Share

Bab 5

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2022-07-04 02:49:08

[Apa kamu ada hati sama orang lain? Maaf, kalau pertanyaan ini terkesan lancang. Namun, aku tidak ingin menaruh harap sama orang yang tidak pernah ada niat untuk menerimaku. Katakanlah sekarang sebelum akhirnya kita melangkah lebih jauh dan sulit untuk kembali ke titik awal.]

Membaca pesan itu membuatku semakin dilema. Kasihan juga Akbar kalau harus diberi harapan sementara hati fokus memikirkan Gio.

Ya, dalam hati dan pikiran selalu terbesit nama Gio Syaputra. Aku sampai heran kenapa bisa sesuka itu sama dia. Entah karena sifatnya yang suka menolong orang atau memang sudah menjadi takdir.

[Tidak, Akbar.]

Hanya itu yang bisa aku kirim padanya. Ini tidak berbohong karena aku hanya mengatakan tidak, bukan menjelaskan secara rinci. Aku mengaku tidak bisa memberitahunya tentang Gio karena lelaki itu saja sudah mengaku kalah.

Mungkin Gio merasa ragu untuk berjuang mengingat status ibunya yang seorang kupu-kupu malam. Ibu merasa khawatir jika kelak aku menjadi menantunya, akan dipaksa untuk terjun dalam dunia itu.

Membawa lelaki asing secara bergilir untuk kepuasan sesaat dalam rumah. Ah, itu hal yang paling aku benci. Seandainya Gio sudah jujur sejak awal, maka tidak akan serumit ini.

Sekian menit aku menunggu, tidak ada balasan lagi padahal sudah centang biru. Biar saja, malam ini juga aku ingin segera tidur berharap besok ada keajaiban yang diberikan Tuhan.

***

"Selamat pagi, ada yang bisa dibantu, Mas?" sapaku lembut ketika ada sosok laki-laki yang masuk ke toko.

Hari ini Mbak Rina si pemilik toko juga ikut hadir karena mau melelang beberapa barang lama besok lusa. Lelaki itu memindai sekitar, lalu bertanya, "gamis yang seukuran kamu, warna terserah deh!"

Aku melongo. Apa jangan-jangan dia mau membelikan gamis untuk aku karena hanya memakai dress selutut dengan celana bahan sehari-hari?

Tanpa protes, aku langsung memilih gamis model terbaru warna krem. Dia langsung mengangguk setuju. Setelah tiba di meja kasir, aku bertanya, "dibungkus apa gini aja?"

"Bungkus, Mbak. Masa iya aku keluar toko bawa gamis itu tanpa kantong plastik?"

Astagfirullah, ternyata dia bukan mau membelikan untukku. Berarti perempuan lain yang mungkin sepantaran sama aku. Dasar tukang geer! gerutuku dalam hati.

Tepat ketika menyerahkan uang kembalian, Dian meneleponku meminta segera datang ke rumahnya karena darurat. Suaranya terdengar parau sekali.

"Mbak Rin, aku bisa izin sebentar gak? Sahabat aku nelfon, dia kayaknya lagi butuh bantuan. Kadang penyakitnya kumat, tetapi lagi sendiri di rumah!" mohonku dengan sangat panik.

"Boleh."

Aku langsung melangkah cepat ke parkiran dan melajukan motor dengan kecepatan tinggi. Untung saja Mbak Rina orangnya baik, jadi bisa izin dengan mudah padahal pekerjaan di toko lumayan banyak.

Lelang yang akan berlangsung lusa nanti bukan lelang biasa, melainkan besar-besaran karena Mbak Rina mau mengosongkan toko untuk memasukkan barang baru.

"Dian, buka pintunya!" Aku mengetuk pintu sedikit keras ketika sudah sampai.

Daun pintu bernuansa putih itu terbuka lebar. Aku diminta duduk di ruang tamu dulu, bahkan segelas air putih sudah tersedia di sana. Dian memintaku meminum dahulu.

"Bagaimana acara tadi malam, kamu suka sama Akbar?"

