Kaisar sudah tiba di sumber suara. Dia lega saat melihat seekor kucing sedang menjatuhkan sebuah buku dari rak. Kaisar pun meraih kucing itu lalu membawanya ke Elena.“Rupanya hanya seekor kucing,” ucap Kaisar pada Elena.Elena lega mendengarnya.“Sekarang silakan hubungi Manager yang bekerja di Abraham Group, katakan padanya bahwa besok kau akan datang dan kita akan mengadakan rapat untuk masalah yang dihadapi saat ini,” pinta Kaisar.Elena mengangguk lalu menghubungi Manager-nya di perusahaan.“Halo, Nona,” ucap Manager di seberang sana.“Besok aku akan ke kantor. Tolong undang semua petinggi untuk rapat penting denganku besok pagi,” pinta Elena.“Baik, Nona,” ucap Managernya.Elena menyimpan handphone-nya lalu memberitahu Kaisar bahwa dia sudah menghubungi Managernya. Kaisar pun mengajaknya keluar dari sana.***Pelayan perempuan itu menyepi di belakang dapur. Dia langsung meraih handphone dan menggunakannya saat merasa tidak ada satupun orang yang melihatnya di sana.“Halo,” ucap
“Sekali lagi saya katakan, jika ada yang mau mengundurkan diri, silakan keluar dari ruangan ini!” tegas Kaisar.Semua masih terdiam. Elena tampak menunggu apa yang akan dibicarakan Kaisar saat dia memberi sambutan nanti.Seketika seseorang mengangkat tangannya. Dia adalah Pak Marco, bagian keuangan di Abraham Group. “Boleh saya bicara?”Semua menatap Pak Marco dengan tegang.“Silakan jika ada yang ingin disampaikan,” jawab Kaisar.“Tuan Abraham selama ini tidak sembarang menunjuk siapa pun dengan mudah untuk menjadi bagian penting di perusahaan. Tuan Abraham selalu mengadakan rapat direksi dan keputusan diambil bukan sepihak, tapi harus dari kesepakatan bagian direksi. Saya bukan bermaksud untuk meragukan kemampuan Tuan Muda untuk menggantikan Elena sebagai pewaris perusahaan ini, tapi kami butuh rasa percaya bahwa seseorang yang ditunjuk menjadi pemimpin kami di sini memang yang terbaik dan dapat kami percaya,” ucap Pak Marco dengan lantang dan tanpa merasa takut sama sekali.“Setuju
“Sepertinya ada yang kau rahasiakan padaku,” ucap Elena saat dia dan Kaisar sudah tiba di ruangan kerja mendiang Abraham selama ini. Ruangan itu tampak luas. Selain meja kerja yang besar, terdapat sofa untuk menyambut tamu. Ruangan itu terdapat dinding kaca yang menghamparkan pemandangan gedung-gedung tinggi di kota New Taraka.Kaisar menyimpan keterkejutannya mendengar itu.“Katakan padaku, rahasia apa yang kau simpan padaku?” desak Elena. Bagaimana pun dia tidak percaya Kaisar memiliki uang sebanyak itu untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya. Bukan karena dia tidak suka melihat Kaisar telah menyelamatkan Abraham Group dari keterpurukan, tapi karena dia tidak mengerti kenapa Kaisar dengan mudah menyelesaikan semuanya.“Aku tidak menyimpan apa-apa darimu,” ucap Kaisar.“Mengenai uang yang kau miliki, apa itu dari paman angkatmu juga?” tanya Elena.“Aku belum bisa menceritakannya sekarang,” jawab Kaisar. “Tapi yang jelas suatu saat kau akan tahu dari mana aku mendapatkannya.”“Jelaskan
“Iya,” sahut Lionel. “Apartemen yang kita tempati ini hanya sementara. Apartemen ini dibayarkan oleh Vander. Jika kita gagal membuat Elena menikah dengan Vander, dia pasti akan mengusir kita dari sini.”Bastian tampak berpikir lalu menatap wajah ayahnya dengan lekat. “Jangan dulu pindah ke sana,” pinta Bastian.“Memangnya kau punya rencana? Kau belum bisa apa-apa! Kau sudah lulus kuliah tapi ketika aku berhasil membujuk Kakak Abraham agar kau diterima bekerja di Abraham Group, kalu malah mengecewakannya hingga dia memecatmu dengan tidak hormat.”Bastian menahan kesal mendengar itu. “Itu karena suatu musibah. Saat itu ayah tidak membiarkan aku bekerja sesuai dengan kemampuanku. Ayah malah mengendalikan aku dari jauh hingga aku kehilangan otakku.”Lionel terdiam mendengarnya.“Jangan dulu keluar dari apartemen ini. Aku punya cara untuk menaklukkan anak pungut sialan itu!” Bastian keluar dari sana dengan menahan geramnya.Lionel membiarkan anaknya pergi dari hadapannya sambil mengatur na
