Sidang perceraian berjalan lancar tanpa hambatan berarti, lagu memenuhi panggilan dari majelis hakim dan memberi keterangan sesuai dengan apa yang dipertanyakan.Setelah mendapatkan akta perceraian hati ini merasa lega dan tenang seolah-olah telah lepas 100% dari Mas Derry.Kulangkahkan kaki menyusuri trotoar. Merasakan setiap hembusan angin yang meniup ke wajahku lalu sesaat kuputuskan untuk duduk sejenak di bangku pinggir jalan, sembari menikmati momen di mana aku meresapi kesendirian adalah pilihan terbaik.Mobil berlalu-lalang silih berganti, di seberang sana pedagang asongan dan anak-anak jalanan sedang menjajakan koran mengadu keberuntungan, bertaruh hidup diantara panasnya matahari dan ramainya kendaraaan tanpa memikirkan keselamatan andai saja jika sebuah mobil menabrak mereka.Ah, aku masih beruntung, setidaknya aku masih punya pekerjaan dan tempat tinggal yang layak. Masih punya tabungan untuk membeli pakaian dan makanan yang aku inginkan. Kurasa aku beruntung, aku patut b
Dia geram sekali menghadapi apa yang aku lakukan di persidangan.Matanya memicing dan kepalan tangannya mengeras, mungkin jika jarak kami dekat ia akan memukulku dan menghabisi nyawaku."Apakah ini adalah hasil rekaman Anda?""Ya, saya mengikuti dan merekam aksi mereka, bukan untuk melanggar hak privasi melainkan untuk menghadirkan bukti bahwa apa yang saya sampaikan saat ini, benar adanya, Yang Mulia.""Baik, terima kasih," ujar Pak Hakim.Setelah akhirnya merundingkan keputusan, maka majelis hakim memutuskan untuk menjatuhkan vonis kepada dengan hukuman 5 tahun penjara, sedang Firda dijatuhi hukuman kurung sembilan bulan dan subsider denda dari perbuatannya mendukung aksi pencurian derry.Sebenarnya aku masih mengharapkan memberi Firda hukuman yang lebih berat dari itu, tapi kurasa gadis itu juga berhak atas kesempatan kedua untuk memperbaiki diri dan menata masa depannya. Harapanku semoga setelah ini dia tidak menjadi pelakor lagi. Atau jika dia memang sudah bertekad untuk melanj
Kedua manusia jahat itu kemudian digiring ke kantor polisi oleh tim yang sudah aku hubungi sebelumnya untuk datang dan menangkap basah mereka dan barang bukti.Ketika hendak dimasukkan ke mobil patroli sempat berhenti dan berbicara kepadaku,"Wanda Aku tidak menyangka bahwa sikap baikmu hanyalah jebakan untukku, aku tidak mengira bahwa kau memancingku," gumamnya dengan wajah sedih."Mau bagaimana lagi, karena kau sendiri tidak mau bersikap jujur dan beritikad baik sekalipun aku sudah mengajakmu untuk bicara baik-baik pula.""Tapi kau curang," sanggkalnya."Tapi aku tidak merampok suamiku sendiri, merusak rumah mencongkel dinding lantai bahkan kusen jendela dan tidak menyisakan apapun, bahkan berupa kain lap yang sudah buruk. Apakah kau pikir itu adalah perbuatan yang mulia?""Kau tidak punya bukti," gumamnya lagi." ... Kau tidak punya bukti otentik bahwa aku yang telah mengambil barang-barang itu sekalipun barang itu berada di tempat Firda.""Jadi, Kau sungguh pecundang yang punya si
Akhirnya aku temukan di mana wanita itu tinggal dan menyembunyikan beberapa benda berharga milikku yang dia jarah. Pasti ia menyimpannya untuk dipajang di rumahnya setelah pernikahannya dengan suamiku.Sayang sekali, apa yang dia rencanakan tak akan berjalan lancar. Dengan bantuan beberapa orang kepercayaanku, kupinta mereka menemukan wanita itu dan membawa orang tuanya untuk melihat kelakuan anaknya yang sebenarnya.Aku sudah merencanakan skenario yang akan membuat semua orang terkejut, termasuk si bangsat Derry.Kutemui orang tua Firda dan mencoba memberi tahu mereka bahwa anak mereka mencoba merebut suami orang dan sudah merampok harta istri pertama. Orang tua Firda sangat syok dan terlihat kehilangan kata-kata tertahan oleh rasa malu mereka padaku."Kalo tidak percaya dengan saya ke rumahnya," ucapku sedang kedua orang tua wanita itu terlihat saling pandang dan sedikit bimbang."Jangan khawatir, saya tidak akan melibatkan kalian, saya hanya ingin kalian melihat kenyataan sebenarny
