Share

GETAR HATI

Penulis: Hanin Humayro
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-04 19:44:18

Setelah guru muda itu hilang dari pandangan, keduanya kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.

Di mobil, Reynan mengajak putrinya ngobrol ke sana ke mari. Sampai pria itu menanyakan perihal wali kelas yang tadi ditemui.

“Bu Fahira itu baek, ya?”

Hati-hati Reynan menanyakan terkait guru cantik itu. Dia tak mau putrinya memahami sesuatu hal di luar nalar usianya.

“Baek banget. Pah!”

Sekilas dilirik gadis mungil di jok depan sisi kiri, dimonitor mimik wajah itu. Tampak nyata binar di raut Aslena saat ditanya perihal guru kesayangannya.

“Kamu suka?” tanya pria berkulit putih itu kembali.

“Suka banget. Boleh gak aku maen ke rumah Bu Fahira?” Lagi, pria kalem itu menoleh ke arah sang putri. Jeda lampu merah membuatnya bisa lebih lama menatap gadis kecil itu. Binar yang terpancar itu mungkin sama seperti apa yang terbit di hatinya kini.

“Boleh, tapi dianterin Papa, ya.”

“Horeey!”

Setelah lampu kuning menyala, Reynan melajukan mobil dengan senyum yang terus menghiasi bibirnya.

*

Kehadiran Reynan di sekolah cukup mengundang perhatian kaum hawa. Namanya langsung menjadi bahan gosip yang cepat menyebar dari mulut ke mulut. Sebagian mereka ada yang mencari kepastian langsung dari Fahira.

“Bu Fa, papanya Aslena duda, ya?” tanya wali kelas tiga, guru wanita penyandang gelar janda. Fahira mengangguk sekilas, lalu asyik kembali dengan tumpukan berkas di meja yang terletak di baris kedua samping kanan ruangan.

“Tuker posisi, yuk!”

Guru wali kelas satu itu menoleh pada teman yang berdiri di samping kursinya. Selengkung senyum menghias bibir merah itu, lalu digelengkan kepala.

“Gak asik, ah. Ibu kan udah ada Pak Bayu. Emang mau mendua? Dosa, loh!” rajuk wanita berkerudung hijau itu. Jari-jarinya menyentuh tangan yang sedang memegang pulpen biru.

Fahira tertawa kecil mendengar rajukan temannya. Tiba-tiba datang seorang lagi yang ingin ikut dalam perbincangan.

“Apa, siapa yang mau mendua? Oemji, eling, Bu!” Guru bahasa Indonesia yang baru saja datang dan mendengar obrolan mereka ikut nimbrung dengan kedua temannya.

Saling lempar candaan berlangsung di tengah kesibukan menuntaskan pekerjaan sebelum liburan semester tiba. Sesekali berderai tawa dan saling menepuk tangan teman di depan dan sampingnya.

Tak terasa waktu terus menanjak menuju sore hari. Para guru saling pamit satu sama lain. Mereka baru akan bertemu dua minggu lagi karena liburan semester genap telah datang.

*

Bayu, kepala sekolah Insan Gemilang sekaligus tunangan Fahira, menjemput guru wali kelas satu itu di ruang guru. Kontan teman-teman wanitanya melakukan aksi canda di ruangan yang dipenuhi meja-meja kerja mereka.

“Ayank, tuh. Ehem-ehem, nih,” bisik guru berhijab dongker.

“Kepo,” ledek Fahira sambil berlalu meninggalkan guru yang memajukan sedikit bibirnya.

Seperti biasa, Bayu akan membawakan totebag calon istrinya. Keduanya lantas jalan bersisian di koridor yang menghubungkan ruang guru dan gerbang masuk gedung sekolah. Sesekali tertawa sambil menikmati sisa waktu di tengah kelelahan.

“Malam aku ke rumah, ya.”

Sesampainya di parkiran motor, Bayu menyampaikan kalimat yang membuat gadis di depannya menatap lekat, meminta kepastian. Pasalnya sudah berulang kali janji pria ini dibatalkan.

“Iya, mau dibuatin apa?”

Setelah Bayu mengangguk barulah Fahira bernapas lega.

Sebelum menjawab, pria yang tingginya dua puluh senti di atas Fahira tersenyum lebar. “Kopi cinta sama kue sayang.” Candaan Bayu berhasil membuat pipi tunangannya merona. Kekesalannya seketika hilang entah ke mana. Fahira cepat-cepat melajukan motor sebelum ketahuan jantungnya berdebar lebih kencang. Rayuan pria itu selalu dan selalu mampu membuat melayang-layang.

