Share

PESONA SANG PEWARIS
PESONA SANG PEWARIS
Author: Fafacho

Bab 1

Author: Fafacho
last update Last Updated: 2022-06-10 11:45:53

Brukk,.

Benturan keras dan membuat kedua orang yang bertabrakan terdorong pelan ke sisi belakang masing-masing.

Pria berkemeja putih dengan lengan yang kemeja yang sedikit terangkat keatas, tampak kesal mengambil ponselnya yang terjatuh di jalanan untuk pejalan kaki. Dia langsung menatap seorang perempuan yang berdiri lemah tanpa melihat ke arahnya, perempuan tersebut hanya menunduk diam tanpa bicara sepatah katapun.

Hal tersebut membuat pria berkemeja putih itu semakin kesal, karena melihat perempuan yang tak merasa bersalah sama sekali dengan insiden ini.

“Maaf, saya permisi” hanya ucapan itu saja yang keluar dari mulut perempuan yang sama sekali belum ia lihat wajahnya. Tapi perempuan itu sudah pamit pergi saja tanpa menunjukkan rasa bersalahnya.

“Maaf, kau bilang maaf. Kau tidak lihat ponselku terjatuh karenamu? Kalau ponsel ini rusak kau..” pria itu menahan lengan perempuan yang akan pergi tersebut.

Akhirnya perempuan itu mendongak melihat pria yang Menahan lengannya saat ini, terlihat mata yang memerah dan seperti orang yang baru saja menangis.

“Bisa lepaskan, aku jamin ponselmu tidak apa-apa.” perempuan itu melepas paksa tangan pria didepannya, dan dia melihat sekilas wajah pria itu dan langsung pergi begitu saja.

“Yaa..kau bisa jamin apa kalau ponselku tidak apa-apa. dasar perempuan tak tahu diri” maki pria itu yang kesal karena diabaikan begitu saja. Tapi tadi dia sempat tertegun saat melihat wajah perempuan tersebut.

“Tuan Raditya, Papa anda sudah menunggu di mobil” terdengar suara dari belakang Radit sapaan akrab pria itu.

Radit langsung berbalik melihat pria tegap dengan setelan hitam berdiri sambil memberi hormat padanya.

“Mengganggu saja,” desis Radit begitu sinis dan tampak tak suka. Dia langsung memasukkan ponsel miliknya kedalam saku jas dan langsung melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan ajudannya.

Radit yang sudah sampai di depan mobil berwarna hitam, langsung membuka pintu belakang mobil tersebut dan masuk kedalamnya.

“Maumu sebenarnya apa? kau sengaja ingin mempermalukan Papa tadi hah” tegas seorang pria paruh baya yang langsung menatap tajam Radit yang sudah duduk disebelahnya.

“Siapa yang ingin mempermalukanmu Pa” jawab Radit dengan santai tanpa merasa terintimidasi oleh tatapan sangar sang ayah.

“bukannya kau bilang ingin menikah menuruti ucapan Papa, lalu kenapa kau pergi seenakanya sendiri saat rekan bisnis Papa memperkenalkan putrinya tadi”

“memang aku ingin menikah tapi bukan dengan pilihan papa, aku ingin menikah dengan pilihanku. Lamarkan perempuan yang aku inginkan besok” pungkas Radit menatap sang Papa yang sedikit mengangkat alisnya.

“Siapa yang ingin kau nikahi hah?” tanya Reynold Gilgan ayah Radit.

“Nanti juga tahu siapa perempuan itu, sudah aku pergi dulu. ada yang ingin aku urus” pungkas Radit dan langsung keluar dari dalam mobil. “Jangan pernah meminta anak buahmu yang lain mengikutiku” Radit menepuk pundak pria yang berdiri di luar mobil sambil berbisik di telinga pria tersebut.

“Tu..tuan ta” pria dengan setelan hitam itu tergagap takut melihat seringai dari Radit.

Radit tak menggubris lagi, dia langsung pergi begitu saja meninggalkan pria itu yang tampak gugup.

................................

