Share

GETAR HATI

Setelah guru muda itu hilang dari pandangan, keduanya kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

Di mobil, Reynan mengajak putrinya ngobrol ke sana ke mari. Sampai pria itu menanyakan perihal wali kelas yang tadi ditemui.

“Bu Fahira itu baek, ya?”

Hati-hati Reynan menanyakan terkait guru cantik itu. Dia tak mau putrinya memahami sesuatu hal di luar nalar usianya.

“Baek banget. Pah!”

Sekilas dilirik gadis mungil di jok depan sisi kiri, dimonitor mimik wajah itu. Tampak nyata binar di raut Aslena saat ditanya perihal guru kesayangannya.

“Kamu suka?” tanya pria berkulit putih itu kembali.

“Suka banget. Boleh gak aku maen ke rumah Bu Fahira?” Lagi, pria kalem itu menoleh ke arah sang putri. Jeda lampu merah membuatnya bisa lebih lama menatap gadis kecil itu. Binar yang terpancar itu mungkin sama seperti apa yang terbit di hatinya kini.

“Boleh, tapi dianterin Papa, ya.”

“Horeey!”

Setelah lampu kuning menyala, Reynan melajukan mobil dengan senyum yang terus menghiasi bibirnya.

*

Kehadiran Reynan di sekolah cukup mengundang perhatian kaum hawa. Namanya langsung menjadi bahan gosip yang cepat menyebar dari mulut ke mulut. Sebagian mereka ada yang mencari kepastian langsung dari Fahira.

“Bu Fa, papanya Aslena duda, ya?” tanya wali kelas tiga, guru wanita penyandang gelar janda. Fahira mengangguk sekilas, lalu asyik kembali dengan tumpukan berkas di meja yang terletak di baris kedua samping kanan ruangan.

“Tuker posisi, yuk!”

Guru wali kelas satu itu menoleh pada teman yang berdiri di samping kursinya. Selengkung senyum menghias bibir merah itu, lalu digelengkan kepala.

“Gak asik, ah. Ibu kan udah ada Pak Bayu. Emang mau mendua? Dosa, loh!” rajuk wanita berkerudung hijau itu. Jari-jarinya menyentuh tangan yang sedang memegang pulpen biru.

Fahira tertawa kecil mendengar rajukan temannya. Tiba-tiba datang seorang lagi yang ingin ikut dalam perbincangan.

“Apa, siapa yang mau mendua? Oemji, eling, Bu!” Guru bahasa Indonesia yang baru saja datang dan mendengar obrolan mereka ikut nimbrung dengan kedua temannya.

Saling lempar candaan berlangsung di tengah kesibukan menuntaskan pekerjaan sebelum liburan semester tiba. Sesekali berderai tawa dan saling menepuk tangan teman di depan dan sampingnya.

Tak terasa waktu terus menanjak menuju sore hari. Para guru saling pamit satu sama lain. Mereka baru akan bertemu dua minggu lagi karena liburan semester genap telah datang.

*

Bayu, kepala sekolah Insan Gemilang sekaligus tunangan Fahira, menjemput guru wali kelas satu itu di ruang guru. Kontan teman-teman wanitanya melakukan aksi canda di ruangan yang dipenuhi meja-meja kerja mereka.

“Ayank, tuh. Ehem-ehem, nih,” bisik guru berhijab dongker.

“Kepo,” ledek Fahira sambil berlalu meninggalkan guru yang memajukan sedikit bibirnya.

Seperti biasa, Bayu akan membawakan totebag calon istrinya. Keduanya lantas jalan bersisian di koridor yang menghubungkan ruang guru dan gerbang masuk gedung sekolah. Sesekali tertawa sambil menikmati sisa waktu di tengah kelelahan.

“Malam aku ke rumah, ya.”

Sesampainya di parkiran motor, Bayu menyampaikan kalimat yang membuat gadis di depannya menatap lekat, meminta kepastian. Pasalnya sudah berulang kali janji pria ini dibatalkan.

“Iya, mau dibuatin apa?”

Setelah Bayu mengangguk barulah Fahira bernapas lega.

Sebelum menjawab, pria yang tingginya dua puluh senti di atas Fahira tersenyum lebar. “Kopi cinta sama kue sayang.” Candaan Bayu berhasil membuat pipi tunangannya merona. Kekesalannya seketika hilang entah ke mana. Fahira cepat-cepat melajukan motor sebelum ketahuan jantungnya berdebar lebih kencang. Rayuan pria itu selalu dan selalu mampu membuat melayang-layang.

Sesampainya di rumah, Fahira langsung masuk kamar. Pekerjaan yang cukup banyak, membuat raganya lelah seharian. Selepas membersihkan diri, gadis itu langsung merebahkan diri di atas kasur bersprei merah muda dengan motif bunga krisan.

“Fa, Mama masuk, ya.”

Baru saja raganya sedikit rileks, pintu coklat kemerahan itu terbuka. Sosok wanita berparas ayu menghampiri dengan membawa teh yang masih mengepulkan uapnya.

“Makasih, Ma.” Fahira mengambil cangkir bening dengan motif stroberi dari tangan wanita berambut sebahu itu. Mama lantas duduk di sisi kiri ranjang.

“Bayu kapan ke sini? Udah sebulan gak dateng.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status