Share

3.

Penulis: susi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-13 15:02:46

Setelah sepuluh tahun hidup di Jepang, hari ini Hiroshi sampai di Bandara di kota S. Bukan tanpa sebab Hiroshi kembali ke kota kelahirannya. Selain untuk menghadiri pernikahan saudaranya, dia harus mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Meskipun bukan sebuah pengasingan, namun Hiroshi dan Ibunya merasa terusir dari rumahnya sendiri. Dia dan ibunya harus keluar dari rumahnya sendiri dan pulang ke kampung halaman ibunya di Jepang, setelah ayahnya tiba-tiba meninggal. Saat inilah waktu yang tepat untuknya merebut kembali apa yang sudah seharusnya menjadi miliknya. Setelah selesai membongkar barang-barangnya, Hiroshi bergegas menuju ke kampus untuk mengurus perpindahan kuliahnya. Sesampainya di Kampus, Hiroshi bingung mencari tempat untuk mengurus kepindahannya. Tanpa sengaja dia bertemu dengan gadis berpakaian cukup nyentrik, dengan rambut di ikat dengan sumpit yang ditusukkan.

"Maaf, aku mungkin tersesat, dimana tempat untuk mengurus kepindahan mahasiswa?" Hiroshi mencoba bertanya dengan gadis itu.

"Oh, kamu mahasiswa baru? Ada di gedung sebelah, kamu lurus saja nanti ada gedung berwarna putih biru berlantai tiga, kamu bisa bertanya dengan bagian informasi." Gadis itu menjawab sambil menunjukkan arah gedung yang dimaksud.

"Baiklah, terimakasih sekali." Hiroshi masih terheran dengan gaya gadis unik itu.

"Kau bukan orang sini ya, kamu seperti orang dari luar? Matamu indah..."Gadis itu entah memuji atau hanya menggoda. Hiroshi hanya tersenyum malu, lalu membungkukkan badan tanda berpamitan dengan gadis itu.

                                                                     ***

Hari ini adalah hari pertunangan Kelana dan Marlina. Nampak di rumah Kelana sudah terlihat kesibukan, rumahnya sudah dihiasi dengan beberapa ornamen bunga. Acara hari ini hanya kusus untuk keluarga inti saja, namun suasana rumah Kelana sudah tidak kalah dengan acara pernikahan.

Acara akan dimulai pukul 8 malam, namun sejak pagi, orangtua Marlina dan adiknya sudah sibuk dengan segala persiapan. Dari pihak keluarga Kelana sudah mengirimkan orang untuk merias Marlina agar terlihat berbeda, begitu juga dengan orangtua Marlina, mereka akan didandani sedemikian rupa agar nampak seperti orang kalangan atas. tepat pukul 6 sore, Marlina dan keluarga sudah dijemput oleh pihak Kelana menuju tempat acara. Antusias dari keluarga Marlina begitu terlihat, namun tidak dengan Marlina. Dia masih bingung dengan keputusannya, apakah ini tindakan yang dibenarkan. Mobil mulai terasa menurunkan kecepatannya, pintu mobil pun dibuka dari luar. Terlihat orangtua dan eyang Kelana menyambut kedatangan Marlina dan keluarga. Ayah Marlina terpesona melihat rumah yang begitu mewah, Ibu Marlina mencoba menyembunyikan kekagumannya. Pak Rudy mengantarkan kedua keluarga masuk kedalam ruangan yang sudah dipersiapkan. Kedua keluarga duduk berseberangan, Marlina duduk diantara kedua orangtuanya, namun Kelana belum terlihat diantara keluarganya.

"Maaf, Kelana masih bersiap, kita tunggu 5 meit lagi." Papa Kelana mencoba membuat suasana agar lebih nyaman.

Kelana terlihat masuk kedalam ruangan, memakai baju batik senada dengan bawahan yang dipakai Marlina. Kelana terlihat begitu mempesona, tanpa disadari Marlina menatap Kelana tanpa berkedip. Dia memang pantas menjadi idola di kampus.

"Maafkan saya bapak dan ibu, membuat kalian menunggu." Kelana langsung mencium tangan kedua orangtua Marlina.

"Oh tidak apa-apa, bapak paham Kelana pasti sibuk." Ayah Marlina langsung menyambut tangan Kelana dengan sangat antusias.

