Share

Bab 6

Author: Fina FH
last update Last Updated: 2022-06-29 15:25:40

Pertama kali yang Adisti lihat setelah membuka mata adalah deretan rumah terbuat dari anyaman bambu yang berjejer di pinggir jalananan tidak beraspal.

Sesekali Adisti mengucek mata memastikan penglihatannya. Namun, tetap penampakan rumah berjejer yang terlihat.

“Benarkah ini dunia kalian?” tanya Adisti heran. Ia berpikir dunia Abimanyu akan berbeda dengan dunia manusia, tetapi nyatanya apa yang ia lihat sama. Dunia Abimanyu dan dunia manusia sama.

Abimanyu merengkuh pundak Adisti, membimbing gadis itu berjalan menuju rumah mewah yang berada di paling ujung. Rumah yang terlihat mencolok karena terlihat paling mewah dan besar dibandingkan dengan yang lain.

Adisti mengernyit saat melihat ada yang melakukan aktivitasnya sama seperti manusia pada umumnya. Ada yang menyapu halaman, bergosip, atau pun melakukan aktivitasnya di sawah. Adisti benar-benar tidak habis pikir. Benarkah ia berada di dunia Abimanyu sekarang? Mengapa tidak ada bedanya dengan dunianya? Lagi-lagi hanya pertanyaan tanpa jawaban yang didapatkannya.

“Ini dunia kami, Sayang. Pada dasarnya sama dengan manusia. Yang membedakan hanya alamnya saja.”

Jawaban Abimanyu tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan Adisti, tetapi setidaknya gadis itu sekarang tahu bahwa hidup Abimanyu sama seperti dirinya. Beda jenis saja.

“Ini rumahku.” Abimanyu membuka gerbang. Lalu menyilakan Adisti masuk dan berjalan terlebih dahulu.

Sebelumnya, Abimanyu memantrai gerbang agar tidak bisa dibuka oleh siapa pun jika bukan dirinya. Ia tidak ingin ada yang mengganggu selama Adisti berada di rumahnya. Terutama Arka.

Adisti dan Abimanyu disambut hangat oleh Lastri dan Hartono, orangtua Abimanyu. Mereka menyalami Adisti lalu menyilakannya masuk ke rumah.

“Kamu yang bernama Adisti? Abimanyu banyak bercerita tentang kamu. Ternyata cantik sekali.” Lastri memuji terlalu berlebihan. Tentu saja itu hanya kamuflase. Faktanya bukan kecantikan Adisti yang membuatnya senang.

“Duduklah. Kita mengobrol sebentar.” Lastri menggandeng Adisti, membawa gadis itu duduk.

Lastri memberi kode pada Abimanyu lewat kedipan mata. Seketika laki-laki itu berdiri menuju dapur.

“Umur berapa kamu, Sayang?” tanya Lastri antusias. Berbeda dengan Hartono yang hanya diam sejak Adisti datang.

“Dua puluh tahun, Tante.” Adisti tersenyum senang. Mama Abimanyu terlihat baik dan seolah menganggap dirinya seperti anak sendiri. Tiba-tiba perasaan sedih menghinggapi hati Adisti. Ia teringat sejak kecil hanya tinggal bersama sang kakek saja. Sehingga tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.

“Wah, masih muda sekali. Abimanyu memang tidak salah memilih.” Lastri meremas jemari Adisti, membuat gadis itu meringis pelan.

“I-iya, Tante.” Adisti mengangguk pelan.

“Jangan panggil Tante, sebentar lagi kamu jadi bagian keluarga ini. Jadi panggil Mama, oke?” pinta Lastri.

Adisti hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tak lama kemudian, muncul Abimanyu dari dapur membawa nampan berisi segelas minuman berwarna merah pekat.

Adisti mengernyit melihat minuman itu. Apalagi saat tak sengaja hidungnya mencium bau anyir seperti darah.

“Minumlah, Sayang. Ini minuman khas dunia kami yang diyakini bisa menambah kesehatan.” Abimanyu menyodorkan gelas pada Adisti lalu memaksa gadis itu meminumnya seketika.

Ragu Adisti menerima uluran Abimanyu. Terpaksa ia menerima karena tatapan Hartanto sangat tidak enak dipandang. Berbeda dengan Lastri yang terus tersenyum dan meyakinkan Adisti bahwa minuman itu aman untuk diminum.

Pelan Adisti membawa minuman itu mendekati bibirnya. Ia mengernyit. Rupanya dari minuman itu bau anyir yang tadi tercium berasal.