Kaisar menutup berkas yang berisi data-data karyawannya itu. Dia baru saja mendengarkan penjelasan dari sekretaris pribadinya mengenai sifat dan watak satu persatu para petinggi di Abraham Group darinya. Sekaligus informasi-informasi lain dari mereka. Tapi semua penjelasan dari sekretarisnya tidak ada satu pun yang membuatnya curiga, jika diantara mereka ada pengkhianat yang bekerjasama dengan paman Mason di luar sana. Dia ingin mencari petunjuk atas kematian ayah angkatnya itu dari mereka, jika salah satu dari karyawannya ada yang dicurigainya. Tak lama kemudian, handphone-nya berbunyi. Telepon dari pimpinan bagian mata-matanya. Melihat itu dia meminta sekretarisnya untuk keluar sebentar. Sekretarisnya pun akhirnya keluar.Saat sekretarisnya sudah menghilang dari ruangan itu, Kaisar langsung menggunakan handphone-nya.“Halo,” ucap Kaisar pada pimpinan mata-mata.“Kami sama sekali tidak mendapatkan petunjuk jika kematian Tuan Abraham benar-benar karena unsur kesengajaan, Jenderal,” la
Elena memasuki ruangan perpustakaan pribadi milik ayahnya. Dia memeriksa semua buku-buku yang ada di sana. Dia tidak percaya Kaisar sudah membaca semuanya. Mengetahui itu membuat Elena mulai meragukan apa yang dikatakan Audrey padanya, yang mengatakan bahwa Kaisar diduga seorang pembunuh bayaran yang membunuh ayahnya sendiri dan ingin merebut semua harta kekayaan ayahnya.Elena berpikir, jika surat wasiat itu palsu dan surat dari ayahnya juga palsu yang mengatakan bahwa Elena bukan anak kandungnya, mana mungkin ayahnya merahasiakan perpustakaan itu padanya. Abraham malah membiarkan Kaisar yang memasukinya, bukan dirinya, jika dia memang benar anak kandung Abraham.Elena duduk di sebuah bangku baca. Dia melihat sebuah buku tentang bisnis tergeletak di sebelahnya. Dia meraih itu dan di dalam buku itu ada sebuah pembatas. Pembatas foto yang menunjukkan wajah Kaisar kecil dengan Abraham yang terlihat hangat bagai anak dan ayah. Elena yakin buku itu masih dibaca Kaisar dan sengaja diletakk
Kaisar kembali duduk di sebuah bangku di dalam perpustakaan rahasia itu. Dia masih berpikir bagaimana caranya untuk menemukan dokter itu di negara Barat. Dia tidak akan mungkin mengirimkan salah satu pasukan khusus untuk menyamar ke sana. Dia tidak mau pasukannya gagal menangkapnya. Salah satu cara adalah dengan pergi ke sana sendirian tanpa bantuan siapapun. Setelah mendapatkan solusi itu, Kaisar keluar dari perpustakaan lalu mencari keberadaan Elena. Saat dia menemukan Elena yang sedang memperhatikan pelayan di dapur untuk menyiapkan makanan dan minuman yang bertugas di dapur, dia mendekatinya.“Elena,” panggil Kaisar. “Bisa bicara sebentar?”Elena menatap Kaisar dengan heran. “Kita bicara di sana saja,” sahut Elena sembari berjalan menuju ruang tengah. Kaisar pun mengikuti langkahnya.Setiba mereka di ruang tengah itu, Elena berbalik badan lalu menatap wajah Kaisar dengan lekat. “Ada apa?”“Aku akan pergi ke markasku sebentar,” pinta Kaisar.Elena mengernyit. “Markas?”“Ya,” sahut
Saat Kaisar sudah mengemas seluruh barang yang akan dibawanya terbang ke negara Taruma, handphone-nya berbunyi. Dia terkejut mendapat telepon dari Elena. Kaisar langsung menggunakannya.“Halo,” sapa Kaisar pada Elena di seberang sana.“Kau sudah sampai ke markas?” tanya Elena.“Aku masih diperjalanan,” jawab Kaisar.“Aku memeriksa kamarmu untuk membersihkannya, aku lihat sepertinya kau tidak membawa pakaian sedikitpun,” ucap Elena heran di seberang sana.Kaisar menyimpan keterkejutannya mendengar itu. “Aku hanya membawa pakaian tentaraku saja,” ucap Kaisar yang akhirnya mendapatkan alasan.“Yasudah,” ucap Elena. “Hati-hati di jalan dan kabarkan padaku jika kau sudah mau pulang.”“Aku akan mengabarkan padamu jika semuanya sudah selesai.”Elena mengakhiri sambungan teleponnya. Kaisar terduduk di tepi kasur kamar rumah dinasnya. Sebenarnya dia khawatir sudah meninggalkannya. Meski hanya sebentar, dia belum tahu sampai kapan berada di negara barat nanti. Dia berharap Damian dapat menjagan