"Kamu nelfon aku cuma buat nanyain itu?"

"Enggak. Sabar, ini permulaan saja, Ayu."

"Entahlah. Aku sepertinya belum suka sama Akbar, tetapi mau mencoba menerimanya. Apalagi Gio sikapnya seperti itu, tadi malam saja dia gak aktif."

"Kamu belum tahu alasannya?"

Aku menggeleng pelan. Sudah berulang kali aku menelepon Gio, mencari di Facebo0k juga Instagr*m tetap saja nihil tanpa jawaban. Dia seperti menghilang bak ditelan bumi.

Sampai saat ini aku masih memikirkannya sekalipun menegaskan dalam hati kalau laki-laki itu sudah tidak cinta lagi atau menemukan incaran baru. Aku tidak menyangka akan berakhir seperti ini setelah berulang kali membahas masa depan bersama.

"Gio ada di sini, dia di kamar Dani. Kamu mau melihatnya?"

"Apa? Gio ada di sini?!" pekikku yang kemudian langsung menuju kamar Dani.

Pintu nuansa cokelat itu terkunci, aku menggedor-gedor tanpa rasa malu karena orangtuanya juga tidak ada di rumah. Mereka berdua sibuk mencari nafkah.

Hanya saja yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Gio bisa ada di sini? Bukankah seharusnya berangkat kerja?

"Gio tidak mau melihatmu!" kata Dani ketika pintu sedikit terbuka.

Dengan sekuat tenaga aku mendorong pintu itu. Betapa terkejutnya aku begitu melihat Gio terbaring lemah dengan penuh lebam. Dian menggenggam erat tanganku seolah memberi kekuatan.

"Gio babak belur begitu karena disiksa oleh pacar ibunya. Tadi malam dia berusaha meminta ibunya untuk berhenti dari pekerjaan itu, tetapi ujungnya berakhir seperti ini. Untung saja Dani yang menunggu di luar mendengar erangan Gio dan langsung menyambar masuk," jelas Dian.

Aku menelan saliva, air mata mengucur deras karena tidak tega melihat pemandangan ini. Tadi malam aku tersenyum bahagia sambil terus menyalahkannya, padahal dia tengah berjuang meminta sang ibu berhenti dari pekerjaan itu.

"Gio tahu kalau kamu dijodohkan itu karena pekerjaan ibunya. Walau tanpa diberitahu, dia bisa menebak," tambah Dian lagi.

Sementara Dani kembali mengompres luka Gio dengan air es. Andai saja aku bisa mengobati luka Gio, mungkin dia akan tersenyum bahagia.

Lelaki itu menutup mata rapat, tetapi aku bisa melihat bulir bening mengalir di sana. Hati seketika merasa perih, Gio yang malang harus terbaring lemah demi aku.

"Assalamualaikum!" Kami dikejutkan oleh suara ibu.

Bagaimana mungkin dia tahu kalau aku ada di sini? Cepat-cepat Dani menyuruh kami keluar, lalu menutup pintu kamarnya rapat.

"Waalaikumussalam, Ibu?"

"Tadi ibu mencarimu ke toko, kata Rina kamu ke rumah sahabat. Ada apa?"

Mudah sekali ibu menebak karena sejak dulu hingga kini, aku hanya bersahabat dengan Dian. "Em, Dian tadi menelepon, Bu."

"Maaf, Bu. Aku tidak tahu kalau ...." Dian menggantung kalimatnya. Dia pasti tidak tahu harus bilang apa.

"Kalau mau membantu Ayu menyatu dengan Gio, tidak usah. Sampai kapan pun aku tidak sudi punya menantu dari anak seorang kupu-kupu malam. Kalian sudah tahu pekerjaan Dania, 'kan?" Suara ibu benar-benar lantang.

Aku menutup mata karena merasakan luka yang dirasakan Gio. Lelaki itu hanya pura-pura tidur tadi, berarti bisa mendengar pengakuan ibu.

"Bu, tolong jangan bawa-bawa pekerjaan ibunya Gio," tegurku dengan suara pelan.

