Share

2. HANCURNYA PONSEL

Setelah mengendalikan diri,  Cleon pun melangkah santai menuju meja yang sudah menjadi tempat favoritnya.

"Selamat siang Tuan Cleon." Seorang pelayan wanita dengan seragam putih hitam berdiri di depan meja memberikan buku menu.

"Pesan seperti biasa," ucap Cleon tanpa melihat buku menu.

"Iya Tuan." Pelayan itu langsung pergi, sudah tahu menu apa saja yang selalu dipesan Cleon karena seringnya makan di restoran mereka.

Di ruangan yang lain, tapi masih di restoran yang sama, Melodi Celena Wijaya sedang merayakan ulang tahun sahabatnya Lastri bersama teman-temannya yang lain.

"Lastri, sekarang loe sudah 17 tahun, berarti boleh dong loe pacaran?" tanya Vina.

"Kagak tahu, orangtua gue sangat ketat urusan yang begitu mah. Ini saja, Ibu sampai tanya siapa yang akan diundang," jawab Lastri.

"Baguslah itu," timpal Melodi. "Memang harus begitu, secara loe itu anak tunggal jadi tentu saja orangtuamu pasti sangat khawatir."

"Loe mau tidak jadi cewek gue," celetuk Jefri, sang ustadz.

Lastri langsung melihat Jefri. "Jadi cewek loe? Ogah! Loe bukan selera gue."

"Gue bakalan jagain loe," jawab Jefri dengan percaya diri.

"Memangnya gue bayi yang harus dijagain! Gue butuh pacar, bukan baby sitter."

Semua temannya tertawa begitu mendengar jawaban Lastri.

Tidak lama kemudian Melodi merasakan panggilan alam dari dalam perutnya. "Kamar kecil di mana ya?"

"Kenapa? Loe sakit perut?" tanya Lastri.

"Kagak, gue pengen pipis." Melodi langsung berdiri.

"Tanya saja pelayan di luar. Gue juga kagak tahu kamar kecil di mana," jawab Lastri.

"Melodi, apa perlu gue antar?" Dion menawarkan diri.

Melodi mencibir. "Kagak usah! Nanti yang ada loe malah ngintip gue."

"Gue berbaik hati mau mengantar loe, tapi malah curiga," jawab Dion.

Melodi berjalan mendekati Dion. "Semua teman di Sekolahan sudah tahu siapa loe, otak mesum!"

"Eh, sembarangan!"

Melodi sedikit berjongkok untuk berbisik di telinga Dion. "Gue pernah melihat loe sedang mengintip si Elisa di kamar mandi."

"Jangan fitnah!"

Melodi kembali berdiri tegak. "Apa perlu gue kasih lihat videonya lalu gue berikan pada korbannya? He-he-he."

Wajah Dion langsung memerah dan terdiam tidak bisa bicara lagi. Kalau Melodi bicara seperti itu berarti memang benar ada bukti video.

"Gue ke kamar mandi dulu." Melodi tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya pada Dion lalu bergegas pergi.

Seorang pelayan wanita datang mendekat begitu melihat Melodi seperti sedang mencari sesuatu. "Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?"

"Eh, iya. Kamar kecilnya di sebelah mana?" tanya Melodi.

"Dari sini lurus saja, nanti ada pot besar di depan, Nona belok ke kanan," jawab pelayan.

"Oh, ok! Thanks." Melodi langsung pergi ke arah yang ditunjuk pelayan.

"Sama-sama Nona."

Bergegas Melodi pergi, panggilan alam yang dari tadi ditahannya sudah tidak bisa dibendung lagi.

Dari jarak beberapa meter Melodi melangkah, Cleon baru saja menghabiskan semua pesanannya. Perutnya yang rata, sekarang terasa penuh. "Kenyang sekali."

Cleon melihat jam bermerk yang melingkar menghias tangan berbulunya. "Rasanya waktu berjalan sangat lambat hari ini atau jam tangan ini yang mati?"

Ponsel yang ada di dalam saku jasnya bergetar. "Siapa yang meneleponku?" gumamnya sambil merogoh ponsel.

Cleon ;

"Hallo, Gloria."

Gloria :

"Hallo Pak Presdir. Maaf menganggu Pak?"

Cleon :

"Ada apa?"

Gloria :

"Saya mau mengingatkan Pak, satu jam lagi ada meeting penting. Kenapa Bapak belum ke kantor juga?"

Cleon :

"Kamu saja yang tangani."

Gloria :

"Tidak bisa begitu Pak Presdir. Ini meeting yang sangat penting. Bapak harus hadir."

Cleon :

"Iya, baiklah! Cerewet!"

Cleon langsung menutup sambungan teleponnya. "Menganggu kesenangan orang saja," gumamnya sendiri menggerutu.

Tidak lama kemudian Cleon bangun dari tempat duduk, melangkahkan kaki panjangnya menuju ke arah belakang. Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba tubuhnya diseruduk dari arah depan tubuh seseorang sehingga sukses membuat tubuhnya oleng dan jatuh ke lantai.

