Share

Bab III. OMG

Author: Semesta
last update Last Updated: 2022-03-07 21:41:13

Avani berteriak meronta-ronta ketika segerombolan pria berjas hitam menangkapnya secara paksa dan memasukkannya ke dalam mobil Jeep warna hitam. Meski kedua kaki dan tangannya sudah diikat, tapi para pria berjas hitam itu masih kewalahan menangani Avani yang memberontak.

Tak ingin mengambil risiko sang pengantin wanita kembali kabur, salah satu pria berjas hitam  memutuskan untuk memukul tengkuk Avani hingga wanita cantik itu pingsan.

"Akhirnya diam juga," kata salah satu di antara mereka sembari bernapas lega. 

Tiga pria lainnya nampak terkejut melihat teman mereka berani memukul calon menantu mafia Ko hingga pingsan. Mata mereka menyelidik sembari mengangkat salah satu alis seakan mempertanyakan tindakan temannya itu.

Si pria berjas hitam yang memukul Avani tampak kebingungan dengan tatapan menyelidik teman-temannya. 

"Apa ... aku hanya memukulnya pelan. Dia tidak akan mati bukan?" tanya pria itu dengan nada panik. Ketiga pria lainnya serempak mengangkat bahu, menggelengkan kepala seraya mengacungkan jempol.

*****

Sebuah mobil Jeep hitam keluaran terbaru, melaju pelan memasuki area parkir sebuah hotel bergaya Eropa lama di pinggiran kota. Meksipun dari luar hotel terlihat tua dan kuno, namun begitu masuk ke dalam, bangunan hotel itu ternyata sangat besar dan mewah.

Bagian dalam hotel didesain dengan nuansa hangat dan alami. Sentuhan warna emas dan cokelat pada furnitur banyak menghiasi ruangan sehingga menampilkan kesan mahal sekaligus cozy.

Memasuki hotel, para tamu akan disambut dengan sebuah lobi super besar dengan gaya arsitektur Eropa abad pertengahan. Pilar-pilar besar tampak berdiri kokoh menyangga langit-langit hotel. 

Di langit-langit lobi, tampak lukisan "Cupid diatas awan surga" yang dilukis oleh pelukis kenamaan era 1900-an yang masih terawat dengan sangat baik. 

Lampu gantung kristal bergaya Victoria yang terbuat dari kaca berukir rumit serta dilapisi perunggu dan emas, tampak menggantung mewah di tengah-tengah  ruangan di antara jendela-jendela berukuran besar di bagian depan lobi. Jendela-jendela ini memperlihatkan pemandangan laut dan tebing yang indah di sekitar hotel. 

Tirai-tirai besar panjang tampak menjuntai hingga ke lantai dengan karpet persia yang lembut menjadi alasnya. Meja dan kursi dari kayu Ek berwarna cokelat tua, tampak ditata secara rapi dan berkelompok. Di mana setiap kelompok terdiri dari satu meja berbentuk lingkaran dengan lima kursi yang mengelilinginya.

Dengan pencahayaan yang didominasi warna kuning, lobi besar itu disulap menjadi aula pernikahan. Nuansa merah sebagai lambang keberuntungan, tampak mendominasi ruangan. Mulai dari tirai jendela, hiasan lampu, hingga bucket bunga, semua berwarna merah. 

Sayang tak ada altar pernikahan, yang ada hanyalah sebuah sofa berwana merah dengan meja panjang di depannya yang dipenuhi bucket bunga mawar merah, lilin berbentuk hati dan dua botol red wine beserta gelasnya 

Avani terbangun oleh suara berisik di sekitarnya. Suara orang-orang tertawa keras dan berbicara menggunakan bahasa kasar dan kotor, bercampur dengan bau alkohol dan sampanye yang menusuk hidung membuatnya siuman.

"Di mana ini ... ?" ucap Avani begitu terbangun dari pingsannya. Ia merasakan kepalanya masih pusing dan pandangannya masih sedikit kabur. 

Setelah tersadar sepenuhnya, barulah Avani mulai melihat ke sekeliling untuk memastikan di mana ia sekarang.  Betapa terkejutnya Avani saat menyadari dirinya kini berada di sebuah pesta dengan dekorasi warna merah memenuhi ruang. 

"Pesta siapa ini?" tanya Avani lirih.