Iya, pertanyaannya untuk pria itu, dia harus bagaimana?Keadaan saat ini semakin tidak terkendali. Bukan untukku tapi untuk Mas Deri. Dia semakin kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika atasan mulai menanyakan tentang stok gudang dan onderdil yang entah dia kemanakan.Sebenarnya aku sudah menyembunyikan toko onderdil itu di bagian paling bawah di antara tumpukan barang, sebenarnya jika masalah semakin kacau maka aku dengan mudah akan memberitahu bahwa sebenarnya barang tersebut memang belum dikirimkan. Tapi aku akan membuat Derry pecah kepala dengan masalah ini.*Benar saja, semakin hari tingkah laku dari semakin menunjukkan bahwa dia sedang depresi. Ia kerap melamun dan duduk menyendiri. Sedang aku menikmati melihatnya hancur dalam diam."Aku bingung, aku harus ambil uang dari mana? Apa yang harus kulakukan, andai kesalahan bisa ditebus dengan cara dipecat maka aku akan menerimanya. Tapi meski dipecat pun aku harus tetap mengganti rugi. Kepalaku akan pecah dengan
"A-ampun, Mbak, tolong jangan pukul aku seperti ini," jerit wanita itu sambil memelas."Derry, beraninya kau menemui wanita ini, aku telah memberimu kesempatan dan memberikan oeluan bagi hubungan kita untuk membaik. Kita akan mulai dari awal segalanya, lalu apa yang kamu lakukan sekarang?""Siapa yang akan memulainya dari awal? justru Mas Derry akan memulai segalanya dari awal denganku, kami akan menikah," ujarnya dengan kepercayaan diri penuh."Oh, ya, hahhaha, baiklah ...." Aku memutar keran lalu menyiramkan pada manusia menjijikkan di depanku."Kalo kau masih tertidur maka aku akan membuatmu bangun dan mengerti bahwa sebenarnya Derry juga sulit melepaskanku. Buktinya ia kembali dan memperbaiki keadaan, ia sudah membeli perabot meski sedikit. Sedangkan denganmu? Apa yang sudah ia korbankan? Heh!" tanyaku berkacak pinggang dan sengaja membuat gadis itu geram."Dia sudah mengambil barangmu dan mengalihkannya padaku, kau pikir dia sungguh menyukaimu?" balasnya sengit.Tentu ucapan bar
Kami berjalan bersisian melewati beberapa karyawan yang tengah berdiri di lobby menuju ruang atasan besar di kantor pusat perusahaan.Aku tahu pria yang sedang berjalan di sisiku tengah cemas setengan menahan napas tegang, karena kami semalam dihubungi untuk menemui Bos besar.Aku rasa ia tengah khawatir dimarahi karena asisten yang menghubungi kami mengatakan bahwa atasan ingin bertemu tanpa mengutarakan tujuan kami dipanggil."Kira-kira Bos mau bilang apa, Wanda? tanya pria yang kini mengikutiku belok menuju lift dan memencet tombol lantai tiga.Aku hanya mengendikan bahu tanda tidak tahu. "Mungkin mau bertanya tentang stok barang yang raib," ujarku tanpa dosa."Ya ampun ...." Pria itu mengusap wajahnya panik sedang dalam itu aku tertawa, tertawa menikmati penderitaannya.Pintu ruang kerja Bapak Edi Sutanto terbuka dan lelaki berperawakan tinggi dan berwajah angker itu memutar kursi dan langsung memberikan tatapan tajam pada kami berdua."Kemarilah, kau berdua!"Ya, ampun suara
Dia kembali ke rumah dengan langkah gontai,leuseuh melempar tasnya lalu menjatuhkan dirinya di kasur lantai di dekatku.beberapa kali menerawang sembari membuang nafasnya lalu berkata,"Aku mengirim barang ke gudang distributor dalam jumlah yang banyak namun hanya beberapa truk saja yang sampai di sana, pihak gudang menerima dan meneruskan laporan ke pihak keuangan dan mentransfer sejumlah barang yang mereka terima." Dia terlihat mengeluh ketika pulang dan berhadapan denganku."Lalu?" aku bertanya dengan sikap acuh tak acuh sambil memperhatikan berkas-berkas milikku dan layar laptop yang kuletakkan di kasur lantai begitu saja.Rumah ini masih kosong seperti kemarin, Aku sengaja melakukan itu agar Mas Derry bertanggung jawab atas perbuatannya."Aku bingung, aku telah membuat kerugian ke perusahaan dengan angka yang sangat besar," keluhnya."Apa kau yakin kau tidak menggelapkan barang-barang itu?" tanyaku memancingnya."Ah, mana mungkin ...." Ia menatapku seksama."Bisa jadi, kebanyakan
Ya, benar. Tidak kupungkiri bahwa hidupku yang malah berantakan saat ini. Suamiku berselingkuh, aku memberinya pelajaran, dan dia balas dendam dengan merampok hartaku. Di aat bersamaan aku melihat bahwa solusi memenjarakan hidupnya di dalam tahanan hanya solusi tanpa efek jera sehingga mengambil keputusan yang membuat orang lain menilaiku hanya budak cinta yang bodoh.Ah, melelahkan sekali hidup begini.Seharusnya aku yang jadi korban kecurangan, seharusnya aku yang lebih diuntungkan saat ini. Namun, seseorang telah memanfaatkan rasa ibaku dengan menusukku dari belakang.Bosan memang, seolah hidupku hanya terpaku di satu titik dan akan berhenti begitu rumah tangga ini berakhir. Tidak, seharusnya aku membuktikan bahwa aku cukup kuat dan bisa mengandalkan diri sendiri.*Sepanjang malam diri ini gelisah dan tak mampu memejamkan mata. Pria yang tertidur di kasur lantai tepat di seberangku sudah lelap sedari tadi dengan dengkuran halus yang terdengar.Ingin kuraih sesuatu yang tajam lalu