Share

BAB 29.

Penulis: QIEV
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 20:00:13

Qale pulang ke toko dengan wajah pucat. Langkahnya gontai turun dari ojol, membuka pintu pun tangannya gemetar, lalu menjatuhkan tubuh di atas sofa custom yang dibeli Wafa beberapa waktu lalu.

Air matanya tak lagi jatuh. Hanya kekosongan mengisi relung hati. Kepalanya dipenuhi dugaan.

"Demi melindungi satu orang, Ayah mengorbankan yang lain … aku.”

"Apa alasannya? Apa salahku?" lirih Qale pelan, matanya menatap langit-langit, sebelum akhirnya terlelap di antara lelah dan kecewa.

Keesokan pagi, Wafa datang sebelum toko buka karena cemas semua pesannya diabaikan. Meski sudah saling simpan kontak sejak beberapa pekan lalu, tapi Qale tak pernah sekalipun berkirim kabar padanya.

Saat Qale membuka pintu, Wafa langsung masuk. “Kamu kenapa?” suaranya parau.

Qale tak menjawab. Ia hanya berjalan gontai ke dalam, duduk diam di kursi toko. “Semua dugaanku benar,” bisiknya.

Wafa mendorong kursi rodanya mendekat, mengamati ekspresi wanitanya. "Kan sudah kubilang, siap atau nggak?" balasnya. "Kalau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 29.

    Qale pulang ke toko dengan wajah pucat. Langkahnya gontai turun dari ojol, membuka pintu pun tangannya gemetar, lalu menjatuhkan tubuh di atas sofa custom yang dibeli Wafa beberapa waktu lalu.Air matanya tak lagi jatuh. Hanya kekosongan mengisi relung hati. Kepalanya dipenuhi dugaan."Demi melindungi satu orang, Ayah mengorbankan yang lain … aku.”"Apa alasannya? Apa salahku?" lirih Qale pelan, matanya menatap langit-langit, sebelum akhirnya terlelap di antara lelah dan kecewa.Keesokan pagi, Wafa datang sebelum toko buka karena cemas semua pesannya diabaikan. Meski sudah saling simpan kontak sejak beberapa pekan lalu, tapi Qale tak pernah sekalipun berkirim kabar padanya.Saat Qale membuka pintu, Wafa langsung masuk. “Kamu kenapa?” suaranya parau.Qale tak menjawab. Ia hanya berjalan gontai ke dalam, duduk diam di kursi toko. “Semua dugaanku benar,” bisiknya.Wafa mendorong kursi rodanya mendekat, mengamati ekspresi wanitanya. "Kan sudah kubilang, siap atau nggak?" balasnya. "Kalau

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 28.

    Perjalanan pulang malam itu terasa berbeda. Sudah berhari-hari Qale tak menyentuh jalanan ini. Kali ini, ia memandangi setiap kilometer yang mereka lewati seakan itu serpihan masa lalu yang perlu ditandai ulang.Suasana temaram. Lampu jalan sesekali redup. Supir Wafa memperlambat laju kendaraan saat mulai memasuki jalanan berliku. Tikungan tajam menuntut konsentrasi penuh, namun justru di sana Qale melirik ke arah Wafa.Pria itu tampak tenang. Tapi saat roda mobil melintasi lengkung akhir tikungan, Qale sempat menangkap sesuatu.Wafa menutup mata.Tangannya mengepal di atas paha. Menahan napas. Seolah ... ada ingatan yang ingin dia tahan agar tidak keluar dari gerbang bawah sadar.Qale tak bicara. Dia hanya memperbaiki duduknya, memiringkan tubuhnya pelan. Marka jalan yang penyok di ujung sana sejenak menarik perhatiannya. Itu marka yang sama saat melihat dari atas bukit ketika lari pagi beberapa waktu lalu.Dia tahu. Tempat itu pernah jadi saksi.“Kak?” lirihnya sambil menyandarkan k

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 27.

    Hasan mematung di ambang pintu kamarnya. Napasnya masih tersengal, dada sesak oleh tudingan Qale yang terlalu tajam dan tepat. Dengan langkah lunglai, ia masuk, lalu membuka sebuah laci tua di samping tempat tidur.Di sana, bertumpuk surat-surat lama. Surat visum Rahayu. Surat warisan. Surat wali anak. Semua tersimpan rapi—seperti luka lama yang tak pernah dibuka, hanya disimpan agar tak menetes.Tangannya bergetar saat membuka amplop berisi rekam medis Lea. Ia membaca perlahan. Ada diagnosis lama yang tertulis di sana : trauma visual, indikasi kerusakan retina, dan kemungkinan pemulihan.Air mata Hasan jatuh di antara lembaran kertas. “Maafin Ayah, Lesa,” gumamnya dengan suara patah. “Maafin aku, Rahayu … Aku emosi saat itu. Kehilanganmu membutakan aku. Tapi aku juga salah … hingga Lea…”Bahunya berguncang, tubuhnya membungkuk seperti ditarik oleh penyesalan. Tapi semua terlanjur terjadi.***Keesokan harinya, Hasan muncul di toko Anak Lipat.Bau kopi, mentega, dan selai menyeruak da

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 26.