Terlihat tamu undangan semuanya adalah pria. Mereka memakai setelan jas berwarna hitam, lengkap dengan dasi warna hitam dan topi fedora yang juga berwarna hitam. Mereka tampak menikmati pesta sembari bercengkerama, tertawa dan minum-minum.

"Lihat! ... pengantin perempuan kita ternyata telah bangun," ucap seorang pria tua yang tiba-tiba muncul dari belakang tempat duduknya.

Para tamu undangan yang awalnya berisik dan rusuh, langsung diam seketika saat pria itu datang.

Pria itu berbadan tegap memakai tuxedo warna hitam, dengan topi trilby berwarna senada. Mengapit tongkat kayu berwarna cokelat tua, asap dari rokok cerutu tampak mengepul di ujung bibirnya. 

Suasana hening dan tegang langsung menyergap ketika pria tua itu berbicara. Para tamu undangan terlihat duduk rapi, dengan raut wajah tegang tanpa senyuman. 

Semua mata tamu kini fokus melihat dirinya yang baru saja sadar dari pingsan. Bagi Avani ini, pesta ini terlihat mirip sebuah pesta pemakaman dibandingkan pesta pernikahan karena terlalu sunyi dan tegang.

"Gadis ini adalah menantuku, mulai sekarang dia secara resmi menjadi istri putraku satu-satunya yang tampan ini. Apakah kalian setuju?" tanya pria itu kepada tamu undangan. 

Serempak para tamu undangan menjawab "Setuju! ... "

"Beri salam kepada nyonya besar kalian," kata pria itu sembari memegang pundak Avina dengan erat dan menepuknya beberapa kali. 

"Salam nyonya besar, selamat atas pernikahannya dengan tuan besar Rin," ucap para tamu undangan serempak sambil membungkukkan badan.

Avani yang tak tau harus berbuat apa dan bersikap bagaimana karena semuanya terjadi secara tiba-tiba, memilih ikut membungkukkan badan tanda terimakasih. 

"Kalo begitu, nikmati pesta kalian," kata pria tua itu lalu pergi meninggalkan kerumunan. 

Begitu pria tua itu pergi, Avani langsung menegakkan badannya mengalihkan pandangannya ke samping untuk melihat bagaimana rupa pria yang dinikahkan dengannya. 

Di sampingnya, duduk seorang pria berwajah dingin nan tampan. Pria itu memakai tuxedo hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu berwarna senada. Penampilannya sangat rapi dan klimis dengan rambut disisir kebelakang dan diberi pomade. Bau parfum mahal tercium dari tubuhnya.

Pria itu terlihat memainkan korek api lighter di tangan kirinya. Pandangannya lurus kedepan melihat sekelompok orang yang juga sedang menatapnya.

Saat melihat wajah pria itu, hal pertama yang terlintas di pikiran Avani adalah sosok "Vincenzo Cassano". Mafia tampan dari drama terkenal Korea. Sosok yang tampan, manis, namun sangat mematikan. Aura badass seorang gangster mafia, memancar sangat kuat dari dirinya sehingga membuat jantung Avina berdegup kencang. 

Avani melihat pria itu dengan mata tak berkedip, baru kali ini ia melihat pria setampan dan se-macho itu. Tulang rahangnya sangat tegas, dengan leher panjang dan jakun yang menonjol. Tulang hidungnya tinggi dengan mata  kecil yang tajam. Tulang pipinya tinggi dengan alis mata yang tebal dan rapi. 

"O, apakah dia yang bernama Rin? Apakah dia suami ku? Oh ... bukan-bukan semua ini kesalahan," bisik Avani mencoba menyadarkan diri dari kehaluan

"Tapi beruntung sekali wanita yang menikahinya ... Dia tampan sekali ... " ucap Avani dalam hati. Matanya masih belum lepas mengagumi betapa tampannya wajah pria itu. 

"Aku tau diriku sangat  tampan, tapi berhenti menatapku seperti itu," ucap Rin dengan nada datar. Pandangannya masih tetap lurus ke depan tanpa menoleh sedikitpun. 

Merasa disindir, Avani pun segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain. 