"Karena semua sudah hadir disini, maka acara langsung saja kita mulai." Pak Rudy mempersilahkan semua yang hadir untuk menepati tempat duduk yang sudah tersedia.

Marlina awalnya merasa ragu dengan keputusannya, namun ketika melihat perilaku Kelana yang begitu sopan, dia mulai berubah pikiran, apalagi Kelana terlihat begitu menawan. Rangkaian acara satu persatu telah dilewati, hingga puncak acara adalah pemasangan cincin pada jari Kelana dan Marlina. Tak terlihat pasangan itu adalah hasil dari perjodohan, mereka berdua nampak begitu serasi. Entah siapa yang pandai bersandiwara, namun raut wajah keduanya nampak bahagia.

"Marlina, sekarang kamu resmi menjadi anak kami, jadi sekarang kami juga orangtuamu. Mungkin butuh waktu satu atau dua bulan untuk meresmikan status kalian, karena Mama dan Papa tidak bisa tinggal disni terlalu lama, selama Mama dan Papa pergi, kami titip Kelana sama kamu ya." Mama Kelana memegang tangan Marlina dengan lembut.

"Marlina, mulai besok kamu bisa pindah kerumah ini. Kami sudah menyiapkan kamar khusus untukmu nak, karena kalian belum bisa tinggal satu kamar. Papa percaya dengan kalian, pasti kalian tahu batas-batasnya kan. Dan kalau satu rumah kalian jadi sering bertemu, jadi bisa lebih cepat adaptasi. Peresmian pernikahan kalian, akan kami persiapkan secepat mungkin. Kalian bisa Papa percaya kan?" Papa Kelana memberikan wejangan kepada pasangan baru itu.

"Papa, Mama, Eyang, Ibu dan Bapak tidak perlu khawatir. Papa dan Mama sudah mendidik Kelana dengan sangat baik. Marlina akan aku jaga sesuai dengan amanah dari mendiang Eyang Kakung, aku akan memperlaukakn dia dengan sangat baik." Ucapan Kelana semakin membuat Marlina jatuh cinta.

Setelah acara puncak selesai, dilanjutkan dengan acara ramah tamah. Marlina duduk semeja dengan Kelana, namun tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Tiba-tiba ada sosok berdiri disebelah Kelana, sosok yang menurut Marlina sudah pernah dia temui.

"Hai, selamat ya, akhirnya kamu bisa selangkah didepanku." Hiroshi menepuk pundak Kelana.

"Kapan kamu sampai? Kenapa tidak ada kabar samasekali?" Kelana langsung berdiri memeluk Hiroshi.

"Calon istrimu terlihat sangat cantik. Maaf kemarin saya belum sempat memperkenalkan diri. Nama saya Hiroshi, saya sepupu Kelana." Hiroshi menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Marlina.

Belum sempat Marlina menyambut tangan Hiroshi, Kelana sudah menarik tangan Hiroshi. Dia menarik Hiroshi menuju ke meja eyang dan orangtuanya.

"Eyang lihat siapa ini yang datang, Kakak sudah pulang." Kelana dengan semangatnya berbicaara kepada eyangnya.

"Maaf, saya baru bisa berkunjung sekarang." Hiroshi langsung mencium tangan eyang dan Papa Mama Kelana.

"Wahhh, kamu terlihat begitu tampan seperti mendiang ayahmu. Kabarmu baik kan?" Eyang mencoba memeluk cucunya yang sudah lama tak dijumpainya. "Duduklah disni, disamping eyang. Eyang sangat rindu."

"Kenapa kamu sendirian, dimana mamamu?" Papa Kelana menyapa keponakannya itu.

"Maaf, Mama masih ada keperluan yang harus diselesaikan, jadi mungkin bulan depan baru bisa pualng kesini."

"Nak, sekarang kamu tinggal dimana? Apakah tempatmu nyaman?" Papa Kelana mulai mencairkan suasana.

"Saya tinggal tidak jauh dari sini Om, rumahnya cukup luas untuk kami berdua tinggal. Kebetulan Mama berencana membuka studio di rumah."

"Mama mu buka studio apa?" Mama Kelana mulai nampak tertarik dengan kehidupan keponakannya ini.

"Mama buka kelas Yoga tante, kebetulan selama di Jepang Mama mempelajari tentang yoga, dan sekarang Mama sudah mempunyai sertifikat sebagai pelatih Yoga." Kelana nampak semangat menceritakan kehidupannya.

