Kini Arsya sudah sampai dikantornya lelaki itu langsung turun dan masuk menuju ruangannya. Dan benar saja, kakeknya sudah berada disana duduk disofa dengan kaki diangat satu tengah menatapnya tajam. Arsya mencoba bersikap biasa saja, lantas ia duduk disebelah Wisnu.
"Kakek ngapain kesini?" Tanya Arsya basa-basi, sebenarnya ia sudah mengetahui tujuan Wisnu datang kesini.
"Tak boleh?" Tanya Wisnu balik.
Arsya menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Maafin sifat Arsya tadi kek, Arsya bener-bener ngak nyadar udah bentak kakek." Ucapnya, sengaja ia bilang seperti itu supaya Wisnu tak menanyakan kemana dirinya pergi tadi.
Wisnu menatap Arsya dari atas sampai bawah tak ada raut kecurigaan diwajahnya karena Arsya memakai setelan jas lengkap, "Cucu kakek tak pernah bersikap seperti itu." Sarkasnya.
"Maaf kakek, Arsya mencintai Sera. Apa kakek tak mau punya menan
Cahaya matahari masuk melalui celah-celah korden, seorang lelaki terbangun karena merasakan tidurnya terusik oleh kilauan cahaya matahari. Ia melihat kearah jam yang tertempel didinding sudah menujukkan pukul 8 pagi."Kenapa bisa telat bangun sih." Gumam lelaki itu yang tak lain adalah Arsya.Dengan cepat ia bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas kekamar mandi. 20 menit kemudian Arsya sudah rapi dengan kemeja berwarna tosca, bukan tanpa alasan ia memakai baju berwarna tosca. Warna itu kesukaan Sera, karena hari ini ia dan keluarganya akan pergi kekediaman Louwen membicarakan tentang pernikahannya."Sudah siap?" Tanya Arsya saat dirinya sudah sampai diruang tamu.Semua orang yang ada diruang tamu mengangguk, mereka sudah rapi dengan pakaian formal walapun wajah 2 orang terlihat datar yang tersenyum hanya bundanya saja. Tapi Arsya tak memperdulikan itu semua, yang terpenting pernik
Kini saat-saat yang ditunggu Sera dan Arsya telah tiba, kedua keluarga itu berada didalam satu ruangan yang sama. Mereka berada diruang tamu mansion keluarga Louwen, ruangannya cukup besar. Masing-masing kepala keluarga saling melemparkan tatapan tajam membuat sang anak jengah dengan sikap itu. Yang bersikap ramah hanya Reta dan Citra saja.Mereka duduk berhadapan disofa panjang, ditengah-tengah mereka terpadapat meja panjang yang diatasnya sudah ada camilan dan teh, tentu saja yang menyiapkan Citra. Bisa dibilang ini kali pertama kedua keluarga itu berada disatu tempat yang sama."Sampai kapan kalian akan diam begini?" Ucap Reta yang malas dengan situasi ini apalagi suaminya yang berada disebelahnya turut diam. Arsya tersenyum mendengarkan penuturan sang bunda."Tak usah berlama-lama, kapan cucumu menikahi cucuku?" Tanya Fikri kepada Wisnu."1 bulan lagi." Bukan Wisnu yang me
Suara Arsya menggema diseluruh penjuru mansion, lelaki itu memanggil bundanya sembari berlari. Saat mendengar sahutan dari Reta, Arsya berlari menuju sumber suara. Ternyata bundanya berada di taman bunga yang tempatnya dibelakang mansion.Terlihatlah Reta yang sedang menyirami berbagai macam jenis bungga. Lelaki itu memeluk bundanya dari belakang, menaruh kepalanya dipundak Reta. Reta tak terkejut karena Arsya sudah biasa seperti ini, mungkin anaknya dalam mode manja."Ada perlu apa panggil, bunda?" Tanya Reta, perempuan berusia hampir setengah abad itu memindah posisi Arsya supaya berada didepannya."Mau ngomong penting sama bunda." Ucap Arsya. Reta mengangguk, ia mencuci tangan sebentar dan menarik lengan Arsya supaya mengikuti dirinya.Kini mereka duduk dibangku yang menghadap langsung dengan bunga-bunga milik Reta. Arsya tiduran dipaha Reta, dengan tangan bermain HP. Reta sendir
Arsya berjalan dengan langkah tergesa-gesa, ia sampai mansion sudah malam sekitar pukul 7. Lelaki itu menatap kesegala arah, ia bernafas lega tak ada keluarganya keculai para bodyguard yang berlalu lalang. Namun saat dirinya ingin menaiki tangga tiba-tiba lampu yang semula redup menjadi terang, suara berat nan tegas milik Alif membuat ia tak lagi melanjutkan langkahnya."Kesini Arsya." Ujar Alif penuh penekanan. Arsya menghela nafas pendek lalu berbalik arah menuju tempat dimana Alif berada.BughArsya terjatuh kelantai karena Alif memukul tubuhnya secara tiba-tiba. Lelaki itu terbatuk sembari mencengkram perutnya yang terasa sakit, ia melihat kearah Alif. Ayahnya menatap dirinya dengan pandangan yang sulit diartikan. Arsya mencoba berdiri dengan tangan meraba meja yang berada disampingnya."SETELAH MEMBUAT BUNDAMU MENANGIS KAU BARU PULANG SEKARANG?!" Teriak Alif dengan nada penuh p
Keesokannya Arsya akan pergi ketempat yang Abimana kasih kemarin. Saat ini ia tengah menjemput Sera dikantor perempuan itu, untuk pekerjaannya semuanya sudah ia kerjakan sejak pukul 1 pagi tadi. Untung saja tubuhnya tak terlalu sakit akibat insiden kemarin.5 menit menunggu diparkiran, Sera datang dan langsung masuk kedalam mobil sportnya.Arsya mengenyritkan alisnya bingung, mengapa Sera tertawa selepas masuk. Apa yang salah, menurutnya tak ada yang kelihatan lucu."Berhentilah tertawa, Sera." Ujarnya sebal, kini mobil itu berjalan membelah jalanan kota.Sedangkan Sera berhenti tertawa ia meraih botol air mineral dan meneguknya, "Wajahmu lucu sekali hahahaha." ujarnya. Ternyata Sera tertawa karena melihat wajahnya, mengapa humor calon istrinya sangat rendah sekali?!."Memang ada apa dengan wajahmu?" Tanya Sera kepo saat melihat beberapa bagian wajah Arsya yang berwarna biru-bi
Sesampainya dimobil mereka melepaskan masker dan juga topi. Sera sendiri memilih melepaskan hoodie besar milik Arsya karena merasa kepanasan. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.“Om tadi beneran temen om Alif?” Tanya Sera.Arsya memgedihkan bahunya, “Dia tau makam generasi ke 2 Giory, om Abi juga pasti tau awal mula tentang permusuhan ini.” Ujarnya.Sera mengangguk setuju, “Om Abi pembawaannya tenang, dan dia nyuruh kita buat cari tau semuanya diruang rahasia.” Ujarnya.Namun mereka sama-sama tak tau dimana letak ruang rahaisa di mansion masing-masing. Hei! Mansion sangat besar, mana mungkin mereka berkeliling untuk mencari. Sera sendiri merasa tak ada kecurigaan terhadap ruangan-ruangan di mansionnya, anggota keluarganya tak ada yang melarang dirinya datang keruang manapun yang ada di mansion.“
Hari ini Arsya berencana untuk mencari tentang ruang rahasia yang Abimana maksud, namun niatnya ia urungkan sebentar dikarenakan ada neneknya yang datang dan mengajak seluruh anggota keluarganya untuk berkumpul.Kini Arsya berada diruang keluarga, dia duduk bersama bunda dan ayahnya. Sedangkan kakek dan neneknya duduk disofa berbeda. Suasana kali ini cukup hangat, sedari tadi Arsya sibuk memikirkan dimana letak ruang rahasia itu. Dirinya menyusun rencana supaya keluarganya tak ada yang tau."Adek mau nikah yah?" Tanya nenek Arsya yang bernama Dewi.Arsya mengangguk, dirinya sebal dengan panggilan itu. Neneknya yang satu ini selalu menganggapnya anak kecil, padahal dia sudah menjadi CEO dan akan segera menikah dengan Sera tentunya."Kalau Arsya nikah, tanggung jawab Arsya ke Sera semakin besar. Arsya harus lindungi istri Arsya." Ujar Dewi, ia tau tentang rencana pernikahan anta
Sera memandangi bodyguard itu dari atas sampai bawah, gerak gerik mereka mencurigakan."Ada keperluan apa nona kesini?" Tanya bodyguard itu kepada Sera.Lita sudah ketar-ketir di tempat dikarenakan Sera yang tak kunjung menjawab. Sialan! Sera membuat jantungnya seperti lari maraton."Ini ruangan apa?" Tanya Sera, ia menatap mata bodyguard dengan lekat."Hanya gudang nona." Jawab mereka, Sera mengangguk pikirannya berkata bahwa ruangan itu bukan gudang. Kalaupun hanya gudang mengapa harus dijaga oleh bodyguard?."Bisa tolong kalian ambilkan aku kardus besar yang berada diluar?" Tanya Sera mencoba bersikap tenang.Salah satu bodyguard itu mengangguk dan berkata, "Akan saya ambilkan." Ujarnya ingin melangkah pergi namun belum satu langkah suara Sera mengagetkannya."Kalian berdua, kardusnya berat." Ujar Se