Tiba-tiba, 'Dor ... ' suara letusan senjata api terdengar menggelegar memecah keriuhan pesta. Sekelompok orang tak dikenal memakai pakaian serba hitam, melakukan penyerangan dengan merangsek masuk ke hotel secara paksa. Mereka menghancurkan barang-barang dan menembaki orang-orang di aula pernikahan secara membabi buta. 

Beberapa orang langsung terkapar di lantai, darah segar mengalir membasahi lantai hotel. Suasana pesta pernikahan seketika langsung berubah menjadi arena pertempuran dan baku tembak. Para tamu yang datang langsung mengeluarkan pistol dari saku celana belakang mereka dan melakukan perlawanan. Ini adalah pertempuran antar gangster. 

Avani seketika syok melihat semua pemandangan itu. Ini adalah kali pertama dalam hidupnya, melihat aksi tembak-tembakan secara nyata. Biasanya ia hanya menemui adegan seperti ini di film atau game. Ini juga kali pertama ia melihat seseorang pergi ke pesta pernikahan dengan membawa pistol di saku baju mereka. 

"Pyar ... " sebuah peluru tepat mengenai botol wine yang ada di depannya, peluru itu kemudian menembus sandaran sofa tepat di samping ia duduk. Beruntung, pria di sampingnya bereaksi cepat dengan segera menariknya kebelakang sofa agar tak terkena pantulan peluru. 

Avina terkejut setengah mati, bibirnya bergetar hebat. Keringat dingin keluar dari seluruh tubuhnya. Hampir saja nyawanya hilang di tempat yang sama sekali tak ia kenal. 

Kini ia merasa menyesal telah meninggalkan pesta pernikahannya yang damai dan indah dengan keluarga Liong. Meskipun nantinya ia akan memiliki suami buta, tapi setidaknya nyawanya tak terancam seperti ini. 

Avani merasa sangat bersalah dengan apa yang sudah terjadi. Kini ia sadar jika semuanya telah hancur. Pertama, ia kemungkinan besar akan gagal untuk pergi wawancara ke Amerika besok. Kedua, orang tuanya pasti akan panik mencarinya karena dirinya tak bisa dihubungi. 

Untuk itu ia memutuskan akan jujur kepada pria di depannya, bahwa dirinya bukanlah pengantin yang sesungguhnya.

"Hei ... aku ingin mengatakan sesuatu," kata Avina sembari bersembunyi di balik punggung Rin.  

"Apa?" jawab Rin tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu keluar. Tangan kanannya sibuk memegang pistol, sedangkan tangan kirinya memegang erat tangan Avani. Matanya sibuk mengawasi keadaan. 

Suara tembakan terdengar di sana-sini memecah kesunyian malam. Adegan ini mirip di film-film laga yang kerap Avani tonton, tapi kali ini dia adalah pemeran utamanya 

Di tengah suasana yang tak menentu itu, Avani membuat sebuah pernyataan mengejutkan. 

" Hei, jujur aku bukan istrimu, maksud ku, aku bukan gadis yang seharusnya kau nikahi. Kau salah orang, bukan-bukan, anak buahmu yang salah menangkap orang," kata Avani mencoba menjelaskan keadaan. 

"Coba lihat wajahku?" kata Avani sembari membuka maskernya. 

Rin menoleh ke belakang kemudian melihat sekilas wajah Avani. Tanpa berkata sepatah katapun, ia kembali melihat ke depan memfokuskan pandangannya ke arah pintu keluar.

Sebuah tembakan kembali menyasar tempat persembunyian mereka, beruntung tembakan itu meleset dan hanya mengenai tiang besi penyangga pintu.

"Shit! ... " kata Rin mengumpat sambil melepaskan sebuah tembakan balasan ke arah peluru itu berasal.

"Hei ... kau mendengar ucapan ku? aku bukan pengantinmu, jadi bisakah kau mengantarku pulang?" kata Avina dengan suara setengah berteriak karena suaranya nyaris hilang tertelan oleh bunyi tembakan.

"Ayo ... " kata Rin sembari menggenggam erat tangan Avani dan menariknya menuju pintu keluar. 

" Tunggu dulu, kita mau ke mana, hei ... hei ... kita mau ke mana. Tolong pulangkan aku. Aku tak ingin mati di sini, kau mendengar ucapanku," teriak Avina sembari berlari mengikuti langkah kaki Rin menuju pintu keluar. 

