Sejam berlalu tapi ketukan dari luar pintu rumah Rina tak berhenti juga. Semakin lama malah semakin keras bunyinya. Gara-gara itu, ngapa-ngapain pun Rina nggak bisa. Suara ketukan itu terdengar beruntun dan sangat mengganggu. "Mbak Rina... ada tamunya lho di luar. Mbak ada di dalam kan?" Terdengar suara salah satu tetangganya ikut-ikutan menggedor rumahnya.Karena sungkan, Rina akhirnya membuka pintu rumahnya dengan enggan."Ya ampun mbak... sampeyan di dalam to?! Kok nggak dibukain to pintunya dari tadi? Ini tamunya... ngetuk-ngetuk terus dari tadi sampai banyak yang keluar dikira ada apaan?!" Komplain tetangganya itu diikuti tatapan sebal dari tetangga yang lain, yang tampaknya juga terganggu dengan suara gedoran pintu yang dilakukan Adit. Maklumlah Rina tinggal di rumah yang terletak di gang kecil dan berdempetan satu sama lain. Jadi suara keras sedikitpun, pasti langsung terdengar sampai ke tetangga.Melihat banyak yang membelanya, Adit terse
"Bagus! Gara-gara kamu... Miss Betty jadi sakit hati! Kenapa sih nggak bisa satu kali saja kamu nggak menyerang orang sesuka hatimu! Kalau memang sifatmu selalu sinis sama orang lain, mbok ya liat-liat dulu lagi ngomong sama sapa. Miss Betty itu wali kelasnya Moza, jangan gara-gara kamu nanti Moza jadi dapat masalah di sekolah!" semprot Adit begitu masuk. Dia tak menyangka baru satu hari saja pengasuhnya itu masuk kerja lagi, dia sudah membuat masalah. "Tapi pa... Miss Betty memang aneh! Masak tiap hari selalu mampir. Moza sudah selesai ngerjain PR pun, selalu saja maksa tinggal di rumah kita sampai malam," celetuk Moza ikut-ikutan membela Rina."Hush Moz... nggak boleh gitu! Saya memang salah pak. Saya terlalu sensitif mungkin tadi gara-gara melihat anak asuh saya terlalu diperhatikan wanita lain yang tak begitu saya kenal." Itu bohong dan dia tahu itu. Sikapnya tadi lebih condong karena sikap si wali kelas itu pada bosnya."Aduh... nggak tau l
Adit membetulkan letak peralatan makannya sambil dengan gelisah menunggu teman kencannya datang. Ini memang bukan pertama kalinya dia mengajak wanita kencan. Tapi yang ini lain. Kali ini dia mengencani wali murid anaknya sendiri yang notabene adalah perempuan baik-baik dan beda dengan teman-teman kencannya selama ini.Jam tujuh lewat lima menit, Adit melihat mobil si wali kelas memasuki area parkir. Pintu mobil itu terbuka dan menampilkan kaki indah nan jenjang milik Miss Betty beserta sepatu hak tinggi sepuluh centi miliknya yang berwarna perak dengan hiasan permata kecil di sepanjang tali sepatu tersebut.Pemandangan itu tentu saja mengejutkan Adit dan menarik perhatian mata para pria yang sedang berada di sekitar area parkir. Ditambah lagi, wanita itu keluar dari mobilnya dengan gaun hitam ketat di atas lutut, yang bagian atas bajunya terlihat terbuka sampai ke bawah dan hampir mempertontonkan keseluruhan bagian atas wanita itu dengan sangat gamblangnya. Adit be
"Pulang subuh katanya Miss Pak Aditnya. Mau nonton dulu katanya trus jalan-jalan," seru Pak Slamet setelah menutup telpon dari majikannya. Rina tak suka dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia sudah memperingatkan bosnya berkali-kali kalau Miss Betty itu bukanlah wanita polos dan sopan, seperti apa yang selalu diperlihatkannya pada semua orang di sekolah. Rina mengatakan itu bukan tanpa sebab. Siang hari saat menjemput Moza dari sekolah, Rina menyempatkan diri untuk menemui Miss Betty untuk meminta maaf. Dia mencari ke ruang guru, tapi wanita itu tak ada di sana. Rina pun menyuruh Moza untuk menunggu di dalam mobil supaya dia bisa mencari Miss Betty dan menuntaskan masalahnya dengan wali kelas anak asuhnya itu secepatnya. Dia juga khawatir kalau wanita itu menggunakan sakit hatinya dan mempersulit Moza di sekolah.Sayangnya dia mencari kemana pun, wanita itu tak kelihatan batang hidungnya, padahal mobil wanita itu masih terlihat terparkir di area par