    Malam mulai menua. Tapi toko Anak Lipat belum sepenuhnya lengang. Wafa duduk di kursi panjang depan toko, memangku buku catatannya, sementara Qale duduk di sebelahnya, mendongakkan wajah menatap langit.“Aku pengen pastikan, Kak,” gumam Qale akhirnya.Wafa menoleh. “Soal Lea?”“Ya. Dan Deni. Semua ini terlalu rapi. Seperti disusun biar kita nggak sempat curiga.”Wafa mengangguk pelan. “Kamu harus masuk dengan cara luwes, Sya ... Ada ide?" katanya, masih melihat istrinya.Dia lalu membuka halaman buku catatannya. “Akhir-akhir ini aku sering nginep di sini, aku pikir kita harus beli sofa bed custom. Jangan tidur di lantai.”Qale tak menanggapi, baginya itu tak penting. Jika badan lelah pun akan terlelap dengan sendirinya. Lagipula ini bukan pertama kali dia tidur di lantai. Sudah sejak 4 tahun lalu, ketika memutuskan keluar dari rumah itu.Wafa menyodorkan gambar sederhana ke hadapan Qale. Namun, Qale hanya mengangguk, setuju dengan designnya."Dinding dilapis pakai MDF, ya. Biar nggak

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 25.

    Qale kembali ke toko dan langsung bertemu calon pemesan lainnya. Menjelang malam. Udara di dalam toko mulai dingin, tapi hati Qale belum juga tenang. Suaminya datang pun nyaris tak dia sadari sebab melamun."Kak," tegur karyawannya tepat saat akan pulang.Qale mengangkat wajah, mengangguk ke arahnya, "He em, hati-hati ya, Ria," katanya seperti biasa bila si karyawan akan pulang, lalu menunduk lagi.Ria menepuk pelan meja kasir, "Bukan," bisiknya sambil melirik ke arah kiri. Qale mengintip dari sisi tubuh Ria, lalu senyumnya muncul ketika melihat Wafa baru masuk ke tokonya.Di pangkuannya tampak tas laptop juga sebuah buku catatan. Senyum Qale disambut hangat olehnya. “Gimana tadi ngantar pesanan?” tanyanya.Qale mengernyit, dia tidak bilang soal pesanan. Darimana Wafa tahu, pikirnya. Dia melambai ke arah Ria yang pamit pulang lalu menghampiri Wafa dan duduk di hadapannya.“Tahu dari?" "Dari dia," balas Wafa menunjuk dengan jempolnya ke arah Ria yang sudah di parkiran. "Tadi aku k

  • PESONA SUAMIKU YANG TAK PERNAH MEMILIHKU    BAB 24.

    Pagi belum benar-benar datang. Lampu gantung toko masih menyala, sinarnya hangat dan tenang.Tapi di dalam dada Qale, ada badai yang baru saja reda—dan meninggalkan serpihan-serpihan tajam.Dia masih duduk di kasur lantai, bersandar di kaki kursi roda Wafa yang setia menemani dari tadi. Napasnya mulai teratur, tapi matanya ... belum benar-benar bisa melepaskan bayangan semalam."Aku inget semuanya, Kak," ulangnya lirih.Wafa masih menggenggam tangannya. Tak menekan. Tak menyela. Hanya menunggu."Aku inget suara anak-anak itu. Aku inget... aku disuruh sembunyi, biar dapet permen dari 'Om'." Suara Qale serak, sedikit bergetar. "Dan ... aku inget Ibu nyari-nyari aku malam itu. Berkali-kali..."Wafa mengangguk pelan. Tatapannya dalam, teduh. “Teruskan, Sya. Aku di sini, jangan takut.”Qale menggigit bibir. “Ada yang narik aku dari belakang. Orang dewasa. Suaranya dingin. Katanya ... aku bakal mati kalau bersuara.”Tangan Wafa refleks mempererat genggaman. Qale menoleh sekilas, lalu melanj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status