Home / Rumah Tangga / PESONA ISTRI NAKAL CEO / Bab 85. Bayangan yang Terbelah

Share

Bab 85. Bayangan yang Terbelah

Author: Kenzie
last update Last Updated: 2025-09-12 18:00:27

“Apa kamu benar-benar tahu siapa dalangnya?” tanya Reina dengan suara nyaris berbisik.

Abian tidak langsung menjawab. Ia menurunkan pandangan, menatap jemarinya yang mengepal. Lalu kembali menatap Reina dengan dingin, tajam, dan menusuk.

“Bukan cuma tahu,” suaranya serak rendah, nyaris menggeram. “Aku sudah menunggu saat yang tepat untuk menyeretnya keluar.”

Reina terdiam, jantungnya berdetak lebih cepat, tapi wajahnya tetap tenang. Abian memberi isyarat pada Roy untuk mengurus lelaki kurus itu lebih lanjut. Sebelum melangkah pergi, ia menoleh sekali lagi, hanya sekilas, tapi sorot matanya membawa janji maut.

“Mainan kecil ini sudah berakhir. Babak sebenarnya baru akan dimulai,” ujarnya pada udara malam.

Malam itu berlalu dengan sunyi yang aneh. Di perjalanan pulang, Reina lebih banyak diam, hanya sesekali menatap wajah Abian yang kaku dalam bayangan lampu jalan. Ia tahu suaminya sedang menyusun rencana, setiap de
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
enur .
o iya ,dokter itu nama ny Arga bukan Derren , monmaaf nama ny salah ,,
goodnovel comment avatar
Kenzie
Dokter yg mana? Dokter Arga senior Reina di kampus kah? Daren ini murni sepupunya Abian, tokoh baru lagi
goodnovel comment avatar
enur .
kalo benar Derren pelaku ny ,, apakah ini ada unsur balas dendam karna masa lalu ny yg pernah menyukai Reina ??
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 145. Obsesi yang Tidak Padam

    Beberapa minggu telah berlalu sejak sesi terapi terakhir. Rumah mereka kini dipenuhi kehangatan yang lembut, tawa Reina perlahan kembali terdengar, menggantikan sunyi yang dulu mengisi setiap sudut. Abian duduk di sofa, matanya menatap Reina dengan penuh kelembutan. Setiap senyum kecil sang istri terasa seperti kemenangan yang tak ternilai.Reina menyesap teh hangat, merasakan aroma yang menenangkan menyelimuti pagi itu. Di seberangnya, Abian duduk santai, tapi sorot matanya serius. Ada sesuatu yang ingin ia ungkap, sesuatu yang bisa membuat keseimbangan hati Reina sedikit terguncang.“Reina,” ucap Abian perlahan, suaranya rendah tapi mantap. “Aku rasa kamu perlu tahu soal Raka.”Reina menoleh, mata bulatnya menatap Abian penuh rasa ingin tahu. “Raka? Maksudnya apa, Mas?”Abian menatap Reina sejenak, matanya serius dan tenang. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan menyalakan layarnya. Di sana terlihat beberapa bukti transfer ke rekening Raka atas nam

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 144. Sang Dalang Gelap

    Cindy menggigit bibir, frustasi. “Jadi, aku harus bagaimana?” tanyanya pelan.Pria itu berdiri di depan jendela besar, siluetnya membaur dengan cahaya kota yang berkelip di belakang kaca. Segelas wine masih tergenggam di tangannya, sementara lampu kuning redup dari meja nakas hanya menyinari sebagian wajahnya. Tatapannya tajam, mengamati bayangan Cindy di pantulan jendela seolah menilai langkah berikutnya.“Lakukan apa yang belum pernah kamu lakukan,” ucapnya tenang. “Dekati Reina bukan sebagai lawan, tapi sebagai seseorang yang peduli padanya.”Cindy menatap pria itu tak percaya. “Kamu mau aku pura-pura jadi temannya?”Pria itu berbalik perlahan, langkahnya pelan namun pasti. “Bukan pura-pura,” ucapnya datar. “Kamu harus benar-benar jadi bagian dari hidupnya. Biar dia sendiri yang membuka jalan untuk kita.”Cindy menelan ludah, suaranya bergetar. “Aku tidak mau. Sudah cukup aku berkorban jadi tunangan Abian. Harga diriku hancur saat dia

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 143. Aku Harus Bagaimana?

