Share

Part 4

part 4

Keningku terasa sakit. Ini harus diobati.  Masuk ke kamar tamu membawa kotak P3k dan mengobatinya. Terlihat di cermin aku menatap diriku sendiri. Sangat menyedihkan.

"Payah kamu Luna, mereka berzina di rumahmu dan kamu diam saja?! Kasihan sekali kamu. Kalau kamu membiarkannya, mereka akan semena-mena, Ayo bertindak!!!" Bisikan-bisikan marah menghasut pikiranku. Tak terima diperlakukan semena-mena. Diam menangis bukan solusinya. Bertindak! Ya, aku harus bertindak.

Dalam amarah, aku melangkah ke arah dapur.

Pintu belakang dibuka dari dapur. Tujuan ingin mengambil gunting kebun. Setelah didapat, dengan menatap tajamnya, aku tersenyum jahat dan sudah siap-siap menghadapi mereka.

Lalu, aku melangkah menuju ke kamar yang mana mereka sedang berzina. Mungkin saja sedang menikmati bergulat dengan nafsu syetan. Sebentar lagi, mereka akan terkejut dengan tindakan gilaku ini.

Sampai di depan kamar aku berdiri dan mengetuk pintu.

Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!

Sengaja suara ketukan pintu agak dikeraskan agar mereka terkejut.

Mereka belum membuka pintu.

Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!!

Kali ini aku mengetuk pintu lebih kencang. Mereka belum juga membukakan pintu. Begitu terlenanya mereka hingga ketukan berulang kali tidak dihiraukan.

Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!! Tok!!

Aku mengetuk lebih kencang dan berulang kali lebih cepat. Tak lama kemudian, pintu dibuka. Tetapi bukan Mila yang membukanya melainkan Mas Bayu hanya memakai celana dalam saja. Sedangkan Mila masih duduk berbalut selimut dan mungkin tanpa berpakaian, di tempat tidur.

"Lu-Luna?" Mata suamiku melotot melihat gunting kebun mengarah ke lehernya. Senyum jahat aku perlihatkan.

"Keluar dari kamarku!"

"Ada apa sih, Mas?" Mila bersuara dari tempat tidur.

"Mi-Mi-Mila, ayo kita keluar dari kamar ini." Suaranya gugup mengajak mantan istrinya keluar. Ternyata ia takut juga

Mila langsung berdiri dengan selimut menutupi badannya dan berkata, "Enak saja, kenapa a …." Iia terdiam melihat gunting kebun mengarah ke leher Mas Bayu. Mungkin tadi tidak terlihat karena posisi membelakanginya.

Aku tersenyum sinis melihat mereka. Mila kelihatan tegang sedangkan Mas Bayu menatapku dengan sedikit gemetar melihat tajam dan besar gunting di tanganku.

"Kamu pilih aku mengguntingkannya di lehermu atau ... di sini, Mas?" Suaraku dibuat selembut mungkin. Gunting kebun diarahkan dari leher, dan … pelan ke bagian bawah perut lelaki masih berstatus suamiku.

"Ja-ja-jangan Luna, tolong jangan nekad." Badannya semakin gemetar melihat gunting di bawah perutnya. Aku suka melihatnya takut.

"Gila ya, kamu!" Mila berkata dengan sorotan matanya yang membuat aku jijik.

"Ya! Aku sudah gila akibat ulah kalian! Aku tidak main-main, cepat pergi dari rumahku wanita jalang!"

"Rumah ini aku yang beli, Luna." Suamiku masih bersuara meski gunting hampir memotong organ dibagian bawah perutnya.

"Kamu lupa rumah ini atas namaku hadiah pernikahan kita, Mas?" Aku menekan suara lebih terdengar baik.

"Tapi uangku yang membelinya," jawab Mas Bayu.

"Aku bisa saja mengembalikan rumah ini, tapi apakah kamu bisa mengembalikan keperawananku!" Aku betul-betul dikuasai amarah.

Mereka hanya diam menatapku bersuara keras.

"Cepat bawa pelacur ini keluar dari rumahku!" Emosiku makin menjadi.

"Mila, cepat kita pergi dari sini, sepertinya perempuan ini sudah gila."

"Apa kamu bilang?!" Aku lebih menekan gunting mendengar suamiku menyebutku gila.

"Aduh! Jangan Luna, jangan potong. Oke oke, kami akan keluar. Mila, cepat pakai bajumu!"

Mendengar Mas Bayu tertekan, dengan terburu-buru Mila langsung memakai bajunya. Lalu menjinjing sepatu hak tingginya keluar dari kamar. Tampang kusut dengan rambut acak-acakan. Aku tidak membiarkannya berdandan dulu, karena sangat muak melihat mereka.

"Sekarang apa maumu?" Mas Bayu bertanya dengan suara lebih tenang.

"Buka seprai kasurku dan ganti dengan yang bersih, aku tidak mau noda kalian menempel di tempat tidurku."

"Oke oke! Tapi jauhkan gunting kebun itu."

"Oke, cepat lakukan!"

Mas Bayu langsung  melaksanakan seperti yang aku katakan. Wajah kesalnya membuatku tertawa kecil. Dikiranya aku tak berani melawan? Jika terlalu sakit, maka wanita bisa bertindak lebih kejam.

Setelah selesai, Mas Bayu berpakaian dan keluar dari kamar. Dengan tatapan seperti kesal, dia berlalu pergi.

Besok aku harus menemui ibu tiriku. Dia harus menjelaskan semua ini. Dan setelah itu, aku harus menyusun rencana apa yang harus dilakukan.

Air mata membasahi pipi, teringat almarhum Ibu. "Ibu ... aku akan menjadi wanita kuat seperti yang Ibu ajarkan, aku tidak akan membiarkan mereka mempermainkan hidupku."

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status