Sesampainya di pintu keluar, Rin yang masih menggenggam erat tangan Avani, membawa wanita cantik itu bersembunyi di belakang sebuah mobil Land Rover warna putih. Mobil itu cukup tersembunyi dan cukup kuat untuk menahan tembakan.

"Tetap di sini jangan pergi kemanapun, aku akan kembali," kata Rin sambil menatap mata Avani dalam-dalam. Avani yang ditatap seperti itu, jantungnya langsung berdegup kencang dan wajahnya merah padam. Ia sangat malu.

" Kau mendengar ucapanku?" tanya Rin lagi.

"Emm..." jawab Avani sembari menganggukkan kepala. 

"Bawa ini! siapapun yang mendekatimu selain aku, tarik pelatuk ini dan tembak dia," kata Rin sembari menyerahkan pistol miliknya kepada Avani. 

Ia kemudian pergi meninggalkan Avani. Berjalan mengendap-endap ke arah belakang hotel dan menghilang di antara tembok.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PERNIKAHAN yang TERTUKAR    100

    'Nuuutttttt .... ' suara ponsel berdering memanggil. Tak lama panggilan itu tersambung. "Halo asisten Eri! Apa kau sudah mengurus berkas tanah dan rumah di desa yang kuberikan padamu," tanya Gin pada asistennya itu melalui sambungan telepon. Maeera seketika terperanjat mendengar kata rumah dan tanah di desa. Ia sangat yakin jika yang dibicarakan Gin Yuta dan asisten Eri adalah rumah dan tanahnya di desa. Pria gila itu pasti melakukan ini untuk memberikan tekanan padanya.Sadar rumah dan tanahnya tak lagi aman, Maeera buru-buru menyela pembicaraan Gin Yuta dengan asisten Eri untuk menenangkan keadaan. "Aku tak memiliki hubungan apa pun dengan adik tirimu, sungguh!!!" ucap Maeera dengan suara bergetar. Ia mencoba meyakinkan Gin Yuta bahwa ia benar-benar tak memiliki hubungan apa pun dengan Kai Yuta. Gin berheti berbicara, menutupi separuh teleponnya dengan tangannya, lalu menoleh ke arah Maeera dengan tatapan kecewa. . "Kau bahkan masih terus berbohong. Seberharga itukah hubungan

  • PERNIKAHAN yang TERTUKAR    99

    Setibanya di mansion.Gin menggenggam erat pergelangan tangan Maeera, menarik paksa gadis itu keluar dari dalam mobil, lalu menggelandangnya masuk ke dalam mansion. "Pulangkan semua orang di mansion kecuali penjaga!!" seru Gin pada asisten Eri yang berjalan mengekor di belakangnya dengan wajah penuh kekhawatiran. "Memulangkan mereka semua??" tanya asisten Eri mencoba mengulang perintah bosnya. Gin menghentikan langkahnya. Memutar tubuhnya ke belakang, menatap asistennya itu dengan wajah dingin."Apa ada masalah dengan perintahku?!!" tanya Gin Yuta dengan raut wajah tak senang. Asisten Eri terdiam. Ia bergegas menggelengkan kepala cepat. "Tidak. Tidak ada tuan. Baik akan segera saya laksanakan," jawab pria berkacamata itu. Berjalan cepat, asisten Eri meninggalkan bosnya menuju area lain dari mansion.Sementara itu, di sisi lain, Maeera, hanya bisa diam melihat perangai dingin suami palsunya.Ia tak bisa berbuat apa-apa karena merasa berada dipihak yang salah. Maeera sadar, ia te

  • PERNIKAHAN yang TERTUKAR    98

    "Berandall!!! Berani-beraninya kau menyentuh istriku!!!" umpat Gin Yuta sembari mencengkeram erat kerah baju Kai yang kini terkapar tak berdaya di depannya. Kai tersenyum tipis mengangkat salah satu sudut bibirnya, saat tahu sosok menghajarnya membabi buta itu ternyata adalah kakak tirinya, Gin Yuta.Ia menyipitkan matanya, menatap kakak tirinya yang terlihat kalap itu dengan hina. "Kenapa??!! Kenapa aku tak boleh menyentuhnya. Dia bukan istrimu, kau tahu itu," tanya Kai mencoba mempertanyakan sikap possesif kakaknya. Gin menggeram menatap tajam Kai Yuta. Giginya mengatup erat dan rapat menahan amarah yang membuncah di dada. Ia mencoba menahan emosi, tak ingin kepalan tangannya kembali melayang ke wajah saudara tirinya."Aku sudah memperingatkanmu. Jangan campuri urusanku!!" bentak Gin sembari terus mencengkeram erat kerah baju Kai Yuta. Kai tertawa lirih mendengar perkataan kakak tirinya."Aku tak pernah mencampuri urusanmu!! Aku hanya mengurusi Maeera, karena dia wanitaku!" teg