Ibu membuang napas kasar. "Ini demi kebaikan kamu juga, Ayu!" tegasnya.

Detik selanjutnya, ibu meraih pergelangan tanganku dan menyeret paksa keluar dari rumah Dian. Tanpa ragu aku berteriak keras, "Dian sampaikan maafku padanya. Sungguh, bukan ini yang aku inginkan!"

Perempuan yang memakai jilbab itu mengangguk pelan. Wajahnya berhias awan hitam yang menyiratkan kesedihan. "Gio, maafkan aku!" teriakku lagi begitu sampai di motor.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 126

    Sepuluh tahun berlalu, kini Ayu sudah berkepala tiga. Dia sedang duduk di sebuah kursi taman berwarna putih di belakang rumahnya. Wanita itu sibuk menyulam rindu untuk kedua orangtua yang kini telah tiada.Rasanya waktu bergulir begitu cepat, dia tidak lagi muda dan kuat seperti dulu. Meski usia tiga puluh tahun lebih belum termasuk menua, tetapi pada anak remaja saja sudah banyak yang mengeluh lutut sakit atau kekurangan pendengaran."Bunda!" teriak seorang anak lelaki yang begitu mirip dengan Akbar. Usianya baru menginjak tahun ke delapan dan saat ini masih duduk di bangku kelas dua SD.Di belakangnya menyusul lelaki tampan yang selalu membersamai Ayu selama ini. Dia menggendong seorang gadis kecil yang matanya seindah milik Ayu. Usianya baru menginjak dua tahun pada pekan lalu.Anak kedua mereka bernama Syafiq dan anak ketiganya bernama Aisha. Meski sudah ada dua pengganti atas kepergian Yafiq, tetapi Ayu selalu dipanggil sebagai Bunda Yafiq."Anak bunda sudah pulang?""Iya, Bun. T

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 125

    Tujuh bulan berlalu tanpa terasa dan proses pemulihan Ayu sudah selesai. Sekarang dia bisa bergerak sesuka hati meski Akbar selalu melarangnya untuk mengangkat beban berat. Selain karena dia perempuan, Akbar selalu takut terjadi sesuatu pada sang istri.Aktivitas mereka kembali seperti dulu sekalipun Ayu tetap banyak diam di rumah. Jika dulu ada Dian yang menemani, sekarang tidak lagi. Bahkan sahabatnya itu semakin jarang memberi kabar.Benar kata orang dahulu bahwa setelah menikah, mereka akan semakin jarang bertemu atau kumpul dengan sahabat karena kini prioritasnya berbeda. Terlebih jika dirinya bukan wanita karir maka akan semakin sedikit waktu untuk ketemu di luar.Selama tujuh bulan itu pula, Ayu selalu mendapat kebahagiaan dari perhatian penuh dari suami dan keluarganya. Dia juga dipanggil Bunda Yafiq oleh tetangga dan rekan kerja suaminya."Sayang, aku ada kabar gembira nih!" seru Akbar ketika baru pulang dari bekerja.Ayu yang sedang menonton televisi lantas berdiri dan mengh

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 124

    Ayu membuka mata perlahan. "Benarkah Steva sudah pulang?""Iya, dia minta maaf karena tidak bisa menghindar. Steva mengaku kalau dirinya betul-betul tidak sengaja."Wanita itu mengangguk lemah, dia tersenyum karena pada akhirnya keputusan yang Akbar pilih jauh lebih baik dan menenangkan hati. Ayu yakin kalau Steva sungguh-sungguh dalam meminta maaf.Akbar pun mengeluarkan ponsel dan menyalakan rekaman suara Steva. Dua menit setelahnya terdengar ketukan di pintu utama membuat lelaki itu beranjak cepat."Masuk dulu, Dan!""Gak usah, lebih baik istirahat dulu, yang penting sekarang kita sudah tahu kalau Steva meminta maaf. Motor Gio sudah aku kembalikan dan kalau ada apa-apa, kamu tinggal telepo aku, kali aja bisa ngebantu.""Ya udah, barangkali kamu juga sibuk."Dani mengacungkan kedua jempol sebelum menghilang dari pandangan Akbar. Lelaki itu bahagia karena ternyata kejadian yang menimpa sahabatnya tidak melibatkan Dian juga Gio. Akan tetapi, dia masih harus merahasiakan sesuatu.Dani

