Share

EMPAT TAHUN LALU.

Rosalyn Valois memeluk Kasier Morgan, pria tampan itu masih tidak bergerak dia begitu tidak berdaya.

Alina menarik lengan baju ayahnya, "Ayah apakah ayah membenci Alina. Mengapa Alina tidak memiliki ayah sementara orang lain memiliki ayah?!"

Sorot mata gadis itu sangat sendu, dia bahkan menatap Kaiser Morgan dengan tatapan ragu-ragu. Dia ingin sekali memeluk ayahnya seperti yang dilakukan ibunya, namun sayang sekali dia baru gadis berusia tiga tahun. Bahkan ketika dia ingin, tangannya tidak bisa memeluk tubuh pria yang tinggi menjulang itu.

Gadis kecil itu terdiam di samping Kaiser Morgan yang sedang terluka itu, "Ayah aku mau peluk."

Rosalyn Valois menghela nafas, dia melihat seorang pria yang tengah menyeret kakinya mendekati mereka, "Alina kamu jangan menyusahkan ayahmu. Sebaiknya kamu panggil pengawalmu dan bawa mereka ke rumah sakit."

"Alina akan mendengarkan ibu,"

Gadis kecil itu mulai memerintah bawahannya, didikan macam apa yang diterapkan oleh keluarga Valois bahkan seorang gadis kecil memiliki wewenang kusus untuk mengatur bawahan. Sekaya apa mereka sampai berbuat seperti itu.

Semua pengawal sibuk, orang-orang yang tidak berkepentingan sudah dibubarkan keempat tuan muda itu juga diantar ke rumah sakit. Dari mereka berempat Yuno Morgan si bungsu yang mengalami luka paling parah.

Satu rumah sakit satu keluarga terbaring semuanya. Alina pun ikut merawat Kaiser Morgan di ruangan itu. dalam satu lantai rumah sakit hanya di isi oleh keluarga itu.

Sementara si putra kedua Damian Morgan nampak tidak bisa berbuat banya, dia hanya terduduk linglung di emperan mansion.

------

"Siapa kamu mengapa kamu datang kemari? Kami tidak mengenalmu?!"

Seorang wanita paruh baya berjalan mendekati ranjang tempat Kaiser Morgan berbaring, wajah tampan yang penuh luka itu sangat mengenaskan bagaimana jika wajah itu tidak bisa pulih? Namun sudah pasti Rosalyn Valois punya caranya sendiri.

"Nyonya besar Morgan, Saya Rosalyn Valois. Ini putriku Alina Belleza Valois, maaf empat tahun yang lalu aku memaksa putramu untuk menikahi aku."

Nyonya Morgan atau Monica Morgan seakan akan sibuk mencerna ucapan dari Rosalyn Valois, putranya yang kasar itu bahkan sudah menikah tanpa memberitahu dirinya. Apakah ini benar?.

"Menikah? Tapi Kaiser tidak pernah memberitahu aku tentang itu. Dan dia adalah orang yang keras kepala mustahil kamu bisa memaksanya dia sendiri tidak mau? ."

Wanita paruh baya itu mulai bertanya-tanya, dia sangat mengenal dengan jelas bagaimana sifat dan watak putranya itu.

Rosalyn Valois mulai mengenang kembali masa lalu dimana dia memaksa Kaiser Morgan untuk menikahinya hingga insiden itu yang meninggalkan benih Alina Belleza Valois dalam rahimnya.

Empat tahun yang lalu.

"Ughh..."

Kaiser Morgan terbangun, sembari memegangi kepalanya pria berusia 25 tahun itu melihat ke sekelilingnya. Ruangan dengan dominan warna putuh disertai bau disinfektan yang sangat menyengat, ditambah jarum infus yang menempel di tangannya sudah pasti dirinya kini sedang berada di rumah sakit.

Seorang gadis tengah berteriak di depan seorang dokter dan beberapa perawat, "Jika kamu tidak mampu menolongnya. Lepaskan jasmu lalu keluar dari rumah sakitku,"

Dokter itu hanya diam, siapa gadis itu? Mengapa dia menolongnya? Bahkan Kaiser sendiri tidak tau siapa gadis yang ada di depannya.

Mungkin saja gadis itu adalah salah satu dari sekian wanita yang mendekatinya karena parasnya yang tampan dan hartanya yang berlimpah.

"Siapa kamu?!"

