"Mas Bayu ada?" Tanya seorang wanita di depan pintu dengan angkuh. "Kamu siapa?" tanyaku. Wanita itu tidak menjawab, justru langsung masuk rumah tanpa dipersilahkan seolah ini rumahnya. Baru sebulan pernikahan ini dengan lelaki pilihan ibu tiri. Pagi ini, wanita itu datang yang membuat duniaku terasa mau runtuh. Pernikahan ini seperti sebuah permainan. Ibu tiri wanita itu dan suami sekongkol demi ambisi masing-masing. Mereka kira aku sudah mati. Aku kembali dengan wajah berbeda karena ingin membalaskan dendam atas kejadian malam yang hampir merenggut nyawaku. Inilah awal terungkapnya kenapa aku diselamatkan seseorang. Permainan balas dendam menjebak dalam dilema rasa cinta.
View MorePart 1
Dua minggu perkenalan, aku memutuskan menerima pinangan Bayu. Lelaki yang dikenalkan Ibu tiriku.
Aku patah hati setelah Adi menikah dengan perempuan pilihan ibunya. Cinta yang dijalin delapan tahun kandas begitu saja. Sakit, tapi aku harus menerima kenyataan kalau Adi memilih patuh kepada wanita yang melahirkannya.
"Baju kebayanya sangat cocok denganmu, Luna. Sebentar lagi kamu akan menjadi istri seorang pengusaha sukses."
Aku berdiri di depan cermin. Baju kebaya berwarna putih membalut badan, riasan make up pengantin menghiasi wajah. Ibu berdiri di belakang dan memegang kedua pundakku. Senyum di bibirnya terpancar melihatku akan menikah dengan lelaki pilihannya.
"Ayo keluar, semuanya sudah menunggu." Ayah berkata di depan pintu kamar.
"Ayo, Luna, kita keluar."
Ibu mendampingiku keluar kamar. Terlihat penghulu dan saksi sudah menungguku. Duduk di samping Bayu, sesekali dia melirikku dengan senyum. Sebentar lagi akan ijab kabul.
"Bagaimana, Saksi? Sah?"
"Sah!"
"Sah!"
"Sah!"
"Sah! Alhamdulillah ...."
Aku sudah sah menjadi istri Bayu. Semua orang berdoa. Entah kenapa wajah Adi masih menari di benakku. Aku menikah dengan Bayu bukan Adi.
***
Semua tamu sudah pulang. Aku duduk di kamar pengantin. Tidak ada pesta atau pun musik. Aku dan Bayu sudah sepakat tidak mengadakan pesta, alasanku di hati karena patah hati sedangkan alasan Bayu sama sekali tidak aku pedulikan. Yang penting pernikahan kami sah secara agama dan negara.
Pintu kamar dibuka, Bayu masuk dengan senyuman di bibirnya. Aku tetap duduk memeluk lutut di tempat tidur. Malam ini malam pertama kami, aku akan menyerahkan kegadisanku yang selama delapan tahun aku pertahankan dari Adi.
"Aku harap kamu sudah siap, Luna."
Itulah kalimat yang diucapkannya mendekatiku. Meskipun tidak ada rasa cinta, aku harus memenuhi kewajiban sebagai istri.
Malam ini, malam pertamaku. Aku harus melaluinya dengan sepenuh hati saat suamiku merenggut kegadisanku. Aku yakin cinta akan tumbuh belakangan hingga Adi bisa terlupakan. Ini hanya masalah waktu.
***
Subuh aku terbangun. Agak terasa aneh, melihat ada lelaki di sampingku. Dengan menahan sedikit sakit di selangkangan, aku berjalan ke kamar mandi.
Setelah mandi aku menuju ke dapur, ingin memasak untuk suamiku. Mulai hari ini, aku akan belajar mencintainya.
"Wah, sudah bangun pengantin baru." Ibu meledekku, aku tersipu malu menanggapinya.
Ibu tiriku tampak baik. Ia bernama Dona, wanita yang dicintai Ayah saat ini.
"Bu, hari ini Mas Bayu mengajakku ke rumah baru kami. Aku akan tinggal terpisah dengan Ayah, tolong jaga Ayah ya, Bu."