“Minuman apa ini?” tanya Adisti ragu. Ia menatap Abimanyu, Lastri, dan Hartanto bergantian. Raut wajah mereka tidak sama, tetapi pandangan mata sama-sama menuntut Adisti agar segera meminumnya.

Lastri kembali memberi kode pada Abimanyu yang dijawab dengan anggukan oleh laki-laki itu.

Abimanyu mendekati Adisti, lalu merengkuh pundak wanita yang akan menjadi tumbalnya kali ini. “Minumlah. Sebentar lagi kamu akan menjadi bagian dari keluarga kami. Jadi, kamu harus mengikuti aturan yang kami berikan.”

Setelah mendengar penjelasan Abimanyu, Adisti tergerak dengan sendirinya meminum minuman itu dengan sekali tenggak. Adisti tidak sadar, bahwa yang ia lakukan akibat mantra yang Abimanyu tujukan padanya saat merengkuh pundak.

“Bagus, Sayang.” Abimanyu sengaja memuji Adisti agar gadis itu tidak sadar telah meminum cairan kental itu.

Lastri tersenyum miring saat melihat gelas itu telah kosong.

‘Sebentar lagi aku akan menguasai wilayah ini. Tidak akan ada lagi yang berani mengangguk,' batin Lastri senang.

Berbeda dengan Hartanto. Laki-laki itu hanya diam dan berwajah datar. Ekspresinya tidak mudah ditebak. Sejak Adisti datang, ia hanya diam dan mengamati Adisti.

---

“Wajah lo kenapa?” tanya Sesil pagi itu saat melihat wajah Adisti yang pucat.

“Aku? Gak kenapa-kenapa tuh. Ada apa? Ada yang aneh dengan wajahku?” tanya Adisti sambil menyiapkan laptop dan beberapa berkas yang harus ia buat laporannya.

“Ada yang beda aja.” Sesi mengedikkan bahu lalu kembali ke mejanya.

Adisti tidak lagi memikirkan pertanyaan Sesil. Ia menghela napas. Tubuhnya terasa aneh memang sejak pulang dari alam Abimanyu semalam. Namun, gadis itu tidak tahu alasannya apa.

Tidak sengaja ekor mata Adisti menangkap sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin pemberian Abimanyu semalam sebagai tanda pengikat bahwa gadis itu adalah milik Abimanyu.

Adisti tersenyum saat teringat Abimanyu menyematkan cincin itu di jemarinya lalu mereka berciuman dalam waktu lama. Malam itu Adisti benar-benar bahagia mendapatkan Abimanyu dan mengetahui orangtuanya yang sangat ramah. Seolah ia menemukan keluarga baru, menemukan kasih sayang orangtua yang selama ini tidak ia dapatkan.

“Besok kita akan menikah. Semua akan dipersiapkan orangtuaku, jadi kamu tinggal duduk manis seperti ratu. Tidak perlu memikirkan apa pun. Karena hanya kamu yang bisa melihatku, jadi rahasiakan pernikahan kita, Sayang. Oke?” ucapan Abimanyu malam itu terus terngiang di kepalanya.

Menikah dengan Abimanyu? Tentu tidak pernah ada dalam bayangan Adisti selama ini. Menikah saja belum terpikirkan, apalagi menikah dengan selain manusia.

Adisti tidak ingat, bahwa hal itu sangat bertentangan dengan ketetapan Tuhan. Pernikahan dua alam, tentulah syirik. Menikah dengan berbeda agama saja tidak boleh, apalagi berbeda alam. Tentu sangat dilarang.

Gadis itu sengaja dibuat lupa oleh Abimanyu. Laki-laki sudah memantrai Adisti, agar gadis itu patuh hanya pada ucapannya. Karena itulah, Adisti hanya diam dan menuruti apa pun permintaan Abimanyu.

Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 12 siang. Itu artinya sudah waktunya istirahat. Adisti yang kebetulan membawa makanan, tidak beranjak dari kursinya. Ia makan di mejanya sendirian.

Sepasang mata menatap kegiatan Adisti dengan pandangan entah. Sebenarnya ia tidak ingin ikut campur urusan orang, tetapi mengingat siapa wanita itu akhirnya mau tidak mau ia mengawasi gadis itu selama di pabrik.

---

Kartilan sudah menunggu Adisti di teras. Laki-laki tua itu mengernyit saat melihat sesuatu yang berbeda dalam diri Adisti.

