat Caca berdiri di sampingku."Apa, Sayang," jawabku menyeringit."Aku mau ke rumah sakit."Aku bangkit dan duduk. Ternyata aku tertidur di sofa. Kulihat Caca menyandang tas dan sudah siap-siap

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part 105

    Part 105Pov RioHati ini berdetak kencang melihat mata itu menatapku. Rindu menggebu tapi aku terpaksa kutahan, aku belum punya nyali sebelum dia kuhalalkan. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi aku akan melamarnya."Luna, kamu ...." Mas Bayu gugup karena tiba-tiba Luna muncul dari pintu. Tadinya dia bilang Luna di desa. Apakah ini akal-akalan Mas Bayu karena menyadari kami sekarang saingan. Lucu juga, aku bersaing dengan mantan suaminya."Ada apa, Rio?" tanya Luna kepadaku."Aku ... aku ingin bertemu untuk menanyakan kabar Ayah," jawabku mencari alasan."Untuk apa kamu menanyakan Ayah Luna? Ada urusan apa? Bukankah ibumu sudah mencampakkan Ayah Luna!" Mas Bayu terlihat sangat kesal.Aku melangkah mendekati Luna. Posisiku sekarang di depan Luna, sedangkan Mas Bayu di samping di antara kami."Mas Bayu, aku pernah hidup bersama Ayah, dan sampai sekarang hubungan kami baik-baik saja, apakah ini masalah bagimu, Mas?" Aku berusaha mencari kata-kata agar mas Bayu mati kutu. Aku tidak suka dia

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part 104

    part 104Kenapa aku berjumpa lagi dengan lelaki norak ini. Aku tidak ingin berdebat ataupun meladaninya. Hatiku sedang kacau, aku merasa ini tidak adil. Bapak kandung anakku sangat tega melukai hatiku hanya demi uang agar bisnisnya lancar. Dan putriku juga menginkan wanita yang ingin membunuhku beberapa tahun yang silam. Aku merasa takdir tidak adil padaku. Apa salahku? Aku dipermainkan. Tidak adakah pertolongan yang ikhlas? Aku selalu di tekan karena hutang nyawa. Aku harus bertindak."Kamu sendirian?" tanya lelaki norak ini ikut duduk di bangku di dekatku.Aku diam tidak memperdulikannya. Lagian aku tidak tertarik untuk basa basi."Wanita galak, selain sombong kamu juga wanita yang tidak bisa menghargai orang."Aku memalingkan mata menatapnya. "Urus urusanmu, jangan ganggu aku." Aku bangkit melangkah dan ingin menjauh. Padahal aku sudah berpindah duduk, dia masih juga menggangguku."Ok ok, padahal aku hanya ingin berteman dengan wanita sombong sepertimu. Jarang-jarang loh, aku yang

  • PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI   Part 102 dan 103

    part 102Pov Rio.Aku tidak menyangka melihat Luna di sini. Dia sendirian duduk seperti memikirkan sesuatu, kulihat Caca tidak bersamanya. Kapan dia balik ke kota ini? setahuku dia menetap di desa."Luna," ucapku tetap menatapnya."Hey, Bro! Kamu kenal dengan wanita sombong ini?" tanya Jovi kepadaku."Apa Jov? dia bernama Luna," jawabku, lalu melangkah mendekati Luna.Jantungku berdetak kencang. Mata itu menatapku hingga sulit bagiku menahan rasa di dada. Jujur, aku sangat merindukannya, tapi aku belum berani melamarnya karena aku masih mempersiapkan diri menata masa depanku. Semua semangat dan tujuanku juga untuknya, hanya untuk Luna."Hay Rio," sapa Luna lembut, lalu berdiri.Sebenarnya aku ingin memeluknya melampiaskan kerinduanku. Tapi aku takut dia menolak dan tidak menyukainya, dengan melihatnya saja itu sudah cukup."Hey, Bro! Kamu kenapa seperti terhipnotis dengan wanita sombong ini?" Jovi mendekat dan menepuk pundakku."Rio, siapa pria sombong ini? Tolong bilang padanya, jadi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status