PESONA ISTRI NAKAL CEO
Abian, CEO muda dan perfeksionis baru saja dikhianati oleh tunangannya. Luka itu belum sembuh, tapi keluarganya punya rencana lain yaitu sebuah perjodohan demi citra dan bisnis. Nama Reina terucap, membuat lelaki itu teringat akan hubungan FWB -nya bersama Reina.
Reina sendiri tentu saja menolak keras perjodohan itu karena ia sudah memiliki kekasih, seorang dokter muda spesialis kandungan, Raka. Namun, hubungannya tidak mendapatkan restu karena status Raka yang tak pantas untuk Reina. Sang mama bersikeras menjodohkan Reina dengan Abian.
Dalam sekejap, Abian dan Reina sudah terikat dalam pernikahan tanpa cinta dan kesepakatan antara mereka berdua. Tanpa mereka tahu, keduanya sedang menjadi korban dari dua pengkhianat yang sama.
Selingkuh. Manipulasi. Rahasia kelam.
Pernikahan yang dipenuhi dendam dan gairah yang belum padam. Mampukah mereka membangun cinta dari fondasi pengkhianatan, rahasia, dan kekuasaan?
Read
Chapter: Bab 08. Dosa yang Terikat (21+)Hening sejenak.Abian mendekat, bibirnya menyentuh bibir Reina dengan lembut. Ciuman itu awalnya pelan, ragu, tapi Reina merespon. Tangan sang istri kini bergerak ke belakang leher Abian, menariknya lebih dekat.“Mari lakukan dosa itu lagi," bisik Reina di sela napasnya yang mulai berat.“Namun, kali ini dosa yang terikat, Sayang,” balas Abian dengan suara serak.Abian mencium lagi bibir Reina, lalu turun ke dagu, leher, dan akhirnya pundaknya yang terekspos, menantang lelaki itu. Ketika Abian memberikan gigitan di sana, Reina mengeluarkan desahan pertamanya. Hal itu membuat Abian menggigit bibir bawahnya sendiri untuk menahan dorongan rasa.“Ini … terlalu manis,” gumam Abian sambil meninggalkan kissmark di lekuk leher Reina, bukan hanya sekali tapi berkali-kali.Tubuh Reina bergetar saat Abian kembali menelusuri jalur ciuman ke arah atas dada. Sentuhan bibir Abian seolah membakar tubuhnya secara per
Last Updated: 2025-08-02
Chapter: Bab 07. Panas yang MenelanjangiReina berdiri, sempoyongan, lalu menarik tangan teman di sampingnya yang masih setengah sadar. “Kepalaku berisik, minuman ini tidak bisa mengurangi berisiknya.”Kemudian, Reina duduk lagi karena merasa pusing. Ia ambil ponselnya dan menekan nomor Abian. Sudah empat kali dia spam panggilan, tapi tak ada satu pun yang dijawab. Saat panggilan kelima, dia sudah tidak peduli akan terhubung atau tidak.“ABIAAAAAANN! APA KAMU MEMANG SEJAHAT ITU?” bentak Reina. Suaranya sedikit serak, bernada tinggi, dan jelas terdengar mabuk. “Sialan! Kamu tuh … kamu tuh cowok paling menyebalkan sedunia! SOK ATUR! PADAHAL AKU NGGAK NGAPA-NGAPAIN!”“Heh cowok brengsek, dengar ya. Kalau aku mati malam ini, itu karena kamu! Kamu yang terlalu ganteng, terlalu sok cool, dan terlalu diem kayak setan!” racau Reina yang tidak sadar kalau panggilan itu tersambung.Tak ada balasan, tentu saja, tapi Reina terus bicara. Mata mulai berkaca. “Kamu pikir aku nggak n
Last Updated: 2025-08-01
Chapter: Bab 06. Reina dan RencananyaSementara itu di kamar utama, Reina baru saja keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah dan tubuh hanya dibalut bathrobe kecil. Ketika ia melihat koper-kopernya masih tertumpuk di sudut ruangan, membuatnya bertanya-tanya.Reina berjalan ke sisi kiri ranjang dengan ponsel sudah berada di tangan kanannya. Dia melihat jadwal sang kekasih yang menunjukkan bahwa Raka sedang berjaga di rumah sakit. Sore ini dia akan datang berkunjung. Bagi Reina, Raka adalah tempatnya melarikan diri dari dunia nyata.“Tumben nomornya tidak aktif?” monolog Reina saat dua panggilannya mengarah pada jawaban operator.Kini Reina sudah berganti pakaian. Mini dress warna biru dengan corak bunga Daisy. Rambutnya dibiarkan terurai setelah menyisirnya rapi.Reina keluar dan menuju kamar tamu. Namun, saat ia hendak membuka pintunya, pintu itu tak mau terbuka. Kesal, Reina turun ke lantai bawah untuk mencari keberadaan bu Mar.“Bu Mar, itu pi