“Mbah, kenapa tidak masuk rumah saja?” tanya Adisti menghentikan motor di halaman lalu turun menyalami Kartilan.

“Aku lebih senang menunggumu di depan, Nduk. Sekalian mencari udara segar.” Kartilan tersenyum saat Adisti menggandengnya masuk ke rumah.

“Tapi dingin, Mbah.”

Adisti membawa laki-laki itu duduk di kursi tamu. Lalu duduk di samping sang kakek.

“Ada apa, Mbah? Tumben datang malam hari.”

“Kamu sudah punya pacar?” tanya Kartilan tiba-tiba.

Adisti terdiam. Membicarakan pacar, ia ingat ada Abimanyu yang menjalin hubungan dengannya. Namun, mengingat dunia mereka berbeda Abimanyu meminta Adisti merahasiakan hubungan mereka.

“Tidak, Mbah. Ada apa?” tanya Adisti hati-hati.

Kartilan mengembuskan napas lega. “Aku ingin menjodohkanmu dengan anak temanku, Adisti.” Mata Kartilan berbinar-binar saat mengucapkan itu.

Seketika Adisti membelalak tak percaya. Bagaimana ini? Jika Abimanyu tahu pasti laki-laki itu akan marah. Jika menolak sang Kakek dirinya tidak tega. Keluarga yang dimiliki hanya Kartilan seorang.

“Menjodohkan Adisti, Mbah?”

Kartilan mengangguk mantap. “Tenang saja. Dia dari keluarga berada. Kamu pasti akan bahagia, Adisti. Melihatmu bahagia dan ada yang menjaga adalah mimpiku sebelum tiada, Adisti. Patuh ya?”

Bibir Adisti terasa kelu. Ia tidak mampu menjawab permintaan sang kakek. Apalagi menolak. Apa yang akan ia katakan pada Abimanyu nanti saat mereka bertemu? Apalagi sebentar lagi mereka akan menikah di dunia Abimanyu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 55 (ENDING)

    Baskara menyemburkan api ke arah Ustaz Ramli. Dengan cepat laki-laki itu menghindar dengan cara berguling ke samping sebelum terkena semburan Baskara. Baskara tidak patah arang, makhluk itu kembali menyemburkan api, tapi lagi-lagi gagal karena Ustaz Ramli cepat menghindar. “Sialan!” umpat Baskara kesal. Emosinya memuncak hingga ubun-ubun karena merasa gagal mengalahkan Ustaz Ramli. “Kejahatan pasti akan kalah karena ada Allah yang akan membantu,” ucap Ustaz Ramli tenang. “Jangan sebut-sebut nama Tuhan! Dia hanyalah sebuah nama tanpa kekuasaan.”Ustaz Ramli beristigfar lalu menggeleng. “Kalianlah yang harusnya sadar diri, derajatmu tidak lebih baik dari kamu.”“Banyak omong kamu!” Baskara kembali menyemburkan api ke arah Ustaz Ramli karena terlambat menghindar, lengan laki-laki itu terkena api. Beruntung, sebelum api membesar Ustaz Ramli mampu memadamkannya dengan ujung jarinya. Baskara tampak tersenyum puas karena bisa melukai lawannya. Namun, senyumnya sirna saat Ustaz Ramli be

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 54

    “Aku sangat merindukan bertempur dengan kalian lagi,” ucap Lastri terlihat tenang.Ustaz Ramli pun tak kalah tenang, ia memberi kode pada Aldi untuk mundur. Pertempuran kali ini sepertinya akan sedikit sengit, tidak seperti sebelumnya karena Lastri pasti sudah menyiapkan semuanya. Tak mungkin menunggu dirinya dengan tangan kosong.“Lepaskan mereka!” ucap Ustaz Ramli datar. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun. Setenang air di danau.Berbeda dengan Lastri yang memiliki ambisi ingin menang agar Baskara tidak menghukumnya.“Tidak akan! Mereka akan menjadi budak kami, tentu saja kalian juga akan menyusul mereka,” sanggah Lastri. Ia mendekati Ustaz Ramli, detik berikutnya wujud Lastri berubah menjadi raksasa berekor ular.Ustaz Ramli mundur selangkah, pun dengan Aldi. Belum sempat mereka mempersiapkan diri, ekor Lastri terayun ke arah mereka, membuat 2 laki-laki itu terpental hingga menabrak tembok.“Hanya begitu saja kekuatan kalian? Masih permulaan sudah tidak berdaya,” sindir Lastri