Pertanyaan Kaiser membuat gadis itu diam, gadis itu menoleh ke-arah ranjang pasien, "Kau sudah bangun rupanya. Namaku Rosalyn Valois, kamu bisa memanggilku Rosa. Kamu bisa memanggilku Rosa, aku menemukanmu tersungkur di sungai belakang rumahku!"

Gadis yang sangat angkuh, dia bahkan tidak bertanya siapa nama pria yang dia tolong. Apakah mungkin karena dia sudah tau siapa dirinya? Rosa, Rosalyn Valois. Nama yang cukup asing, dia bahkan tidak pernah mendengar nama itu.

"Terima kasih sudah menolongku!"

Kaiser mengerahkan seluruh kekuatannya, kepalanya pusing dadanya sesak. Mungkin karena terlalu lama dia berada di dalam air hingga rasanya sangat sukar untuk dijelaskan.

Rosalyn mengerutkan dahinya, "Terima kasih, dengan apa kamu ingin berterima kasih? Dengan tubuhmu atau dengan uangmu?!"

Benar sekali perempuan ini sangat matre. Mungkin itu yang saat ini dipikirkan oleh Kaiser Morgan saat Rosalyn Valois mengucapkan kalimat itu. Namun gadis di depannya itu cukup cantik terlepas dari kepribadiannya yang kasar wanita itu sangatlah cantik.

"Kamu ingin apa?!"

Rosalyn Valois mendekat, "Setelah kamu sembuh aku akan membawamu ke biro pernikahan sipil?! Jadilah suamiku, bagaimana? Tidak berat kan? kamu berhutang nyawa kepadaku!."

Dasar gadis tidak tahu malu, Kaiser sudah sering bertemu perempuan yang tidak tau malu namun kali ini. Dialah yang paling parah, menolong orang demi memiliki seorang suami dadakan.

"Jangan marah tuan, aku butuh suami dadakan. Aku akan memberimu uang untuk kembali ke keluargamu. Namun aku butuh bantuanmu, menikahlah denganku!"

Lamaran macam apa ini? Bukankah biasanya pria yang melamar wanita? Namun kini Kaiser justru dilamar oleh seorang wanita tepat saat dia baru bangun dari sakitnya.

Dengan sorot mata tajam Kaiser menatap Rosalyn, "Kamu tau siapa aku?!"

"Tentu saja tidak.. Jangan bercanda aku menemukan mu disungai, bagaimana aku bisa tau tentang dirimu." Rosalyn mengerutkan kening, dia benar-benar tidak tau siapa pria itu.

Helaan nafas terdengar dari mulut Kaiser,

"Bagaimana jika aku memanfaatkanmu?!"

"Tuan jangan menyanjung tinggi diri sendiri kamu belum ada kemampuan untuk itu.

Kaiser Morgan tersenyum, "Baik aku akan menikah dengamu. Jangan menyesal jika aku memanfaatkanmu!"

Rosalyn Valois terdiam, apakah keputusan yang dia buat secara terburu-buru ini salah? masih sempat kah dirinya untuk menyesal? Kelihatannya sudah tidak ada jalan untuk kembali.

"Sudah jangan banyak bercanda, sudah tidak ada waktu untukmu menyesal. Makanlah, aku harus berbicara dengan dokter tentang kondisimu. Ingat jangan kabur, karena aku bisa menangkapmu!"

Entah mengapa Kaiser Morgan merasa gadis yang mendominasi ini sangat menarik, tatapan tajam dan keangkuhan yang terpancar dari wajahnya menambah kharismanya sendiri.

Kaiser ingin bertanya apa alasanya mengajaknya menikah, namun belum sempat dia berucap gadis itu nampak keluar dengan terburu-buru. Menarik, sungguh menarik.

"Aku akan mencari tau siapa dirimu Rosalyn Valois..."

Senyuman merekah di bibirnya, dia sudah tidak nampak seperti seorang pasien. Seorang gadis menolongnya lalu dengan berani mengajak dirinya menikah sungguh gadis yang konyol namun dia suka dengan hal itu.

(.....)

Detik demi detik berlalu, jam juga sudah pindah angka namun belum ada tanda-tanda Rosalyln kembali untuk menjaganya.

"Dasar gadis itu, baru saja dia mengajak aku menikah. Namun sekarang bahkan dia sudah pergi entah kemana!"

