PART 22. Rencana Harun Dan Putri(POV Author)Senin yang cerah. Tiga orang sedang sarapan di restoran tidak jauh dari H&H Mall. Mereka adalah, Harun, Dimas, dan Putri. Mereka sedang berdiskusi sesuatu yang penting. Setidaknya menurut Harun."Ini demi masa depan kita semua,” kata Harun.Putri Ayuningtyas, satu-satunya wanita di antara mereka, sesekali menyesap mocca susu hangat di depannya, lalu memutar-mutar cangkirnya di meja dengan gerakan pelan dan elegan. Matanya mengawang, sesekali menyipit dengan sinis. Seperti menyimpan dendam dan luka."Aku tidak boleh kalah, Mas." Ucapnya geram."Tenang saja, kamu akan dapatkan apa yang kamu inginkan." Sahut Harun.Harun tahu sekali, sepupunya itu sedang tidak enak hati. Sedangkan Dimas, hanya sesekali saja melirik kelakuan kedua saudaranya itu. Hubungan kekerabatan mereka termasuk dekat. Usia Harun dan Dimas tertaut tidak terlalu jauh. Hanya tiga bulanan saja. Tahun ini mereka sudah 39 tahun. Sedangkan Putri, baru berusia 27 tahun. Seusia He
PART 23. Jadilah Investor (POV Author)Helena sedang melayani customer yang bertanya rekomendasi kulkas. Helena menunjukkan berbagai pilihan harga dan spesifikasi."Yang ini sebelasan juta, Kak." Helena menunjuk kulkas terbaru dari merk tertentu. Lebih canggih dari kulkasnya ibu mertua yang pernah dibelikan Harris. Kulkas yang seperti punya Mama mertuanya itu harganya sudah turun menjadi Sembilan juta sekian. Helena sudah tidak tertarik."Baik, Kak. Makasih ya, biar kami lihat-lihat dulu." Kata customer sambil meninggalkannya."Baik, Kak." Helena meraih ponselnya, berniat memeriksa karena dia mendengar suara message pribadi."Helena." Sebuah suara memanggilnya. Helena mengurungkan niat mengecek ponsel."Oh Pak Harun. Iya Pak?" Helena menunduk hormat."Bagus ya, jam kerja berani mainan hape." Ucap Harun mengintimidasi."Maaf, Pak." Sahut Helena sopan, "saya hanya mau mengecek sebentar.""Ikut saya!" Ucap Harun. Helena mengikuti. Mereka masuk ke ruangan khusus. Ruangan yang dua tahun
Part 24. Kedatangan Mantan (POV Harris) Aku sudah berjanji dalam diriku sendiri, tidak akan membiarkan Helena mengalami kesulitan lagi dalam menjalani hidupnya. Aku akan berjuang semampuku untuk terus membahagiakannya. Sebab itulah aku menambahkan lima ratus juta lagi ke dalam rekeningnya, agar dia bisa menjadi salah satu investor di H&H Grop. Dengan begitu, Harun dan Putri tidak akan bisa berbuat macam-macam kepadanya. Mereka tidak akan bisa mengusiknya lagi. Helena akan memiliki power, sehingga tidak akan mudah ditindas lag Sebenarnya aku bisa saja langsung mengangkat Helena menjadi asisten pribadiku, tetapi aku tidak mau melakukan hal itu. Karena aku khawatir mereka, orang-orang yang berada di bawah sana, justru akan semakin mencibirnya. Menuduhnya memanfaatkan koneksi. Aku tidak mau itu dialami oleh Helena, di saat aku, sedang ingin fokus kepada kebahagiaan kami. Masih ada hal penting lainnya yang harus kami lakukan, untuk menuju kebahagiaan yang sempurna antara aku dan dia. Aku
Part 25. Bertemu Mantan KembaliAku tidak bisa mengabaikan begitu saja ucapan Pak Dimas yang memberiku peringatan agar berhati-hati. Kalimat itu terus-menerus mengusikku. Aku menangkap, ucapan itu seolah aku memiliki musuh yang berniat mencelakaiku Tapi siapa, mengapa? Aku merasa tidak pernah mengganggu orang selama ini. Justru akulah pihak yang selalu diganggu. Terutama oleh seseorang bernama Harris Mustofa, keluarganya dan para bawahannya.Apakah kali ini Putri Ayuningtyas? Kenapa dia? Apa salahku? Tuhan, ijinkan aku hidup tanpa bernusuhan dengan siapa pun.Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ini sudah ke sekian kalinya. Dalam hati aku menggerutu kesal. Siapa sih yang menelepon terus-terusan? Masak iya tidak tahu ini jam kerjaku? Sangat mengganggu!Tidak jauh di depanku, seorang wanita sedang melihat-lihat kompor kaca bermotif teratai. Dia bolak-balik dari satu kompor ke kompor lainnya. Meneliti. Dia pasti menimbang-nimbang mana yang lebih murah dan dengan spesifikasi yang lebih bagus. Ti