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 53

    Belum sempat berteriak meminta tolong, dirinya sudah dibawa pergi oleh Lastri. Wanita itu tersenyum penuh kemenangan karena berhasil mengecoh Ustaz Ramli dan Aldi. Mau dicari ke mana pun, Dion tidak akan ditemukan karena Baskara membawa laki-laki itu ke alam mereka sama seperti Adisti. Kini di sinilah mereka berada, di dalam penjara terpisah dengan tangan terikat. Dion tak sadarkan diri saat Adisti datang, bahkan saat wanita itu memanggil namanya, laki-laki itu bergeming. Merasa percuma meminta tolong dan memanggil Dion, akhirnya Adisti memilih diam. Ia terus berdoa dalam hati agar Ustaz Ramli mengalahkan Abimanyu dan menyelamatkan dirinya. Bibir Adisti tampak terus bergerak membaca doa, ia tidak tahu akan segera Allah kabulkan atau tidak, tetapi yang jelas ia ingin berusaha dulu. “Lama sekali Abimanyu!” ucap Lastri mondar-mandir di depan penjara. Sesekali ia melirik Dion dan Adisti’ bergantian. Bibirnya terkatup rapat, enggan berbicara dengan Adisti atau memanasinya. “Biarkan s

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 52

    Malam itu Adisti dan Dion memutuskan ke rumah Ustaz Ramli untuk mengusir Abimanyu agar tidak lagi mengganggu hidup mereka. Untung saja di rumah Ustaz Ramli ada acara istighosah dan syukuran, sehingga jam 3 lagi masih terjaga semua.Dion melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Ustaz Ramli. Sepanjang jalan mereka terus beristighfar, berharap selamat sampai tujuan.Adisti tidak menginginkan bertemu Abimanyu lagi. Mengingatnya saja membuat dirinya merinding, apalagi saat ingat bagaimana pertemuan mereka, pernikahan, hingga memiliki anak Abimanyu.Adisti menyesal mengenal makhluk itu, mengapa dulu ia begitu mudah digoda Abimanyu untuk menuruti keinginannya. Jika waktu bisa diulang kembali, Adisti memilih untuk tidak mengenal Abimanyu sama sekali. Hidupnya benar-benar kacau karena makhluk itu.Namun, saat beberapa ratus meter lagi sampai di rumah Ustaz Ramli, tiba-tiba mobil Dion berhenti. Hal itu membuat Adisti sontak terkejut.“Astagfirullah!” pekik Adisti, “mobilnya kenap

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 51

    “Bodoh banget kamu!” umpat Abimanyu begitu wanita itu masuk kamar. Makhluk tak kasatmata itu terlihat penuh amarah, wajahnya memerah dan bibirnya kini terkatup rapat. Siska terkejut melihat kedatangan Abimanyu yang tak disangkanya. Ia mundur saat makhluk itu semakin mendekati dirinya. “A-aku ....” Ucapan Siska terputus saat Abimanyu melesat cepat ke arahnya lalu mencekik leher Siska. “Kamu memang tidak berguna! Apa susahnya memisahkan mereka? Dasar lamban!” bentak Abimanyu. Siska tidak bisa berkata-kata lagi, lehernya sakit dan mulai sulit bernapas. Semakin lama cekikan itu tidak kendur, justru semakin kencang. Beberapa detik kemudian, Siska memejamkan mata dan terkulai lemas. “Kamu memang pantas mati!” ucap Abimanyu, “sayang sekali, wanita secantik kamu ternyata sangat bodoh. Melakukan tugas yang mudah saja tidak bisa.” Setelah yakin Siska tidak lagi bernapas, Abimanyu segera pergi dari kamar Siska. Namun, ia tidak pulang ke rumahnya. Ingat apa yang dikatakan Baskara, bahwa in

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 50

    Malam itu Siska sengaja pulang agak malam, ia pura-pura sibuk membuat laporan keuangan untuk diserahkan pada Adisti. Padahal ia sudah merencanakan sesuatu untuk Dion. Dikeluarkannya botol kecil dari saku bajunya, lalu tersenyum miring.“Aku harus memainkan peran wanita tersakiti malam ini,” gumamnya lirih.Siska melirik Dion dan Adisti yang tengah mengobrol di salah satu kursi untuk pelanggan. Sesekali Dion tersenyum pada Adisti, jemarinya menggenggam tangan Adisti erat, seolah takut kembali terpisahkan.“Mau saya bikinin minuman?” tawar Siska mendekati mereka.“Boleh,” jawab Adisti singkat sambil tersenyum.“Oh ya, laporannya selesaikan malam ini ya. Kalau bisa sebelum jam 9 malam.”Siska mengangguk paham. Sebenarnya laporan itu sudah ia selesaikan sejak sore tadi, ia berpura-pura masih mengerjakan untuk mengulur waktu.“Kasian dia, Mas. Janda anak satu,” ucap Adisti setelah kepergian Siska ke dapur.“Oh, makanya kamu tetep kekeh buka warung ini?” tanya Dion.Adisti mengangguk. “Aku