Aku anak satu-satunya. Semenjak Ibuku meninggal. Ayah menduda cukup lama, hingga akhirnya bertemu Ibuku sekarang. Aku merestuinya menggantikan almarhum ibu di rumah ini. Semua demi Ayah, aku ingin Ayah juga bahagia.
Tidak butuh lama, kami sudah menghuni rumah ini. Rumah yang cukup mewah, ibu tidak salah mencarikan aku lelaki kaya. Mas Bayu dan ibunya menyambutku dengan baik. Namun, ini bukan rumah ibu mertua, karena kami tinggal terpisah. Rumah ibu mertua jauh lebih bagus dari rumah ini.
"Rumah ini milikmu Luna, beri aku cucu secepatnya." Itulah pesan ibu mertua sebelum ia pulang.
***
"Sekarang, hanya kita berdua di rumah ini, Luna." Senyum Bayu membuatku tenang, kedewasaannya membuatku nyaman. Rumah ini adalah kado pernikahan yang diberikannya kepadaku.
"Mas, rumah sebesar ini cuma kita berdua penghuninya?" Rasanya tak pecaya kalau ia memperlakukan aku sangat istimewa.
"Iya, tapi kalau kita punya anak, rumah ini akan ramai."
Aku merasa beruntung, meskipun patah hati tidak berjodoh dengan Adi. Aku diberi suami yang menyayangiku.
Hari demi hari, satu bulan sudah aku menghuni rumah ini. Ibu dan Ayah sering ke sini dan bahkan menginap. Aku dengan semangat belajar masak agar suami betah makan di rumah, dan itulah yang terjadi.
"Sebaiknya Ayah dan Ibu nginap di sini saja, aku yakin Mas Bayu juga senang." Aku berkata saat Ayah dan Ibu pamit pulang.
"Nanti kami akan sering menginap di sini, lagian besok Ayah juga harus cek jantung ke rumah sakit." Ibu menjawab sambil menggandeng tanganku melangkah ke pintu.
"Sebaiknya tunggu Mas Bayu pulang dulu, Bu." Aku masih kukuh ingin mereka tetap tinggal lebih lama.
"Luna, kamu harus mandiri dan kuat, tidak selamanya Ayah berada di sampingmu," kata Ayah.
Aku memeluk Ayah, rasanya tidak ingin berpisah. Begitulah anak perempuan sudah menikah, harus terpisah dari orang tua.
"Sudahlah, jangan menangis, kami akan sering ke sini, Luna."
Aku mengangguk menjawab perkataan Ibu. Lalu kami berpelukan.
Setelah mereka pergi, aku sendirian di rumah ini, sepi. Hanya menunggu suami pulang kerja, menyiapkan diri agar selalu terlihat cantik. Ibu Dona sering mengajarkan itu.
Sudah larut malam, Mas Bayu belum juga pulang. Jam dinding terus berputar, aku terus menunggu dan menunggu.
Aku mencoba menghubungi, tapi tidak diangkat, SMS pun sudah dikirim, tetapi tidak di balas.
'Sudah jam satu malam, kenapa kamu belum pulang, Mas?' batinku dalam kegelisahan.
Tidak lama kemudian, terdengar mobil Mas Bayu masuk. Secepatnya aku berlari ke pintu, ingin membukakan pintu.
"Mas, kamu kenapa?" Setelah pintu dibuka, aku sangat terkejut mendapati suamiku pulang dalam keadaan mabuk.
"Mas, Mas kamu kenapa?"
"Mmmk! Luna …."
Badannya sempoyongan masuk ke rumah, matanya merah dan bau minuman alkohol.
"Luna ... Luna ...." Mas Bayu memanggil namaku.
"Mas, kamu mabuk?" Aku bertanya menatapnya.
"Luna ... gadis cantik perawan yang berhasil aku nikahi, kamu ... kamu hanya alat untuk supaya aku bisa rujuk dengan mantan istriku."
Deg!
Bagai sebuah bom yang meledak. Jantungku terasa diguncang dengan butiran panas. Sebuah kalimat yang tak pernah terbayangkan, jika suamiku mengatakan itu.