  • PERNIKAHAN yang TERTUKAR    97

    Di dalam mobil. Gin meremas lembar-lembar foto di tangannya. Foto-foto yang memperlihatkan kemesraan antara adik tirinya, Kai Yuta dan istri palsunya, Maeera, yang baru saja diberikan oleh ibu tirinya, nyonya Isihiika. Geram, wajah tampan Gin berubah menjadi garang, penuh kemarahan. Matanya berkilat-kilat penuh emosi. "Jadwalkan ulang perjalananku ke Singapura!!" perintah Gin pada asisten Eri yang tengah sibuk menyetir mobil. "Tapi tuan, ini ... ??" "Jangan membantah!!" bentak Gin dengan suara keras, memotong kata-kata asisten Eri. Seketika asisten Eri langsung diam dan mengangguk pelan. "Baik tuan muda," jawab asisten Eri dengan gugup. Ini adalah kali pertama, selama lima tahun bekerja sebagai asisten pribadinya, Gin membentak dirinya dengan kasar. Melihat bagaimana reaksi bosnya, asisten Eri sangat yakin, jika pria tampan itu saat ini sedang sangat kalut dan gelisah. "Cepat cari di mana dia berada!!" perintah Gin. Ia mengambil ponsel di dalam saku jasnya dan langsun

  • PERNIKAHAN yang TERTUKAR    96

    Akhir pekan akhirnya tiba. Tuan muda pewaris grup Liong, Gin Yuta, terlihat sudah berpakaian rapi, memakai setelan jas berwarna hitam, berkacamata. Ia berdiri tegak di samping sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di depan mansion Lotus Hall. Pintu mobil sudah terbuka, dengan seorang pria berdiri memegangi pintunya. Disamping Gin, berdiri Maeera, yang terlihat masih kumal dan acak-acakan. Gadis itu, terlihat seperti baru bangun tidur dan langsung di seret ke luar untuk berpamitan dengan suaminya. Lebih tepatnya, suami palsunya, yang hendak pergi dinas ke Singapura. "Aku akan pergi selama beberapa hari. Kau! Jangan pergi kemana pun dan jangan buat masalah apa pun selama aku pergi. Mengerti!!!" gertak Rin Gin dengan nada setengah mengancam, pada Maeera yang berdiri di sampingnya. "Hemmm ... Aku mengerti. Kau tak perlu khawatir!" ucap Maeera asal-asalan sembari menggaruk-garuk pelan rambutnya yang masih acak-acakan. Ia terlihat malas mendengar omelan suami palsunya di pagi-pagi

  • PERNIKAHAN yang TERTUKAR    95

    Avani terbangun.Bau harum masakan yang menusuk-nusuk hidungnya, membuat gadis cantik itu tak lagi bisa memejamkan mata. Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia mencoba mengamati keadaan sekitar.Terkejut!! ia mendapati dirinya kini berada di sebuah ruangan kecil berukuran 3x4 meter dengan dinding batu bata merah yang belum di plester. "Di mana aku?" gumam gadis cantik itu lirih. Ia memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar. "Di mana ini?" tanyanya lirih sembari mengamati keadaan sekitar dengan lebih seksama. Terlihat, ia kini berada di sebuah kamar yang cukup kecil dan sempit. Dindingnya masih berupa batu bara merah yang belum di plester, kasar dan bergelombang di sana-sini.Di sudut kamar terlihat sebuah lemari kayu tua berukuran besar dengan kaca berbentuk oval di bagian depannya. Di samping lemari, sebuah pintu yang ditutupi gorden warna merah, terlihat melambai-lambai pelan di tiup angin. Gorden itu terlihat kusam dan kotor, seperti tak pernah di cuci berminggu-ming

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status