Wulan termenung duduk seorang diri di kursi taman, sinar lampu yang mulai terang dikala malam yang kian datang menyinari area taman tersebut.

“Semua salah ku, benarkan.ini salahku kan, kenapa kau yang pergi kenapa bukan aku” Wulan menatap langit malam yang hanya terhiasi satu bintang yang bersinar cukup terang.

“kenapa kau menolongku, kenapa harusnya aku yang lenyap bukan dirimu” Wulan menatap langit malam yang semakin sunyi.

FLASHBACK ON

“Pergi, Pergi dari sini. Gara-gara dirimu anakku tiada, kau penyebabnya pergi” teriakan histeris disertai dorongan kuat membuat Wulan terdorong kebelakang dia terisak dengan perlakuan dari ibu pria yang berarti baginya selama ini.

“Kenapa, anakku harus menolongmu, kau penyebab anakku tiada kau pembunuh kau pembunuh” lagi makian yang begitu mengiris hati Wulan yang tengah berduka semakin mendukakan hatinya teramat dalam.

“Ibu, aku..aku minta maaf. Aku,aku juga tida...”

Plakk tamparan cukup keras mendarat di wajah mulus Wulan, kini wajah mulus itu tampak kemerahan karena tamparan tersebut.

Orang-orang yang berada disitu langsung berusaha memisahkan perempuan paruh baya dari Wulan,

“Lila, kau apa-apaan. Kenapa ditengah duka kita kau malah membuat keributan. Biarkan saja Wulan disini melihat Leon untuk terakhir kalinya” suara penuh ketenangan berusaha menenangkan perempuan paruh baya bernama Lila. Dia memegang bahu perempuan itu mengusapnya lembut sambil melihat iba kearah Wulan yang menangis didepannya saat ini.

“Kau bilang biarkan saja, aku tidak bisa membiarkan pembunuh ini melihat putraku yang sudah kaku begitu. Ini semua salahnya, kenapa Leon tidak mendengarkanku selama ini, kenapa dia malah berpihak pada perempuan tak tahu diri ini” Lila semakin memberontak dan berusaha menyerang Wulan.

“Wulan, lebih baik kamu pergi saja sekarang. Bukannya ayah ingin mengusirmu tapi kau bisa lihat bagaimana istriku ingin menyerangmu.” Ucap Nanda ayah dari Leon.

“Tapi yah,.” Wulan terasa berat untuk pergi dari situ. Dia ingin mengantarkan orang yang berharga dihidupnya untuk yang terakhir kali.

“Tidak usah tapi, tapi pergi dari sini. Aku tidak ingin melihat perempuan sepertimu disini” teriak Lila histeris dan semakin mengundang perhatian orang-orang yang datang.

“Wulan dengarkan apa kataku, kamu pergi saja” pinta Nanda lirih pada perempuan muda tersebut.

Wulan begitu merasa berat untuk pergi, tapi melihat tatapan-tatapan tidak Suka dari mereka membuatnya perlahan mundur pelan. Hatinya sakit ditatap seperti itu oleh orang-orang,

“Andai Leon mendengarkan ku dulu yah, dia tidak akan pergi begini. semua salah perempuan itu, dia merenggut anak kita, perempuan yang tak terawat begitu kenapa Leon membelanya mati-matian” Lila terduduk di lantai sambil menangis meraung mengingat dulu Leon yang selalu di sisi Wulan meskipun dia melarangnya.

“Bu, sudahlah ini sudah takdirnya Leon. Kamu jangan begitu, ikhlaskan Leon, ikhlaskan anak kita biar dia tenang disana. Kalau ibu masih menyalahkan Wulan begini, anak kita tidak akan tenang” Nanda berusaha menenangkan sang istri yang menangis tak terima.

Sedangkan Wulan sudah berlari kecil meninggalkan tempat persemayaman sementara Leon, dia menangis disepanjang jalan sambil membayangkan kejadian kemarin dimana dia hampir di tabrak oleh sebuah mobil tetapi Leon menolong dirinya dengan medorong tubuhnya sehingga Leonlah yang tertabrak mobil tersebut.