Rina menunggu di depan gerbang sekolah yang tertutup bersama para ibu-ibu dan pengasuh yang menunggu anak dan anak asuh mereka keluar dari kelas mereka masing-masing.Karena sinar matahari yang terik, Rina duduk di bangku yang terletak di bawah pohon, bersama dua ibu yang juga sedang menunggu anak mereka."Anaknya kelas berapa Mbak?!" tanya seorang ibu yang berbadan tambun sambil membenahi lipstiknya yang hampir memudar."Anak asuh bu. Masih kelas dua," jawab Rina dengan tersenyum."Oh... yang wali kelasnya Miss Betty itu ya?!" sahut si ibu kurus ikut-ikutan nimbrung."Iya Miss Betty.""Wah ati-ati aja kalau uda kena Miss Betty. Kalau sekali dia nggak seneng sama kita atau anak kita, pasti nilainya sering dikurangin!" seru si ibu tambun dengan raut wajah serius.Si ibu kurus tadi ikut mengangguk dan berkata, "Iya... anakku dulu juga pernah diajar Miss Betty pas kelas dua. Eh... masak gara-gara anak saya lupa bawa kado ul
Dari jam sembilan malam, seluruh pekerjaan Rina sudah selesai dikerjakannya. Dari membantu anak asuhnya mengerjakan tugas membuat karangan dalam bahasa Inggris sebanyak dua ratus kata, membacakan cerita sebelum tidur dan akhirnya dia juga selesai menidurkan Moza tepat jam sembilan kurang lima menit.Setelah itu, dia tergesa-gesa ke arah kamarnya yang ada di bawah dan segera mengganti pakaiannya serta meminta Mbak Saroh memberi make up sedikit pada wajahnya. Rambutnya yang panjang pun diikatnya ke atas membentuk ekor kuda untuk sedikit menyesuaikan dengan pakaian yang baru saja dibelinya di Mall tadi siang.Rina mengetuk pintu ruang kerja bosnya dan langsung masuk saja saat selesai melakukan tiga ketukan."Ya Tuhan!" Adit yang sedang menyeruput kopinya, di sofa tempat dia membaca dokumen perusahaan, tersedak dan menumpahkan sedikit dari kopi di cangkir yang dipegangnya, ke atas kertas dokumen yang belum selesai dibacanya. Panik... Adit pun mengamb
Adit masuk ke kamar inap VVIP milik Miss Betty. Wanita itu tampak lemas dan terluka ringan di beberapa bagian kepala, wajah dan tangannya. Namun kakinya katanya patah dan harus dioperasi secepatnya, menunggu dokter pribadi Miss Rina untuk datang dulu. Obat penghilang rasa nyeri yang disuntikkan ke tubuh wanita itu tampak membuatnya mengantuk. Aditlah yang sabar menunggu, mengurus semua keperluan wanita itu dan mencoba lagi menghubungi adik Miss Betty yang tinggal di daerah Sidoarjo, yang letaknya agak jauh dari letak rumah sakit, di mana Miss Betty dirawat.Pagi jam tujuh pagi, Miss Betty akhirnya dioperasi. Adit sama sekali tak bisa tidur, tapi dengan sabarnya pria itu tetap menunggu. Sampai akhirnya sejam kemudian, adik perempuan Miss Betty datang dan bergantian dengan Adit menunggu kakaknya selesai operasi.Saat dia sampai di rumah untuk berganti pakaian, Rina dan Moza sudah berangkat ke sekolah. Badannya lelah dan matanya perih juga berat karena meng
Adit menekan lengan Miss Betty agar lepas dari lehernya dan setelah itu mendorong wanita itu menjauh darinya. "Apa-apaan ini Miss?!" hardik Adit dan serta merta mengelap bekas bibir si wali kelas dari bibirnya."Oh... bukannya... a-aku kira kamu punya perasaan yang sama denganku." Wanita itu memandangnya dengan raut wajah bingung bercampur kecewa."Bukan begitu... ini kita kan baru kenal... jujur saya belum ada perasaan kayak gitu sama sampeyan!" Adit juga sebenarnya bingung pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa kecupan bibir wanita secantik dan sesempurna Miss Betty tak menimbulkan perasaan apa-apa di hatinya. Dia bahkan tak tertarik untuk sekedar bersentuhan dengan wanita itu."Kalau nggak... trus kenapa kamu mau aja... bantuin aku terus? Bahkan semalaman kau sabar aja menemani dan mengurus aku di sini. Kalau itu bukan karena rasa suka, lantas buat apa kau sampai mau bersusah payah begini!" Kedua pasang mata coklat wanita itu memandang lurus ke