Hah? Apakah aku menikahi seorang duda?
"Apa maksudmu, Mas?" Hatiku tak tenang mendengarnya.
"Luna sayang ..., aku sudah talak dia, dan a ...." Mas Bayu pingsan di kursi tamu.
Aku terpana mendengar perkataan Mas Bayu. Sakit sekali rasanya pengakuan itu keluar dari mulutnya. Apakah aku menikahi lelaki duda? Kenapa ibu tiriku tidak memberitahu? Hanya air mata saksi betapa pedihnya rasa di hatiku malam ini.
"Tuhan, tolong kuatkan hatiku."
Bersambung …
part 112Pov Bayu"Luna! Luna!" teriakku memanggilnya saat dibawa menuju ruangan operasi."Bunda, Bunda mm." Caca menangis melangkah di sampingku."Tolong tunggu di luar, Pak," ucap dokter sambil menutup pintu ruangan operasi.Aku terdiam menatapnya hilang di balik pintu. Rasanya aku menyesal, aku salah. Ya Tuhan tolong maafkan aku."Tenang Bayu, Luna pasti sembuh, dia pernah mengalami yang lebih parah dari ini, dia pasti kuat." Mis Riya menyentuh lenganku."Ini salahmu! Kamu seharusnya melundungi putriku, tapi apa? Demi putrimu yang gila itu, Caca hampir jadi korban, dan sekarang Luna, Luna pasti ...." Tak sanggup kuungkapkan. Membayangkannya saja hatiku pilu."Papa, ini salahku, Bunda ingin menolongku, Pa ...." Caca menangis, aku memeluknya. "Aku menyesal tidak dengarkan Bunda, aku menyesal, Pa." Dalam pelukkan pun Caca masih menangis."Sebaiknya selidiki kasus ini. Rumah sakit yang penjagaanya ketat, kenapa pasien bisa memiliki pisau, ini sangat aneh," ucap teman Rio. Kalau bukan k
part 111Pov Mis RiyaAstaga, kenapa Mila bisa punya pisau. Ini rumah sakit dan ada penjagaan. Tidak mungkin ini kebetulan. Kulihat Mila juga mengamuk seakan takut Caca direbut, ini seperti ketakutan Bayu direbut Luna."Mama Mila ..., jangan lukai aku." Caca menangis ketakutan. Pisau sangat dekat di lehernya, melawan sedikit saja, dia pasti terluka, atau bahkan bisa mati. Mila tidak terkendali."Tenang lah Caca sayang, Mama Mila sayang Caca ..., Mama Mila tidak mau Caca direbut wanita itu." Mila memeluk Caca meskipun pisau tetap ditodongkan. Sesekali dia juga mengecup kepala Caca. Mungkinkah ini bentuk sayang tak wajar."Tolong lakukan sesuatu! Jangan sampai Caca terluka." Aku gemetar. Aku takut Caca terluka."Tunggu, Bu. Dokter yang biasa menangani sedang menuju ke sini," jawab seorang perawat."Kenapa lama sekali?""Sabar, Bu. Sebentar lagi juga datang."Sabar? Ini keadaan darurat. Caca bisa terluka, orang gila tak akan dihukum. Bayu, aku akan menghubunginya.Aku beranjak dari kama
part 110"Aku akan masuk bersama Caca, aku harap kamu tidak keberatan menunggu di luar," ucap mis Riya menatapku di spion tengah depan setelah mobil di parkir.Aku membuang nafas besar dan berkata, "Boleh aku masuk melihat Mila?"Mis Riya memalingkan wajah ke belakang. Aku menyambutnya dengan menatap."Kamu, kamu tidak serius 'kan?" Mis Riya tampak ragu."Apakah aku sedang bercanda?" tanyaku balik."Bunda samaku aja menemui Mama Mila," timpa Caca terlihat senang dengan niatku."Kamu tahu pemicu Mila sakit? Tentunya melihatmu, Luna.""Lihat Caca, dia mirip denganku.""Sebaiknya tidak usah, lagian ini proses penyembuhan. Maafkan aku Lun, aku tidak bisa menuruti kemauanmu.""Ya sudah, aku akan menunggu di luar."Kami ke luar dari mobil. Sampai di depan rumah sakit, aku memilih duduk di ruang tunggu. Mis Riya dan Caca masuk ke dalam mengunjungi Mila.Aku bermain ponsel menunggu. Duduk sendiri, hari ini pengunjung rumah sakit tampak sepi. Entah kenapa teringat Rio. Dia melamarku tapi belum