FLASHBACK OFF

“Aku harus apa tanpa dirimu, aku harus apa?” Wulan menatap penuh tanya ke langit malam.

“Kau memang bodoh, kenapa demi wanita sepertiku kau mengorbankan dirimu. Seharusnya aku saja Leon, aku yang lenyap bukan dirimu Leon.” Isakan mulai keluar dari bibir yang kian bergetar saat ini. air mata mengucur dengan derasnya membasahi wajah Wulan.

Langkah kaki yang tadi terdengar disekitar bangku taman tempat wulan duduk langsung tak terdengar lagi, seorang pria yang hendak lewat langsung berhenti saat mendengar isakan tangis dari bangku taman yang tak jauh dari dirinya berdiri saat ini.

“Siapa perempuan bodoh yang menangis seperti itu tengah malam begini?” sinis pria tinggi tegap dengan tangan yang masuk ke saku celana menatap tak suka pada perempuan tak dikenalnya itu yang menangis di taman malam-malam begini.

°°°

T.B.C

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 18.

    Radit terdiam melihat laki-laki yang tidak asing baginya itu. Sedangkan laki-laki itu yang tadinya tersenyum seperti menyambut kehadiran Radit langsung ikut terdiam saat melihat perempuan yang ada di sebelah Radit saat ini. "Kau.. kenapa kau ada disini? " tanya Radit terkejut. Lukas yang tadinya melihat kearah Wulan langsung menatap kearah adiknya, Yups Lukas dan Radit adalah saudara seayah beda ibu. "Hai bro, apa kabar" sapa Radit berusaha mengkondisikan wajahnya yang terkejut tadi saat melihat Wulan. wajahnya kini sumringah saat melihat adiknya. Radit yang di sapa dengan penuh senyuman hanya memasang wajah datar nan dingin, dia terlihat tak perduli dengan sapaan ramah itu. "aku tanya, kenapa kau bisa ada disini" tukas Radit kembali bertanya seperti itu pada Lukas. "kenapa pertanyaan mu konyol sekali, jelas aku disini. Ini rumah kakekku" tukas Lukas. "mana pria tua bangka itu" ucap Radit dan langsung menyingkirkan Lukas dari hadapannya. Lalu ia masuk kedalam sendi

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 17

    Radit saat ini baru saja selesai mandi, dia tadi sampai rumah setelah dari kantor langsung mandi membersihkan diri. Hampir dua puluh menit dia di kamar mandi, saat dia keluar belum mendapati Wulan. kamarnya masih kosong tak ada Wulan di situ, "dasar perempuan lelet, sampai sekarang belum di rumah juga" gerutu Radit. Pria tinggi tegap itu lalu berjalan kearah lemari untuk mengambil pakaiannya. Dia harus segera berganti pakaian baru setelah itu dia akan ke rumah kakeknya. Kakeknya begitu cerewet sedari tadi terus saja menyuruh asisten untuk menelpon nya agar dia cepat datang kerumah keluarga Gilgan. Pria tua yang menurunkan Marga Gilgan padanya dan ayahnya itu sangat menyebalkan mentang-mentang memiliki harta tapi seenak sendiri. "kalau bukan karena uangmu, aku tidak mau datang mengenalkan perempuan itu pada mu" tukas Radit. Radit terus saja mengomel sendiri. Radit memang tidak ada keinginan untuk mengenalkan Wulan pada kakeknya, tentu saja dia enggan karena pere

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 16

    Banyak yang tak mengira jika kehidupan seorang konglomerat itu tidak menyenangkan, banyak aturan yang harus dijalakan. Banyak larangan yang menyesakkan harus diturutu, kehidupan bak di penjara apa-apa dibatasi.Radit duduk merenung di kursi kerjanya, yang ada diruangannya tersebut. Dia saat ini berada di kantor, duduk di meja dengan jabatan Direktur tertulis jelas di atas mejanya itu.Benar Radit menjabat sebagai seorang direktur di perusahaan ayahnya, sedangkan CEO serta pemegang saham sepenuhnya ada di tangan ayahnya dan kakeknya.Pintu ruangan Radit terbuka, membuat pria itu mengalihkan pandangannya ke kearah pintu saat mendengar suara pintu yang terbuka tersebut. Pandangannya menatap datar pada pria yang masuk kedalam.Seorang pria tua, dengan tongkat di tangannya berjalan serta topi putih yang dikenakannya. Ia berjalan mendekat kearah Radit yang hanya diam melihat dirinya masuk.“Kakekmu datang tapi kau hanya diam saja begini, mana sopan santunmu?” tukas pria itu pada sang cucu.