BRAKKK!!!

Bersamaan jatuhnya tubuh Cleon dan orang yang menabraknya terdengar suara teriakan.

"Aaaaa!!"

Dalam hitungan detik, tubuh keduanya telah berada di atas lantai dengan posisi tubuh Cleon berada di bawah.

"Aduh, sakit!" terdengar suara wanita yang meringis di atas tubuh Cleon dengan rambut panjang menutupi wajahnya.

Punggung Cleon sakit bukan kepalang, tubuhnya yang tinggi tiba-tiba jatuh langsung mencium lantai.

"Aduh, sakit." Rengek wanita itu, tapi kemudian langsung berteriak. "Ponsel, mana ponselku! Ponsel!"

"Aah," Cleon meringis bangun berusaha duduk dengan merasakan punggungnya yang sakit.

"Ponselku." Terdengar suara rengekan dari wanita itu begitu melihat ponselnya berserakan di lantai. "Ponselku hancur. Ya Tuhan."

Sambil duduk meringis, Cleon melihat wanita yang wajahnya masih tertutup rambutnya yang panjang sedang duduk bersimpuh meratapi ponselnya.

"Ponselku," rengeknya lalu tiba-tiba membalikkan tubuhnya melihat Cleon. "Ini semua gara-gara loe! Ponsel gue sampai terjatuh!"

Cleon tertegun, bukan karena bentakkan wanita itu, tapi karena melihat wajah yang begitu cantik dengan bulu mata lentik.

"Semua gara-gara loe!" Bentaknya galak. "Kalau jalan pakai mata! Lihat ponselku! Hancur!"

Cleon melihat ponsel yang sudah terbagi dua di tangan wanita itu. "Kamu yang menabrakku."

Wanita itu langsung berdiri. "Loe yang menabrak gue!"

Sambil meringis, Cleon berusaha berdiri. "Kamu yang menabrakku, tiba-tiba datang dan menubruk tubuhku seperti banteng!"

Tidak lama kemudian datang beberapa pelayan untuk melihat apa yang terjadi karena suara wanita yang menabrak Cleon terdengar kemana-mana.

"Ada apa ini?" tanya seorang pelayan wanita melihat Cleon.

Dari arah belakang terdengar suara. "Melodi! Ada apa?"

Melodi melihat Vina, temannya. "Lihat ponselku. Orang ini menjatuhkannya."

Vina kaget melihat ponsel Melodi yang telah rusak dengan layar retak. "Hah, ponselmu. Ya Tuhan."

"Tuan Cleon, anda tidak apa-apa?" tanya pelayan wanita melihat Cleon masih meringis.

"Tidak, tidak apa-apa," jawab Cleon menghindari tangan pelayan wanita untuk menyentuh dirinya lalu melihat Melodi. "Ponselmu jatuh karena dirimu sendiri yang tidak hati-hati, bukan jatuh karena aku."

"Kamu yang menjatuhkannya." Melodi tidak mau kalah, hatinya sangat kesal melihat ponsel yang telah dibelinya dengan hasil tabunganya selama bertahun-tahun sekarang tidak berbentuk.

Cleon melihat Melodi dari atas sampai bawah. Rasanya, gadis yang sedang menatapnya dengan marah ini tidak asing baginya.

"Bagaimana kejadiannya Nona?" tanya salah satu pelayan.

Ingatan Melodi langsung kembali ke kejadian beberapa menit yang lalu disaat baru saja ke luar dari kamar mandi. "Kecoa!"

"Hah?!" tanya Vina bingung. "Kecoa?"

"Iya." Melodi langsung melihat ke arah kamar kecil. "Tadi ada kecoa lalu aku berlari karena takut terus ... terus ...." Kalimat Melodi terhenti melihat Cleon.

Dengan kedua alis yang terangkat, Cleon menunggu Melodi melanjutkan kalimatnya. "Terus?"

Vina menghela napas, tanpa Melodi melanjutkan kalimatnya, sudah bisa ditebak siapa yang salah. "Yaelah, Melodi, Melodi. Terimalah nasib loe! Ponsel jatuh karena kesalahan loe sendiri!"

Semua pelayan pun menghela napas sambil menggelengkan kepala lalu membubarkan diri karena masalah sudah selesai.

"Tapi kalau tadi tidak ada dia yang menghalangi gue," tunjuk Melodi dengan matanya pada Cleon. "Ponsel gue tidak mungkin jatuh."

"Loe yang salah," jawab Vina pada Melodi.

"Kok jadi loe belain orang ini sih?!" tanya Melodi kesal. "Lihat, ponsel gue hancur begini. Loe malah belain dia."

Cleon melihat ponsel yang ada di tangan Melodi. "Semua juga tahu, kamu yang salah. Tapi kenapa kamu malah menyalahkan aku? Apa kamu minta ponselnya diganti?!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
PiGo
lanjut thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status