PART 26. Penolakan Cerai"Bagaimana surat dan tanda tangannya?" Tanya Dimas pada seseorang di seberang telepon."Aman, Pak. Semua sudah beres, saya bisa antarkan kepada Anda.""Tolong segera.""Siap Pak."***Arsen menyetir mobilnya dengan sangat emosi. Ella berkali-kali mengingatkan dengan sabar. Itu adalah hari di mana mereka berdamai setelah tiga hari sebelumnya bersitegang saling menuntut. Lalu saling diam. Hari ini suasana hati Arsen membaik. Sehingga mau mengajak anak istrinya untuk jalan-jalan di mall. Mereka tidak menyangka kalau itu justru membawa mereka ke permasalahan berikutnya.."Jadi ini tujuanmu?" Tuduh Arsen."Mas, kita bicara di rumah saja." Sahut Ella."Jawab!" Bentak Arsen."Kamu kalau mau mati, mati sendiri aja Mas, jangan ajak kami!" Ella tidak terima. Ikut teriak. Dia lupa kalau sedang memangku bayi berusia 7 bulanan di pangkuannya."Aaak, aak, papapapa." Bayi itu kaget dan langsung menangis setengah mengoceh."Maaf, Sayang, Mama bukan membentakmu. Maaf ya?" Ella
PART 26. Pelukan Mesra(POV 3 Author)Harris cukup lama berdiam diri di belakang setir mobilnya. Perasaannya canggung untuk melanjutkan pulang. Tetapi itu perintah Mama. Dia harus mematuhinya. Perintah berbeda dengan permintaan. Harris sedikit bisa menerka apa yang akan terjadi. Mama pasti ingin peroleh keterangan langsung mengenai segala yang terjadi di antara mereka bertiga. Harris, Helena dan Arsen.Harris mendesah berat. Sudah lima belas menit dia berada di sana, namun masih enggan menjalankan mobilnya. Harris memasang earphonenya ke telinga. Tangannya memijit tombol di ponselnya."Dimas, tolong jaga Helena untukku. Pastikan dia aman bersamamu." Dengan berat hati Harris menyerahkan Helena kepada pengawalnya. Padahal di relung hatinya yang paling dalam, Harris sama sekali tidak ingin beranjak dari sisi Helena. Wanita itu membutuhkan dirinya. Tetapi Harris harus patuh pada perintah ibunya."Tenang Boss, Helena aman bersamaku." Ucapan Dimas sangat meyakinkan. Harris pun menjalankan m
PART 28. Memohon Restu(POV. Harris)"Kamu sungguh mencintai, Helena?" Tanya Mama. "Sejak kapan?"Aku menatap wajah Mama dalam-dalam. Wajah yang terlihat bersih, tetapi guratan lelah tampak jelas di sana. Kusentuh kedua pundak Mama dengan lembut. Ada ketakutan tersendiri dalam hatiku. Takut kalau tidak bisa membahagiakan beliau di sisa hidupnya. Mama sudah tujuh puluh tahun lebih, tetapi masih harus dihadapkan dengan permasalahan anaknya yang belum pada dewasa ini."Maafkan Harris, Ma." Bisikku. Kupeluk tubuh ringkih Mama. "Harris bisa jelaskan semuanya ke Mama. Ini tidak seperti yang kalian duga.""Memangnya apa yang kami duga?" Tanya Mama. Aku melepaskan pelukan, merasa bingung atas pertanyaan tersebut."Demi Tuhan, Ma. Kami tidak seperti yang Arsen tuduhkan itu. Helena itu bersih, Ma. Dia istri yang setia pada suaminya, sebelum keributan itu terjadi. Jika dia pergi dan tidak kembali, itu karena ulah Arsen sendiri. Dia tidak selingkuh." Aku menatap kedua mata Mama dalam-dalam, mengh
PART 29. Jangan Pergi"Siapa yang akan kamu dukung?" Kejar Mas Harris. Wajahnya semakin mendekat kepadaku. Aku mundur sekira satu jengkal."Kenapa Helen harus mendukung pertarungan antar saudara?" Balasku sebal."Tadi siapa yang bilang lebih baik melawan ketimbang pulang dalam keadaan bonyok?" Mas Harris menuntutku."Yah, maksudku, memang begitu, tetapi bukan berarti harus didukung juga." Aku kerepotan menata bahasa, karena terjebak oleh ucapan sendiri. Jadi ingat kata pepatah, "mulutmu harimaumu." Aku merinding."Hmmm." Harris mengangguk-angguk. Lalu menatapku dengan pandangan menelisik. Aku gelagapan karenanya. Beruntung saat itu ponselku berbunyi. Aku segera lompat dari dudukku. Mas Harris berusaha mencegah dan bermaksud meraih ponsel yang sama di meja depan kami. Syukurlah, aku mendapatkannya lebih dulu."Weee gak kena." ejekku kepada Mas Harris. Tidak terima dengan ejekanku, Mas Harris mengejar dan meraih pingganggu."Jangan mengangkatnya, kita belum selesai bicara." pintanya."M