Sesampainya di rumah, Fahira langsung masuk kamar. Pekerjaan yang cukup banyak, membuat raganya lelah seharian. Selepas membersihkan diri, gadis itu langsung merebahkan diri di atas kasur bersprei merah muda dengan motif bunga krisan.

“Fa, Mama masuk, ya.”

Baru saja raganya sedikit rileks, pintu coklat kemerahan itu terbuka. Sosok wanita berparas ayu menghampiri dengan membawa teh yang masih mengepulkan uapnya.

“Makasih, Ma.” Fahira mengambil cangkir bening dengan motif stroberi dari tangan wanita berambut sebahu itu. Mama lantas duduk di sisi kiri ranjang.

“Bayu kapan ke sini? Udah sebulan gak dateng.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PESONA DUDA RUPAWAN   END

    "Aku sudah siap!”Aslena memeluk Fahira dari arah belakang. Seperti biasa ia akan menggoyang-goyangkan badannya hingga ikut bergerak tubuh orang yang dipeluknya.“Putri Mama cantik banget ini!" puji Fahira Wanita yang sudah sembuh total itu melepas pelukan Aslena, lalu membalikkan badan hingga mereka berhadapan. Dijawil hidung bangir itu perlahan. Detik berikutnya kening sang putri sudah disentuhnya. “Mamaku juga cantik kayak ratu!" balas Aslena. Bola mata mungil itu bergerak-gerak hingga kilauannya tampak begitu indah ia mengerjakan dua kelopak mata hingga gemas yang melihatnya “Ratunya papa, ya? Nah, ini tuan putrinya!” sela Reynan. Lelaki yang melihat aksi itu tak bisa tinggal diam. Ia ikut larut dalam keceriaan dengan memeluk keduanya. Lalu, dicium kening kedua belahan jiwanya. “Ayo. Sebentar lagi akad nikah Bapak Bayu dimulai. Nanti kita ketinggalan!" ajak Reynan pada keduanya. Reynan menuntun ratu dan putri kerajaan hatinya menuju mobil. Pagi ini, mereka akan menghadiri ak

  • PESONA DUDA RUPAWAN   JODOH

    Melinda memberanikan diri menantang sorot lembut di depannya. Namun, bertahan sekian detik saja, ia menunduk dengan rona merah menyemburat di pipinya.Wanita itu seperti kehilangan kemampuan bicara. Satu kata pun tak mampu lolos dari lidahnya. Saat ini seperti ada tali yang mengikat lisannya. Beberapa menit, Bayu harus menahan rasa yang tak nyaman sebab Melinda tak kunjung bicara. Dadanya mulai berdebar-debar sebab muncul ketakutan akan terempas kembali sebuah harapan. Pikirannya mulai dicengkram bayangan masa lalu, tentang Fahira, perjuangan cinta, kedatangan Reynan da akhir kisah menyakitkan. Apa cinta ini akan kembali pupus di tengah jalan?“Jika Mas Bayu serius, Insya Allah saya juga serius," jawab gadis itu sambil menahan rasa malu yang mendera. Setelah berhasil meredakan gemuruh di dada, Melinda dengan mantap menjawab lamaran Bayu. Tak ada keraguan pada hati gadis itu. Perkenalan satu bulan baginya cukup untuk memahami bahwa pria ini luar biasa.Tak ada alasan menolaknya dari

  • PESONA DUDA RUPAWAN   MOVE ON

    “Nakal, ya. Tak ingat sama Mama!" rajuk mama Bayu. Wanita awet muda itu memeluk putra yang baru saja pulang dari Malaysia. Bahagia campur haru menghiasi hatinya kini. Kesepian yang menggerogoti hari-hari akan sirna pasti.Bayu berjanji, selama libur kuliah akan tinggal di sini. Rencananya pun setelah tuntas akan kembali ke Indonesia. Ia sadar orang tuanya sangatlah kesepian. Muncul sesal karena selam ini hanya mementingkan kesedihan hatinya sendiri. Keduanya bicara banyak hal tanpa menyinggung soal wanita. Mama tak ingin momen bahagia ini rusak gara-gara obrolan yang Bayu enggan membahasnya.Di satu sudut hatinya masih sedih hingga kini menyaksikan putra kesayangan terpuruk karena cinta. Sebagai ibu ia tahu Bayu begitu dalam terluka.Bukan sesaat cinta yang Bayu perjuangkan. Tidak sedikit pengorbanan yang dicurahkan putranya. Oleh karena itu hatinya tetap dendam pada Fahira. Namun, ia menahan diri dari perkara buruk demi menjaga perasaan sang pemuda.“Mah, doakan ya. Semoga gadis ya