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 123

    Dani dengan gerak cepat turun dari motor dan menarik Steva. Motor Gio dibiarkan jatuh sementara gadis itu Dani tarik kasar masuk ke halaman rumah Ayu.Akbar dengan sigap menyalakan rekaman suara untuk menjadi bukti kalau gadis itu yang bersalah. Tidak lupa dia berlari masuk ke belakang rumah untuk mengambil tali dan mengikatnya di kursi depan rumah.Dia tidak lagi peduli apakah gadis itu akan merasakan malu atau tidak, satu hal yang pasti dia harus menyesali perbuatannya. Motor Gio diambil oleh Dani dan memarkirnya di depan rumah Ayu."Kenapa kalian mengikatku, hah?!" teriak Steva kemudian setelah sadar dengan apa yang terjadi."Katakan, Ste. Kamu sengaja menabrak Ayu hari selasa kemarin, kan?" Dani langsung mengintrogasinya. "Tidak perlu mengelak karena aku hadir sebagai saksi di sana.""Tidak, kamu salah!""Apa perlu kutunjukkan bukti CCTV di tempat kejadian itu?" Dani sengaja menyeringai tajam agar Steva ketakutan. "Rupanya kamu tidak kenal kata lelah untuk berbuat jahat, ya. Setah

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 122

    "By, jangan begitu. Entahlah, aku merasa terlalu kejam untuk memenjarakannya.""Terlalu kejam? Ayolah, Ay, ini bukan kejam. Mereka yang terlibat memang pantas mendapat hukumannya. Apa kamu pikir pembunuhan itu kesalahan kecil dan bukan dosa besar?""Sayang ... aku tahu itu kesalahan besar dan pelakunya wajib dipenjara, tapi apa kamu tahu kalau aku juga bersalah? Aku yang lari ngejer kamu di keramaian tanpa melihat ke kanan dan kiri jalan. Dia seperti gak sengaja nabrak aku, makanya lari begitu. Meskipun kita tahu Steva itu jahat, bisa jadi dia memang tidak sengaja. Aku yang salah dan kalau saja tidak lari ke jalan, dia gak bakal nabrak, kan?"Akbar menepuk jidatnya. "Kamu lari karena ada sebabnya, kan? Kalau aja laki-laki itu gak ada ngegoda kamu, mana mungkin kamu ngejer aku. Paling menunggu di tempat. Nah, di saat itu lah mereka kerja sama.""Tapi Bu Dania gak ada di sini, masa iya kerja sama. Mending daripada kita ikut disalahin sama pak polisi, gak usah usut perkara itu. Biar kita

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 121

    "Dan, kamu bisa ke sini gak?" tanya Akbar via telepon. Dia ingin meminta bantuan serta saran dari Dani berhubung sekarang hari minggu, jadi tentu sahabat istrinya itu memiliki waktu luang."Bisa. Jam sepuluh ya soalnya masih cuci motor ini. Tapi mau bahas apa?""Gak denger kabar Ayu, Dan?""Enggak, kenapa sama Ayu?" tanya Dani lagi masih di balik telepon.Akbar tidak menceritakannya sekarang, dia meminta Dani untuk datang saja karena cerita di telepon bisa membuat salah faham. Begitu telepon ditutup, lelaki itu langsung melangkah cepat ke kamar menemui istrinya.Ayu yang sudah selesai memakai jilbab mengulurkan tangannya. "Anter ke depan mau jemuran.""Eh gak boleh. Orang abis caesar gak boleh kena paparan sinar matahari langsung. Mending latihan jalan lagi atau gak makan tempe sama minum susu biar cepet kering lukanya.""Boleh.""Gak boleh, Ay.""Boleh.""Enggak, Sayang."Ayu cemberut karena kali ini keinginannya tidak dituruti. Akbar yang super peka langsung duduk di tepi ranjang me