part 108 PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI "Bayu! Kamu harus ingat kalau sekarang kamu suami Mila, aku ingin kamu sepenuhnya membuat Mila sembuh!" Mis Riya berteriak hingga suara lelakinya keluar. Dia tidak suka saat Bayu masih mengharapkanku. Aku tidak peduli. Bagiku Caca yang terpenting. "Luna, sebelum terlanjur, mari kita menikah lagi," ajak Bayu, tangaku belum juga dilepas. "Lepaskan aku, Mas." "Tidak, aku tidak akan biarkan kamu bersamanya! Kamu harus ingat, Rio putra kandung Dona." "Bayu! Kamu lupa dengan kesepakatan kita?" Mendadak Bayu melepaskan tanganku setelah Mis Riya berucap. Dia menatap seperti enggan jauh dariku. "Kamu ingat saat mempermainkan hidupku dulu. Kamu membeliku agar bisa rujuk dengan Mila dan mendapatkan sepenuhnya warisan ibumu. Sekarang, sekarang kamu menjual dirimu sendiri. Dunia berputar, karma lambat laun akan terjadi." Bayu diam dan terus menatapku. Kupalingkan muka ke mis Riya, lalu aku berkata, "Mis Riya, mungkin kamu berhasil mempermainkan hidup
part 107Pov Rio"Kamu kenapa, Rio?" tanya nenek terkejut melihat cangkir pecah di dekat kaki Rio."Oh, maaf, Nek, aku tidak sengaja," jawabku berusaha memungut kepingan cangkir."Tidak usah, Rio, biar nanti pembantu yang membersihkan, sekarang kita duduk di teras belakang aja, biar bisa memanjakan mata melihat taman," ucap Nenek."Luna, ayo," ajak nenek ke Luna."Iya Nek," jawab Luna lalu melangkah di hadapanku. Sekilas dia melempar senyum padaku. Hati ini berdetak tidak karuan."Kapan datang, Bro?" tanya Jovi merangkul pundakku. Kami melangkah ke teras belakang."Barusan, aku mau bicarakan masalah proyek pembangunan sepuluh ruko itu. Ini aku bawakan anggaran biayanya," jawabku sambil membuka file di ponsel."Udah, nanti aja, kita minum kopi dulu."Di teras belakang kami duduk sambil menikmati kopi hangat. Luna terlihat sangat akrab dengan nenek Jovi. Sepertinya nenek sangat menyukai Luna. Kelembutan tutur katanya dan caranya membawakan diri sangat mudah mendapatkan teman. Rasanya ak
part 106Pov BayuAku sudah dibutakan cinta dan hasrat. Aku tidak terima jika Luna menjadi milik lelaki lain. Dia harus jadi milikku! Akulah lelaki yang pertama menikahinya serta yang pertama menyentuhnya."Kamu tidak pernah berubah, Mas," ucap Luna berlalu masuk ke kamar.Aku meratapi diriku. Baru kali ini aku merasakan cinta teramat dalam pada seorang wanita. Aku dipermainkan oleh hasil permainanku sendiri. Usahaku selama ini tidak bisa meluluhkan hatinya. Justru kesalahan dan pemaksaan yang kuhadirkan. Apakah ini yang dinamakan gila karena cinta? Bodohnya aku.Aku kembali duduk di sofa. Nafasku besar dan perasaanku tidak karuan. Luna menolakku, Luna menjauhiku, Luna tidak mencintaiku. Sakitnya ....***"Papa, Papa bangun."Terdengar suara Caca membangunkanku. Aku berusaha membuka mata. Kulihat Caca berdiri di sampingku."Apa, Sayang," jawabku menyeringit."Aku mau ke rumah sakit."Aku bangkit dan duduk. Ternyata aku tertidur di sofa. Kulihat Caca menyandang tas dan sudah siap-siap
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments