Share

4.

Hari ini, hari pertama Kelana dan Marlina datang bersamaan ke kampus. Setelah satu minggu acara pertunangan, ini pertama kali mereka menampakkan diri di depan umum. Sesampainya d kampus, Kelana langsung keluar dari mobil dan pergi begitu saja meninggalkan Marlina. Sedangkan Marlina masih merasa canggung harus diantar jemput dengan mobil, apalagi bersama dengan Kelana. Dengan agak sedikit canggung, dia keluar dari mobil dan masuk kedalam kampus. Setiap langkahnya seperti diperhatikan oleh mahasiswa yang ditemu Marlina. Namun seperti biasanya, Marlina tetaplah Marlina yang periang dan sedikit cuek. Kali ini Marlina sudah tidak memakai celana olahraga dan rampung yang dikepang dengan sumpit. Penampilan Marlina terlihat begitu anggun, dengan sedikit riasan diwajahnya. Diapun bergegas menuju kelasnya. Dia langsung menghampiri ketiga sahabatnya. Wajah Tika dan Tiwi yang awalnya nampak kesal, tiba-tiba berubah langsung memeluk Marlina.

"Bagaimana kau begitu jahat seperti ini, kamu buan cinderela." Tika merengek kepada sahabatnya itu.

"Apapun itu, kami tetap sahabatmu." Ranti yg duduk di depan Marlina mencoba untuk terlihat lebih kalem.

"Kamu tahu, setelah pangeran Kelana kamu curi, entah dewa apa yang memayungi kelas kita. Ada mahasiswa pindahan yang jauh lebih tampan dari pangeranmu. Dan dia terlihat lebih ramah." Tiwi mengejek Marlina.

Hiroshi masuk kedalam kelas. Tika dan Tiwi terlihat histeris, entah bagaimana mereka berdua bisa sangat seekspresif itu. Mereka tidak sungkan untuk berteriak dan bertingkah konyol di depan umum, apalagi hanya di dalam kelas.

"Hiroshi, kamu bisa duduk di depanku." Tika mempersilahkan Hiroshi yang masih bingung mencari tempat duduk.

"Hai, kamu juga di kelas ini?" Marlina nampak sedikit terkejut.

"Bagaimana kalian bisa saling kenal? Marlina cukup Kelana yang kamu curi, pangeranku ini jangan kau dekati!" Tika langsung menarik tangan Hiroshi

"Tapiii..., dia kan...." Marlina coba menjelaskan namun Hiroshi nampak sedikit menggelengkan kepalanya, tanda dia tidak ingin orang lain tahu siapa dia sebenarnya.

                                                                 ***

Kelana nampak asik sedang memainkan gitarnya di teras belakang rumahnya. Ibu Diana mengahmpiri putranya itu dan duduk disampingnya.

"Nak, kamu sudah bertemu dengan Hiroshi bukan?" Ibu Diana membuka percakapan mereka.

"Tentu Ma, kemarin saat acara pertunangan dan tadi siang dia mampir kerumah. Ada apa Ma?" Kelana menjawab sambil memainkan petikan gitarnya.

"Apakah kamu tidak merasa ada yang janggal. Mereka sudah pergi lebih dari lima tahun, dan mereka tiba-tiba saja datang. Bagaiman menurutmu?" Ibu Diana mulai terlihat serius.

"Ma, ada apa dengan Mama? Mama kesini hanya ingin membahas itu? Bukankah ada banyak hal yang harus Mama persiapkan untuk pernikahanku?" Kelana mencoba mangalihkan pembicaraan

"Sebentar Kelana, Bukankah aneh, mereka tiba-tiba pindah kesini dan membeli rumah tidak jauh dari rumah kita. Bukankah mereka sudah punya kehidupan yang baru di Jepang sana?" Ibu Diana kali ini mencoba menghentikan petikan gitar Kelana.

"Ma, mereka datang kesini bukankah karena undangan dari Mama untuk pernikahan ini, lalu kenapa sekarang Mama bingung sendiri? Sebaiknya Mama ketemu dengan Marlina, masih banyak yang harus dia pelajari untuk bisa menjadi pendamping ku. Aku tidak mau nanti dia membuat malu keluarga kita dengan tingkahnya yang sering terlihat konyol." Kelana berdiri dari tempat duduknya dan begitu saja pergi meninggalkan Ibu Diana.

                                                                  ***

Karena kesehatan Papa Kelana yang semakin menurun, maka pernikahan yang harusnya masih satu bulan lagi, akan lebih dipercepat lagi. Satu minggu lagi pernikahan akan segera dilangsungkan. Marlina sudah mulai dipingit, tidak booleh pergi ke kampus ataupun keluar rumah jika tidak ada hubungannya dengan pernikahan. Sedangkan Kelana, dia masih saja mencuri-curi kesempatan untuk bisa keluar rumah untuk sekedar berkumpul dengan teman-teman band nya. Memang penjagaan untuk Marlina lebih ketat, karena dia masih harus banyak belajar mengenai tata cara kehidupan kalangan orang kelas atas, Marlina juga harus belajar mengenai bisnis keluarga yang selama ini telah dijalankan turun temurun. 

Malam sebelum pernikahan berlangsung, Marlina masih harus banyak belajar untuk acara pernikahnnya besok. Karena adanya acara adat yang cukup rumit dan asing bagi Marlina. Keluarga yang lain nampak sibuk dengan acara pernikahan besok.

"Hei, gimana perasaanmu? Sudah siap untuk besok?" Hiroshi menyapa sepupunya yang sedang asik bermain piano.

"Haaaaa, apa yang yang harus aku persiapkan? Semua sudah diatur, aku hanya tinggal mengikuti saja." Jawab Kelana santai.

"Lalu mana Marlina, aku tidak melihatnya?" Hiroshi duduk disamping Kelana dan ikut bermain bersama.

"Dia di rumah satunya, ada beberapa acara yang harus dijalani. Mungkin sekarang dia masih harus menghafalkan urutan acara untuk besok."

"Kamu tidak menelpone atau mengunjunginya? Kasihan dia pasti kelelahan harus mengikuti semua acara, pasti sangat asing baginya."

"Aku tidak tahu, aku dilarang bertemu dan juga disana sudah ada banyak orang yang akan membantunya."

"Kelana, kamu masih saja tidak berubah, sikapmu sangat dingin dengan orang asing. Tapi dia kan nantinya akan menjadi istrimu, bersikaplah lebih hangat."

"Sudahlah lupakan, apakah kamu masih ingat dengan lagu ini? Siapa yang salah harus bisa menghabiskan es krim itu."

Kelana dan Hiroshi asik memainkan tuts paino, seperti ketika mereka masih kecil dahulu. Mereka berdua memang memiliki bakat di dunia musik. Hiroshi lebih jago kalau untuk masalah piano, namun Kelana lebih unggul saat memaninkan gitar, suara mereka juga cukup merdu dan wajah mereka cukup tampan. Dan mereka pun tenggelam mengenang waktu mereka kecil dahulu dan sering menghabiskan waktu bersama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status