Share

Bab 6. Kesan Pertama

Gita pun merapihkan baju kotor miliknya dan memasukannya kedalam goodie bag lalu ia berniat untuk berpamitan pulang pada Andro. Tapi yang Gita jumpai malah pria dengan sorot mata tajam yang sepertinya terkejut juga melihat dirinya. Pria itu menatapnya lekat dan lama, membuat Gita jadi salah tingkah ditatap intens seperti itu.

“Permisi Pak, sa-saya mau pulang.”

“Kamu Gita?” tanya Rion sambil memperhatikan kecanggungan Gita.

“Iya Pak, Saya Gita.”

“Maaf Pak, tadi uang sisa ongkos taksi, saya belikan untuk bahan makanan.”

Rion hanya mengangguk, sambil terus menatapi wanita muda berhijab coklat itu. Pantas saja tadi mamahnya berbicara seperti itu, Rion tersenyum penuh arti.

“Arka dimana?”

“Arka tidur dikamar, Mas Andro ...”

“Andro? Dia masih disini?”

Andro yang mendengar namanya disebut pun lalu datang menghampiri kakaknya. Dia tadi berada dibalkon, sedang menerima panggilan entah dari siapa.

“Tumben, kamu ikut kesini.” Ujar Rion sambil melepaskan jas nya dan menaruhnya di kursi. Rion menggulung kemejanya sampai siku dan membuka dua kancing teratasnya.

“Gue kan juga kangen sama lo bang, abis lo betah banget di apartemen, ternyata lo ngumpetin barang bagus dari gue.” Andro duduk sambil menyeringai menatap Rion.

Rion yang sudah mengerti maksud pembicaraan adiknya itu hanya tersenyum sinis.

“Apa urusannya sama kamu, dik?” Rion pun duduk berhadapan dengan Andro.

“Gimana rasanya Bang?” tanya Andro sambil menaik turunkan alisnya, dengan senyuman mengejek.

“Bajingan! Otak kamu tuh harusnys sering-sering dicuci biar gak kotor.” Cibir Rion menggelengkan kepalanya.

“Halah ... Otak lo sama otak gue sama kotornya bang, I know you so well.” Andro menyeringai lagi.

“Maaf Pak, Permisi Saya pulang sekarang.” Gita memberanikan diri menengahi pembicaraan tak jelas kedua kakak beradik itu. Karena hari sudah mulai malam, ia takut ibunya khawatir menunggu dirumah.

“Aku antar!” seru Andro cepat.

“Lo gak keberatan kan bang?” Andro melirik ke arah Rion.

Rion pun menggedikan bahunya acuh. Terserah kalau adiknya mau mengantar Gita, itu bukan urusannya sama sekali.

“Gak usah Mas Andro, saya bisa pulang sendiri aja.” Gita menolak halus tawaran Andro.

“Gakpapa mba, gak baik perempuan jalan sendiri malam-malam,” Ucap Andro pantang menyerah.

Rion hanya menggelengkan kepala melihat Andro yang bersikeras ingin mengantar Gita.

“Kalau gak mau, jangan maksa Dro.” Ujar Rion.

Gita akhirnya menyerah, ia membiarkan Andro mengantarnya pulang. Karena jika ia masih terus disana akan menjadi lebih lama lagi untuk pulang. Gita pun keluar dari apartemen itu lebih dulu.

“Yes ... dadah bang Rion, dede pulang dulu ya, don’t miss me.” Andro meledek Rion sebelum ia keluar meninggalkan Rion.

Rion hanya tersenyum melihat kelakuan konyol adiknya itu. Kemudian ia masuk kedalam kamarnya, melihat Arka yang masih lelap tertidur. Ia menghampiri putranya lalu mencium kening Arka.

“Papah sudah pulang?” Arka yang merasa terganggu pun akhirnya terbangun.

“Sorry ganggu kamu tidur.” Rion mengelus kepala Arka.

“Arka kangen papah.”

“Papah juga Sayang.” Rion memeluk tubuh mungil Arka.

“Papah mandi dulu ya, habis itu kita makan. Oke!”

“Oke, Arka tungguin papah.”

Rion pun segera masuk kedalam kamar, setelahnya ia dan Arka menuju meja makan.

“Mba Gita mana Pah?” Arka bertanya sambil melihat kesekelilingnya.

“Udah pulang barusan dianter sama Om Andro.”

“Yaah ... kok mba Gita pulang sih, Arka kan masih mau main sama mba Gita.” Ujar bocak kecil itu dengan wajah sedih.

“Kan mba Gita nya juga capek dari pagi udah nemenin Arka, terus masakin buat Arka nih.” Rion membuka membuka tudung saji yang menutupi hidangan.

“Waah ... Arka mau udang krispi Pah.” Serunya dengan wajah berbinar.

Rion pun tersenyum serays mengusak rambut Arka. Kemudian dia mengambilkan nasi dan udang krsipi.

“Arka mau pake sayuran juga?” Rion menatap Arka.

“Gak mau aah ... Eh tapi nanti kasian sayurnya kalau gak habis, kata mba Gita gak boleh buang-buang makanan, mubazir Pah.”

Rion terperangah, mendengar ucapan anak kecil dihadapannya.

“Betul Sayang, makanya kita habiskan makanan ini dalam sekejap, Siap?” tantang Rion pada putranya.

Arka menggelengkan kepala,” Kata mba Gita gak boleh makan buru-buru, nanti bisa tersedak dan gak baik buat pencernaan.”

“Hmm ... begitu ya.”

“Tadi Arka ikut sama mba Gita ke supermarket, udang ini Arka yang pilih lho Pah, terus mba Gita juga tadi beliin Arka es krim, tapi kata mba Gita gak boleh banyak-banyak makan es krim nya nanti Arka bisa sakit.”

“100 buat mba Gita.” Sahut Rion sambil memasukan cumi saos padang ke atas nasinya. Masakan Gita benar-benar enak, batin Rion.

“Masakan mba Gita enak yah Pah.”

Rion menanggukan kepala,” Hmm ... enak. Udah lama kita gak makan bareng gini ya.”

“Pasti kalau mba Gita makan bareng kita jadi tambah seru, “ ujar Arka membuat Rion menatap bocah itu.

“ Pah tadi kan Om Andro mau tidur bareng sama Arka dan mba Gita, tapi kata mba Gita gak boleh.”

“Kenapa?” Rion penasaran dengan alasan wanita itu yang tidak mau Andro tidur sekamar dengannya.

“Kata mba Gita, laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom gak boleh dekat-dekat, apalagi tidur barengan nanti dosa, Allah marah.”

Lagi-lagi Rion dibuat terkejut, ia jadi semakin penasaran dengan wanita itu.  Apa saja yang Gita bicarakan dengan Arka siang tadi. Mengapa sepertinya Arka sangat menganggumi sosok Gita? Apa karena Arka sudah lama tidak bertemu dengan ibunya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status