    Ruang konseling itu terasa hangat dan tenang, seolah menenangkan siapa pun yang memasukinya. Aroma lavender lembut mengisi udara, membuat dada Reina sedikit lebih rileks. Ia duduk di sofa abu muda dengan tangan yang masih digenggam Abian, mencoba menenangkan diri. Di hadapan mereka, psikiater wanita paruh baya tersenyum ramah sambil mencatat sesuatu di tabletnya.“Selamat datang, Nyonya Reina. Terima kasih sudah datang hari ini,” ucap sang psikiater dengan nada lembut.Reina hanya mengangguk pelan, matanya menatap lantai sebelum akhirnya beralih ke wajah wanita itu. “Saya… belum tahu harus mulai dari mana,” ujarnya jujur, suaranya sedikit bergetar.“Tidak apa-apa,” jawab sang psikiater tenang. “Kita mulai dari hal yang membuat Anda paling tidak nyaman. Tidak harus semuanya langsung hari ini. Perlahan saja.”Abian menatap Reina dengan penuh dukungan, sorot matanya lembut dan tenang. Ibu jarinya bergerak perlahan di punggung tang

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 142. Hening yang Hangat

    Matahari sore perlahan tenggelam di balik deretan gedung tinggi, meninggalkan semburat jingga yang mulai meredup di langit kota. Lampu jalan menyala satu per satu, memantulkan cahaya hangat di kaca mobil yang bergetar halus mengikuti ritme jalan. Reina membuka mata perlahan, masih dibalut kantuk dan sisa lelah perjalanan. Menyadari kepalanya bersandar di bahu Abian, ia cepat menegakkan duduk, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.Abian menoleh sekilas dan tersenyum kecil. “Tidur aja kalau masih ngantuk,” ucapnya pelan.Namun, Reina hanya menggeleng pelan, pandangannya menerobos kaca jendela yang dipenuhi pantulan senja. Bayangan gedung dan cahaya lampu kota berpadu, menimbulkan kesan samar di matanya yang tampak sendu. Ingatannya kembali berputar pada makam yang baru mereka kunjungi, membawa kenangan lama yang perlahan muncul ke permukaan.Begitu mobil berhenti di depan rumah, Abian sempat menepuk pelan bahu Reina yang ternyata tertidur bersand

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 141. Keberanian yang Tertunda

    Abian mengulang pertanyaannya pelan. “Mau ke mana, Sayang?” Suaranya lembut, mencoba menembus hening yang masih menggantung di antara mereka.Reina menatap tangannya sendiri, jemarinya saling menggenggam seolah takut melepaskan sesuatu. “Ke rumah baru Mama.”Abian tidak langsung menjawab. Ia tahu apa yang dimaksud Reina bukan rumah dalam arti sebenarnya. “Makamnya?” tanyanya pelan.Reina mengangguk tanpa menatap. “Aku belum pernah ke sana lagi sejak Mama meninggal. Udah tujuh belas tahun.”Suara itu bergetar halus. Abian mengulurkan tangannya, menyentuh bahu Reina pelan. “Kalau kamu yakin kuat, aku antar sekarang.”Reina mengangguk lagi, kali ini dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Abian putar arah saat Reina menyebutkan salah satu nama pemakaman elit. Perjalanan menuju makam berlangsung dalam diam.Jalanan pagi menjelang siang itu sepi, langit berwarna pucat dengan awan bergerak lambat. Reina menatap keluar jendela, matanya ses

  • PESONA ISTRI NAKAL CEO   Bab 140. Pulang

    Cahaya pagi menembus tirai tipis kamar rumah sakit, membentuk pola lembut di lantai dan di wajah Abian yang tertidur di kursi. Kemeja yang sama sejak kemarin masih melekat di tubuhnya, dengan lengan tergulung dan rambut yang sedikit berantakan. Namun di balik kelelahan itu, ada ketenangan yang membuat Reina terdiam lama. Senyum kecil muncul di bibirnya tanpa sadar karena untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar aman.Ia mengulurkan tangan pelan, menyentuh jemari Abian yang terkulai di tepi ranjang. Sentuhan kecil itu cukup membuat pria itu tergerak. Abian mengangkat kepala, mata hazelnya langsung bertemu pandangan Reina. Seketika seluruh kelelahan di wajahnya menguap.“Kamu udah bangun?” suaranya serak, tapi lembut.Reina mengangguk pelan. “Iya. Kamu mau tidur lagi?”Abian tersenyum samar, lalu menggeleng. Begitu jam dinding menunjukkan pukul 09:00 am, ia segera menatap istrinya. “Dokternya sudah datang?” tanyanya.Reina mengangguk pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status