Kaiser dengan gusar mengumpat, Wakil Presdir Armor Group itu masih setia menunggu di atas ranjang rumah sakit. Gelisah seperti ini bukanlah sifatnya.

Mendengar pintu dibuka, dia mulai membaringkan tubuhnya dangan tenang, "Ku kira kamu sudah melarikan diri!" ucapnya sambil melipat tangannya di dada.

Kaiser menatap dengan tatapan tajam, "Melarikan diri itu bukan hobiku nona!"

Rosalyn Valois masuk kedalam ruang rumah sakit itu, "Ku kira kamu sudah melarikan diri?!" ketusnya sembari segera menutup pintu dengan rapat.

Kaiser Morgan menatapnya dengan tatapan aneh, "Nona, melarikan diri bukanlah hobiku!".

Mendengar hal itu, Rosalyn Valois tertawa kecil. Dia membuka lembaran kertas di tangannya kemudian menyerahkan itu kepada Kaiser Morgan untuk dia tanda tangani.

"Ini adalah surat perjanjian, setelah mendapat akta nikah kamu bisa mendapatkan satu buah pesawat jet beserta awaknya dan kartu hitam tanpa batas. ahhh... aku masih bisa menambahkan satu buah pulau. Bagaimana ini menarik bukan?!"

Kaiser Morgan megerutkan dahinya di dalam perjanjian itu bahkan tidak tertulis namanya sebagai pihak kedua. Saat dia memandangi kertas itu dengan keheranan dia mulai bertanya kepada Rosalyn Valois tentang itu, "Kamu tidak menulis namaku nona?!"

Rosalyn Valois menghela nafas, aku tidak tau namamu. Dan itu juga tidak penting, perjanjian itu berlaku untukmu.

"Namaku Kaiser Morgan. Ingat itu calon istriku,"

Rosalyn bergidik ngeri nama Kaiser Morgan memang tidak asing di dengar apalagi di sela-sela maraknya berita hilangnya tuan muda ketiga keluarga Morgan. Namun Rosalyn mengabaikan itu dia mengira hanya memiliki nama yang sama bukan berarti itu dirinya.

"Namun nona, aku tidak tertarik dengan hadiah ini. Aku lebih tertarik pada tubuhmu daripada benda-benda ini!"

"Dasar kau buaya mata keranjang. Tanda tangan atau tidak!"

Perintah yang mendominasi membuat Kaiser berkali-kali menarik sudut bibirnya, dia benar-benar ingin sekali mendekap harimau betina itu dalam pelukannya.

"Besok kamu sudah boleh pulang, kamu harus mendaftarkan pernikahan untukku. Selebihnya terserah padamu!"

Kaiser benar-benar tertarik pada gadis itu namun saat ini hal yang perlu dia lakukan adalah memberitahu keluarganya bahwa dirinya baik-baik saja. Karena sejak kecelakaan itu mungkin saja orangtuanya sedang panik mencarinya.

"Nona boleh pinjam ponselmu. Aku harus menelfon keluargaku. Mungkin mereka sedang mencariku saat ini."

Rosalyn menatap Kaiser kemudian mengeluarkan ponsel dengan softcase warna peach tersebut kemudian menyodorkan benda tersebut kepada Kaiser.

Sungguh tampilan ponsel yang lucu berbeda dengan pemiliknya yang sangat galak itu, "Pakai saja aku harus mengurus surat surat untuk pernikahan kita!"

Kaiser mengangguk, "Urus disini saja. Jangan kemana-mana terlalu sepi disini sendiri, aku khawatir ada hantu yang berkeliaran!."

Pertemuan pertama perjanjian dan pertemuan kedua pernikahan. Dia bahakan tidak memiliki kesempatan untuk menolak, astaga... wanita yang benar-benar rumit namun menggemaskan.

"Bahkan hantu mungkin akan takut kepadamu!"

Kaiser kembali menarik sudut bibirnya, "Jangan bercanda, aku sangat tampan bukan?!"

Entah mengapa dia sangat narsis namun dia merasa sangat bahagia untuk itu. Menggoda Rosalyn Valois merupakan hobi barunya.

Namun begitu Rosalyn Valois mengikuti kata-kata Kaiser dia hanya duduk di kursi kemudian menatap pria yang tengah memainkan ponselnya itu.

"Apa yang kamu lakukan mengapa tersenyum sendiri?... "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status