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 49

    Pagi itu Adisti berkutat di dapur. Sengaja ia ingin memasak untuk suaminya, ingin menebus kesalahannya selama ini dan berusaha menjadi istri yang baik untuk Diion. Adisti baru menyadari bahwa hanya Dion, laki-laki yang menerimanya apa adanya. Bahkan saat dirinya berbohong masalah kepergiannya, laki-laki masih memaafkannya. Ke mana lagi mencari laki-laki sebaik Dion?“Masak apa nih?” tanya Dion yang masih mengenakan baju koko dan sarung. Sepertinya ia baru saja salat subuh. Adisti menoleh ke sumber suara, lagi-lagi ia terpesona, kali ini wajah Dion yang bersinar mengalihkan konsentrasinya. Beberapa detik Adisti terpaku pada sosok laki-laki agamis itu. Kemudian tersadar. “Masak ayam rica, sayur sop, dan nanti mau goreng kerupuk.” Adisti mengalihkan pandangannya, ia meneruskan menumis ayam. “Enak kayaknya,” seru Dion sambil melangkah ke arah Adisti. “Ada yang bisa kubantu?” tanya Dion.Posisi mereka yang terlalu dekat, membuat Adisti merasa canggung. Tak kunjung mendengar jawaban

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 48

    Malam itu Dion dan Adisti tampak berbincang di balkon bersama Kartilan. Laki-laki tua itu sangat bahagia melihat kedatangan Dion, ia berharap cucu menantunya itu bisa membujuk Adsti untuk kembali bersama.“Mbah sangat bersyukur kamu bisa menemukan kami, Dion,” ucap Kartilan sambil menyesap rokoknya.Dion tersenyum, tangannya terulur mengambil pisang goreng di atas meja yang berada di tengah mereka. “Dion pun senang mbah akhirnya bisa bertemu di sini. Allah sangat baik memberi petunjuk pada Dion selama ini.”Kartilan mengangguk paham. “Tentu saja Allah pasti akan menolong hamba-Nya yang membutuhkan bantuan. Mbah percaya pasti kamu akan datang dan sekarang terbukti, bukan?”Kartilan menghadap Adisti yang sejak tadi terdiam. “Bukankah kamu mau kembali bersama Dion? Dan kembali ke rumah kalian?” tanya Kartilan pelan.Adisti menatap Kartilan dan Dion bergantian, lalu mengembuskan napas dengan berat. “Adisti merasa berdosa, Mbah. Aa pantas Adisti bersama mas Dion? Padahal Adisti banyak mela

  • PERNIKAHAN DUA ALAM    Bab 47

    “Kamu tampan sekali, Sayang,” gumam Siska sambil membelai wajah laki-laki tampan yang berada di depannya. Seolah terhipnotis, wanita itu menuruti setiap ucapan yang keluar dari bibir laki-laki itu. Bibir laki-laki tersenyum senang, mudah sekali baginya menggoda Siska. Tidak hanya dengan memperlihatkan wajah tampannya, tetapi juga memberikan banyak harta dalam bentuk perhiasan. Tidak menunggu lama, Siska tergoda dengan rayuannya, dengan begitu ia bisa dengan mudah mendekati Adisti lagi. Ya, laki-laki yang sedang menggoda Siska adalah Abimanyu. Makhluk tak kasatmata itu berhasil datang ke dunia manusia setelah diobati oleh kakeknya. “Tentu saja aku tampan. Kamu tidak akan menemukan wajah setampan ini di mana pun,” goda Abimanyu sambil mencolek pipi Siska yang dibalas dengan senyum malu-malu. “Aku menginginkanmu, Sayang.” Abimanyu mencium tengkuk Siska, tetapi sebelum adegan berlanjut, ketukan dan suara Doni mengejutkan mereka. Seketika Abimanyu menghilang tepat saat pintu terbuka. “

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status