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 15

    Wulan menaruh kantung es pada luka Radit, dia melakukan itu agar darah yang mengalir saat ini bisa membeku dan berhenti. Dia merasa aneh dengan darah itu yang terus mengalir padahal lukanya tidak terlalu besar.Radit hanya diam sambil sesekali melihat kearah Wulan yang telaten membersihkan lukanya hingga memplaster lukanya itu. dan dia langsung mengalihkan pandangannya saat Wulan sudah selesai.“kenapa darahmu tadi sulit untuk berhenti?” tanya Wulan yang entah mendapat keberanian darimana untuk bertanya seperti itu.“Sudah sana keluar, kau sudah selesai kan dengan sok jiwa pertolonganmu itu” cibir Radit dan berdiri dari duduknya.Wulan yang masih duduk melihat Radit yang langsung berdiri, dia juga ikut berdiri dari duduknya saat ini.“Ya sudah kalau begitu aku keluar dulu” pungkas Wulan dan akan pergi.“Apa yang terjadi padaku ini, jangan sampai kau bilang pada Mama” ancam Radit “Memang kenapa?” tanya Wulan penasaran.“Aku bilang jangan ya jangan, awas kalau Papa atau mamaku tahu soa

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 14

    Banyak alasan yang membuat Radit selama ini tampak diam, sedikit keras kepala dan egois terhadap orang lain. Dia sebenarnya pria yang baik yang tidak terlalu menyukai kekarasan. Dia hanya akan keras pada dan acuh pada seseorang jika orang tersebut membuat suasana hatinya buruk dan membuat dirinya terusik.Selama ini yang selalu mengusik hidupnya tentu saja kedua orang tuanya yang selalu tak akur dan saling menyalahkan satu sama lain. Dia bosan dengan itu, apalagi ia juga merasa kesepian tak ada teman di kala dirumah makanya ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di luar rumah. Tapi setiap kalia ia ingin melakukan apa yang ingin ia lakukan untuk membebaskan diri selalu saja anak buah ayahnya membatasi setiap gerak-geringnya membuat dia sedikit berkutik dan selalu terkekang dalam dirinya.Radit sendiri saat ini duduk termenung di balkon kamarnya sambil meminum soda kaleng yang baru saja dia ambil dari dalam lemari es kecil yang berada di kamarnya itu.Dia mendongak menatap bintang-bi

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 13

    Radit menaikkan Wulan ke atas dengan perlahan, perempuan itu sudah terbatuk-batu di pinggir kolam renang. Radit juga ikut naik saat Wulan sudah berada di atas.“kau begitu saja tenggelam, perempuan bodoh memang” maki Radit didepan wajah Wulan yang tengah batuk-batuk.Wulan yang terus batuk karena habis tenggelam barusan hanya melihat Radit yang duduk diepannya sambil menatap dan memaki diirnya.Radit setelah memaki Wulan langsung berdiri dari duduknya, dan dia mengambil handuk yang ia lempar tadi saat masuk ke kolam renang. Setelah megambil itu radit langsung melemparkannya pada Wulan.“Pakai itu, nanti kau sakit aku yang ribet” pungkas Radit pada Wulan yang masih duduk.“Kau jika bersikap begini denganku, tolong ceraikan aku” ucap Wulan sambil masih terbatuk dia berusaha untuk bicara dengan Radit. Radit yang tadinya akan berjalan, langsung berhenti dan mendekati Wulan lagi. Di berjongkok didepan perempuan itu menatapnya sini,“Kau pikir itu bukan mauku, orang tuaku yang melarang unt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status