  • PESONA DUDA RUPAWAN   BAYU KINI

    “Satu-satunya cara move on dari seorang wanita adalah mencari penggantinya. Ayolah kawan, dunia itu luas. Bunga tak hanya setaman!” ucap seseorang yang berada di samping Bayu. Lelaki bergaya rambut ala oppa korea itu mengacungkan dua tangannya ke atas. Detik kemudiam diturunkan, lalu menepuk pundak temannya.Bayu menepis tangan itu, beranjak dari sofa apartemennya. Ia melangkah menuju jendela, menyibak tirainya. Pandangan diarahkan keluar sana hingga ia menyaksikan kepadatan arus kendaraan. Barisan mobil harus rela berbaris karena kemacetanbelum terurai. Bukan pemandangan itu kemudian yang menjerat pikirannya. Namun kilasan masa lalulah yang membuat tatapannya kosong.Kembali, wajah itu berkelebat dalam benak, lalu segala tentangnya hingga sesak itu kembali menerpa.Sedalam itukah perasaannya? Hingga setahun bergulir pun tetap tak pernah Fahira pergi dari jiwa.Dihela udara Jakarta yang baru saja disinggahinya kembali. Setahun sudah meninggalkan kenangan manis sekaligus menyakitkan.

  • PESONA DUDA RUPAWAN   PERKEMBANGAN

    “Fa, kasih aku ponakan kembar. Biar ada penerus berantem!” canda Farhan sebelum menutup ruangan. Tawa keras Farhan membuat Fahira mengerucutkan bibir. Ingin rasanya mengejar kembarannya itu untuk mendaratkan dua jari di pinggangnya.“Sepertinya semua orang memberi kesempatan pada kita," ucap Reynan setelah hanya mereka berdua yang ada di ruangan. “Kesempatan apa?” tanya Fahira keheranan.Reynan membisikkan sesuatu ke telinga Fahira. Kontan saja wanita berpipi putih itu menepuk lengan lelakinya.“Mas, apa sih?”Reynan tak dapat menahan tawa kali ini. Segera saja ia mendorong kursi roda untuk pergi ke ruang sebelah.Saat masuk, aroma masakan sudah tercium di seantero ruangan. Sepertinya kedua ibu mereka sedang kolaborasi di dapur.Ayah memyambut Reynan dan Fahira, sedangkan Farhan dan Aslena tak tampak di sini. Mereka sedang jalan-jalan mungkin.Fahira tak betah jika tak ikut membantu di dapur. Karena itu ia memaksa pada suaminya untuk diizinkan bergabung dengan dua ibu di sana.“Eh,

  • PESONA DUDA RUPAWAN   ADA ADIK?

    Reynan mendudukkan Fahira di kursi roda. Lantas menghadapkannya pada cermin. Disisir rambut yang masih basah itu. Sesekali dihidu wanginya.Fahira memakai cream wajah, compact powder serta lip gloss merah muda. Merias diri untuk menyenangkan suami akan mengundang pahala besar pikirnya.Kini fisiknya sudah dimiliki seorang pria. Tak bisa lagi seenaknya sendiri. Apakah mau kusam atau cerah.Dipandangani dari belakang cermin membuatnya grogi. Hampir-hampir bedaknya jatuh.“Cantik,” rayu Reynan pada wanita yang kini wajahnya merona. Rayuan itu sukses menjadikannya merinding. Ah, lelaki ini benar-benar mengancam kestabilan detakan jantung.Setelah Fahira selesai berdandan, Reynan memutarkan kursi roda hingga wajah mereka berhadapan. Lelaki itu berjongkok, disentuh pipi halus itu, lalu jarak pun terhapus.Sekian detik dinikmati kembali sentuhan bibir yang kerap diulang. Sepertinya Fahira mulai terbiasa dengan aktivitas yang membawanya terbang menembus awan.“Aslena pasti sudah merindukan m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status