"Lalu kamu apakah masih kuliah atau ada kesibukan yang lain?" Kelana pun tak kalah tertariknya.

"Kebetulan aku kuliah di kamus yang sama dengan mu, kemarin waktu aku datang ke kampus untungnya calon istrimu membantuku. Kalau tidak, pasti aku sudah tersesat di kampusmu yang luas itu." Hiroshi bercerita sambil menunjuk ke arah Marlina.

'Pantas saja aku tidak asing dengan orang ini, ternyata dia laki-laki kemarin yang aku temui di kampus. Dan memang aura keluarga mereka terasa sangat berbeda. Ternyata dia memang bukan orang biasa.' Dalam hati Marlina menggumam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PERNIKAHAN WARISAN   15.

    Sementara itu selama Kelana berada di luar negri, Marlina setiap hari harus belajar mengelola perusahaan. Dia merasa sangat beruntung karena ada Hiroshi yang selalu membantunya. Meskipun sering menemui kesulitan, namun Marlina tidak mudah menyerah. Dia terus mencoba dan tidak sungkan untuk bertanya kepada Hiroshi maupun kepada pegawai yang lain. "Apa kamu masih ingin lembur?" Hiroshi berdiri di depan meja kerja Marlina. "Ohhhh, sudah jam berapa ini?" Marlina kaget mendengar suara Hiroshi. "Sudah lebih dari jam 7, yang lain juga sudah pulang. Kamu mau jadi penunggu kantor ini?" "Bukankah aku terlalu cantik untuk sesosok hantu penunggu gedung?" Marlina mengusap-usap mukanya. "Hahahahaha, kalau kamu hantunya, aku rela setiap hari kamu ganggu." "Aku sangat lapar, tapi aku harus segera pulang." Marlina membereskan mejanya dan memasukkan barang bawaannya ke dalam tas. "Lahhhh, kenapa kita tidak makan dulu saja. Deket sini ada ayam goreng yang sambelnya terkenal enak, Aku yakin kamu

  • PERNIKAHAN WARISAN   14.

    Sesampainya di Singapura, Kelana langsung bertemu dengan salah satu kliennya. Karena perjalanan yang tidak terlalu melelahkan, maka Kelana memutuskan untuk segera menyelesaikan urusannya dengan beberapa klien sekaligus. Setelah hampir setengah hari dia berkutat dengan urusan pekerjaan, Kelana memutuskan untuk istirahat saja di hotel, karena besok dia masih ada pertemuan dengan klien yang lain. Sebelum kembali ke kamar hotel, Kelana ingin bersantai di restoran hotel. Ketika sedang menikmati kopinya, dia di kejutkan dengan suara perempuan. "Apakah kopi disini enak?" Suara perempuan itu mengejutkan Kelana. "Astaga, apa yang kamu lakukan di sini?" Kelana sedikit beranjak dari duduknya karena terkejut. "Aku mengejutkanmu?" Perempuan itu lalu duduk di samping Kelana. "Bukankah kamu seharusnya ada di Thailand? Apakah tempatnya berubah?" Kelana melihat sekeliling karena seharusnya Kanaya berada di Thailand untuk koompetisi. "Kamu tidak senang aku berada di sini?" Kanaya mencoba memeluk K

  • PERNIKAHAN WARISAN   13.

    "Apa yang menjadi pikiranmu, selama sesi latihan tadi sepertinya kamu begitu gelisah." Ibu Sayaka memberikan Kirana secangkir teh hijau. "Ah, tidak aku hanya merasa tegang, sebentar lagi ada ujian akhir, dan minggu depan aku akan ikut perlombaan di Bangkok." Kirana mencoba memutar lengannya agar merasa lebih tenang. "Aku dengar anda tinggal di Jepang cukup lama, Bagaimana dengan Jepang?" "Disana aku merasakan ketenangan, karena memang disana kampung halamanku. Hiroshi juga senang berada di sana. Jepang adalah negara yang sangat menarik. Hal modern bisa sangat berdampingan dengan tradisi yang kuat. Baru-baru ini ada sebuah kontroversi, seorang bangsawan yang akhirnya menikah dengan pacar lamanya." "Benarkah itu, pasti mereka menjadi bahan perbincangan nasional. Hahaha." Karina tertawa mendengar cerita Ibu Sayaka. "Tentu saja, bangsawan itu adalah seorang pewaris tunggal di keluarga bangsawan sekaligus pengusaha. Dia jatuh cinta dengan seorang gadis, temannya semasa kuliah. Mereka m

  • PERNIKAHAN WARISAN   12.