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 120

    Jam sudah menunjuk angka empat sore. Tepat ketika Akbar selesai salat asar, dia langsung membantu sang istri untuk bangun. Mereka menuju ruang tengah dan latihan jalan di sana.Ayu memejamkan mata kuat karena perutnya sedikit merasakan nyeri. Namun, dia harus bertahan untuk sembuh karena kata dokter, semakin sering beraktivitas, maka mempercepat pemulihan.Akan tetapi, Ayu juga diingatkan untuk tidak bergerak lebih lama jangan sampai lelah atau melakukan aktivitas berat. Akbar pun terlihat tidak ingin melepas tangan istrinya walau sedetik."Susah, By. Susah geraknya.""Enggak, kok. Kita latihan lagi ya. Kamu ingat pesan ibu tadi siang, kan? Harus semangat untuk sembuh biar Allah kabulkan doa kita.""Kok ibu cepet pulangnya, By? Aku aja gak liat ibu pulang gara-gara ketiduran." Ayu sedikit memanyunkan bibir karena masih rindu pada ibunya."Loh kan ada aku di sini. Kemarin waktu aku kerja kan ibu lama nemenin kamu." Akbar menghela napas. "Lanjut lagi, Sayang."Perlahan Ayu mengangkat ka

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 119

    Lima hari di rumah sakit, Ayu sudah diperbolehkan pulang. Meski sudah bisa makan, tetapi rasa nyeri itu selalu ada terutama ketika mau buang air. Padahal sejak zaman gadis, dia selalu berprinsip untuk menghindari caesar.Bagaimana tidak, dia tahu bagaimana sakitnya setelah obat bius hilang dari cerita teman-temannya. Apalagi resiko yang sangat besar harus dia lalui termasuk banyaknya pantangan yang wajib dihindari.Ayu ingin membuang napas kasar, tetapi takut menimbulkan rasa nyeri lagi. Membayangkan saja sudah membuat wanita itu merasa ngilu. Sekarang pun dia harus membuka mulut untuk menerima suapan dari suami tercinta."Kamu harus banyak makan protein, Sayang, biar jahitannya cepat kering. Jangan nonton atau baca buku humor dulu, harus semangat untuk sembuh. Sore nanti kita latihan jalan lagi, ya?""Sakit.""Enggak, kok.""Enggak, enggak. Kamu mana tahu, aku yang ngalamin, By! Sakit asli kalau nyeri datang lagi, serasa dikoyak-koyak. Duh, ngilu."Akbar tersenyum membenarkan Ayu kal

  • PERNIKAHAN YANG TIDAK KUIMPIKAN   Bab 118

    "Iya, kamu akan selalu salah di mata orang yang tidak suka atau tidak mengerti kamu. Tapi saya yakin kalau istrimu tidak akan menyalahkanmu," lanjut Pak Hatta."Benar begitu, Pak? Apa istriku gak bakal marah kalau dia sudah sadar?""Iya, benar. Satu yang perlu kamu ingat, Nak, bahwa sepahit apa pun hidup, kita tidak boleh berputus asa. Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup saat sedang depresi, sungguh istrimu saat ini begitu ingin untuk sembuh dan tertawa bersamamu lagi. Kamu percaya?""Bagaimana kalau aku sulit percaya, Pak? Mertuaku saja menyalahkan aku termasuk beberapa orang yang ada di lokasi kejadian tadi.""Maka paksa dirimu, paksa hatimu untuk percaya. Semua yang terjadi di muka bumi adalah takdir dari Tuhan. Mereka menyalahkanmu mungkin karena masih shock. Kalau saja istrimu kecelakaan saat bersama sahabatnya, kamu pasti refleks menyalahkannya juga, kan?"Akbar kembali menangis, ada amarah dalam hatinya untuk menghabisi lelaki yang berani menyentuh istrinya. Kalau saj

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status