Last Updated: 2025-08-01
Chapter: Bab 05. Aturan AbianRumah besar itu berdiri megah di kawasan elite yang sunyi. Arsitekturnya bergaya minimalis modern. Reina menatap bangunan itu dari balik kaca mobil, kacamata hitamnya menutupi separuh wajah lelahnya. Abian keluar dari mobil, diikuti Reina di belakangnya. Kedatangan keduanya disambut oleh bibi kepala pelayan dan satpam rumah. Abian menyerahkan kunci mobil dan meminta satpam mengeluarkan koper istrinya. “Selamat datang, Nyonya Reina. Saya Maryam, kepala pelayan di sini sekaligus orang yang akan membantu segala keperluan rumah tangga di sini,” ujar bibi kepala pelayan. Bu Mar segera tersenyum. “Itu sudah menjadi tugas saya, Nyonya.” Reina masuk ke dalam rumah dengan menjinjing tas kecilnya. Hawa dingin khas pendingin ruangan mahal dan aroma maskulin yang samar menyambutnya. Rumah itu besar, megah, tapi terlalu hampa untuk rumah yang mewah. Bu Mar menyuruh seorang pelayan untuk membawa koper Reina ke kamar utama. Abian langsung melenggang pergi menuju ruang kerjanya, meninggalkan Rei
Last Updated: 2025-07-19
Chapter: Bab 04. Godaan dan Keputusan“Jadi, setelah ini kalian akan tinggal di mana?” suara mama Reina terdengar ringan, tetapi jelas mengandung harapan tertentu.Setelah sarapan, suasana di ruang tamu beralih menjadi sedikit lebih serius. Abian duduk dengan tenang, tangan kanannya menggenggam secangkir kopi hitam. Sementara Reina, kini sudah berganti pakaian menjadi lebih tertutup.Reina yang masih duduk di samping Abian langsung menoleh dengan refleks. Dia belum memikirkan apa pun soal tempat tinggal. Baginya, pernikahan ini saja masih seperti skenario teater yang dipaksa dijalani.“Kita sepakat untuk tinggal di rumahku,” jawab Abian kalem, tanpa melihat Reina.“Tentu saja, Nak.” Bunda Abian menyahut cepat, ekspresinya puas atas keputusan kedua pengantin.Ayah Abian mengangguk setuju. “Keamanan rumahnya pun ketat. Jadi kalian berdua aman dari kejaran wartawan.”Reina menahan napas. Semua orang berbicara seakan dia tak punya suara. Seolah hidupnya sudah dipetakan dengan garis tegas. Tinggal di rumah suami dan berpura-pu
Last Updated: 2025-07-19
Chapter: Bab 03. Pagi yang Kacau“Kamu yakin kita harus pakai cincin itu?” tanya Reina berbisik saat melihat bunda Abian berjalan mendekat ke arah altar sambil membawa kotak beludru warna merah. “Apa hal begini saja kamu tidak tahu?” sindir Abian. “Jangan mulai,” peringat Reina sambil mencubit lengan Abian dengan pelan. Setelah acara tukar cincin selesai, lima puluh tamu undangan pilihan bergiliran mengucapkan selamat pada kedua mempelai. Mereka adalah orang-orang terpilih dari keluarga inti, rekan bisnis hingga orang yang berpengaruh dalam dunia bisnis. Mereka semua menyambut bahagia pernikahan ini, berbanding terbalik dengan kedua mempelai. Sore harinya, Reina memilih untuk mengurung diri di kamar pengantin yang dingin dan luas. Ia tidak memedulikan petugas keamanan yang berpatroli di sekitar vila, tidak juga suara para pekerja yang mulai membereskan dekorasi. Ia hanya berbaring di ranjang, menatap langit-langit yang sama hampa dengan hatinya. Di tempat lain, Abian berdiri di balkon kamarnya, memandangi langi
Last Updated: 2025-07-19