    "Kakak kapan datang?" Agha, suara adik Marlina membuat suasana yang awalnya terasa cukup romantis tiba-tiba menjadi sangat canggung. "Agha, sejak kapan kamu datang?" Marlina mencoba bersikap biasa saja, dan mengusap-usap wajahnya. "Ehmmm, baru saja. Kakak kenapa disini?" Agha mendekat kearah Marlina sambil menyipitkan matanya. Dia melihat kearah Kelana dengan tatapan curiga. "Kamu sudah ditunggu ayah, cepat sana ganti baju dan segera bantu ayah." Kelana mencoba mengalihkan perhatian Agha, dia merangkul kepala Agha sambil menariknya berjalan menuju pasar. "Heiii, kenapa kamu memanggil ayahku Ayah." Agha mencoba melepaskan rangkulan Kelana. "Apa maksudmu, aku ini kan kakakmu. Sopanlah sedikit. Ayo cepat." Kelana kembali menarik tubuh Agha untuk berjalan lebih cepat. Marlina masih kaget dengan kejadian yang baru saja terjadi. Dia juga bingung dengan perilaku Kelana yang sok akrab dengan adiknya. "Hei, kenapa kamu masih berdiri di sana?" Kelana berteriak ke arah Marlina. "Haaa,

  • PERNIKAHAN WARISAN   11.

    "Marlina." Terdengar teriakan perempuan dari dalam rumah. "Ibu, aku sangat merindukanmu." Marlina langsung memeluk ibunya yang berlari dalam rumah. "Apa kau tidak merindukan ayahmu ini?" Ayah Marlina berdiri di samping Marlina dan istrinya yang saling berpelukan. "Ayah, bagaimana kabarmu? Aku merindukan kalian semua." Marlina juga langsung memeluk ayahnya. Mereka bertiga terlihat sangat senang sekali, Marlina sampai melupakan ada Kelana dan Pak Rudy yang masih berdiri di luar rumah. Kelana dan Pak Rudy hanya tersenyum melihat tingkah laku keluarga Marlina. Kemudian Ayah Marlina tersadar dan melepaskan pelukannya, lalu berlari kecil menuju luar rumah. "Maafkan kami, silahkan masuk. Mohon maklum, kami bertiga belum pernah berpisah dengan waktu yang cukup lama. Mari-mari..." Ayah Marlina mengajak menantunya dan Pak Rudy masuk ke dalam rumah. "Mari silahkan duduk, rumah kami sangat sederhana, beginilah rumah di desa tidak ada barang yang mewah." Ibu Marlina mempersilahkan Kelana dan

  • PERNIKAHAN WARISAN   10.

    Pagi ini tidak seperti biasanya, Marlina sarapan sendiri. Sejak bangun tidur tadi Marlina tidak melihat Kelana ada di rumah."Bi, Kelana kenapa tidak sarapan? Apa dia belum bangun tidur?" Tanya Marlina kepada Bi Nah."Maaf Non, tuan dari semalam belum kembali kerumah. Mungkin Pak Rudy lebih tahu.""Hah, tidak pulang?" Marlina langsung berdiri dan berlari ke depan mencari Pak Rudy"Pak, Kelana tidak pulang? Dia kemana?" Marlina memegang lengan Pak Rudy sambil menggoyang-goyangkannya."Iya Non, tapi..." Belum selesai Pak Rudy menjawab pertanyaan Marlina, Kelana sudah nampak dari dalam rumah."Ada apa kamu mencariku?" Nada suara Kelana terdengar agak meninggi."Hei, kemana saja kamu semalam, kenapa tidak pulang?" Marlina langsung menghampiri suaminya."Ada hal yang perlu aku selesaikan, dan itu bukan urusanmu. Cepat kamu berkemas, hari ini kita harus pergi ke suatu tempat." Kelana mendorong Marlina masuk ke dalam rumah."Kita akan kemana, kamu mengajakku liburan? benarkah itu?" Marlina

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status