Share

06

Sudah sejak dua minggu setelah kejadian Alina keracunan. Hari ini mereka akan berangkat menuju hutan lepas. Masalah pelayan yang Zeva hukum, ternyata karena pelayan itu mencuri sesuatu di kamar Alina dan Zeva melihatnya. Itu sebabnya pelayan Alina melarang Zeva masuk ke kamar Alina karena takut ketahuan, padahal tidak perlu masuk pun Zeva sudah tahu.

"Aku benar-benar minta maaf, Alina. Aku tidak akan menghukum pelayanmu tanpa alasan."

"Tidak masalah, lagipula pelayan itu memang salah."

Wajah Zeva berubah menjadi cerah, dia senang Alina merespon tanpa ekspresi dingin di wajah seperti biasanya, "Aku melihat dia memasukkan kalung pemberianku di saku bajunya, dan itu membuatku marah karena itu hadiah yang aku berikan khusus untukmu."

"Ya, aku sudah mendengar itu berkali-kali. Kembalilah ke kamarmu untuk bersiap-siap, Zeva."

Zeva mengangguk menuruti perintah Alina. Dia berjalan pergi meninggalkan kamar Alina. Alina menatap pintu itu dengan tatapan dingin, terlihat di sorot matanya jika dia membenci wanita itu.

"Tidak ada maaf untukmu!"

***

Alina duduk di dalam kereta kuda yang sama dengan Zeva. Sejak tadi wanita itu sibuk memberikan Alina banyak pertanyaan.

"Apakah Alina sehebat itu?"

Alina menatap Zeva dengan tatapan tajam. Berapa kali dia bilang untuk memanggilnya Queen.

"Maaf Alina, aku hanya ingin lebih dekat denganmu."

Alina kembali menatap buku di tanganya, "Keluarga De'lewis memang memiliki kemampuan unik, salah satunya Nyonya Marquise. Dia bisa memanggil peri. Di kerajaan ini hanya dia yang bisa." Jelas Alina.

"Lalu apa kemampuan unik milik ketiga Adik Alin- maksudku Queen."

"Adalrico memiliki otak di atas rata-rata, Adalvino memiliki fisik yang kuat dan si bungsuh yang bisa berbicara dengan hewan."

Zeva terkagum-kagum mendengar penjelasan Alina tentang kemampuan unik milik keluarganya. Tetapi alis Zeva berkerut saat tidak mendengar kemampuan milik Alina. Alina hanya menjawab jika kenampuanya bisa menyembuhkan diri sendiri.

Perjalanan mereka hanya di isi dengan pertanyaan-pertanyaan yang Zeva lontarkan kepada Alina. Setelah perjalanan selama sepuluh jam di dalam kereta kuda, akhirnya mereka bisa mendaratkan kaki di atas tanah lagi.

Alina berada di dalam pondok kayu yang sama dengan Cyril, sedangkan Zeva berada di pondok kayu di sebelah mereka. Alina yang berniat mengganti baju mengurungkan niatnya karena ingat saat ini dia berada di kamar yang sama dengan Cyril.

"Aku tidak akan melihat, Queen."

Alina menatap Cyril memastikan jika yang laki-laki itu katakan benar, bisa dia lihat jika Cyril sibuk dengan dokumen yang menumpuk di mejanya. Alina akhirnya bisa mengganti baju dengan tenang saat sudah memastikan Cyril tidak akan melihat. Padahal sudah lima tahun sejak pernikahan mereka tetapi mereka belum pernah tidur bersama sampai sekarang— ini pertama kalinya mereka berada dalam satu kamar.

Alina mengganti pakaiannya dengan celana kain berwarna hitam dan juga kemeja putih yang terlihat pas di tubuhnya, rambutnya di ikat keatas menjadi satu. Alina terlihat cantik sekaligus tampan. Tubuhnya yang ramping dan tinggi membuat dia seperti tuan muda bangsawan yang cantik.

Saat Alina berniat keluar dari pondok kayu tiba-tiba Kenan datang dengan terburu-buru. Padahal laki-laki itu biasanya selalu tenang di segala situasi. Entah hal apa yang bisa membuat yang bisa membuat tangan kanan raja panik seperti itu.

"Yang Mulia, kami menemukan reruntuhan Klan Sora!"

Cyril yang sedang memeriksa dokumen menghentikan kegiatanya seketika itu juga. Klan Sora adalah salah satu klan terkemuka di antara tiga klan yang lain. Tapi klan itu di takuti banyak orang karena kemampuan unik yang hanya dimiliki klan itu. Terutama kepintaran dari keluarga Bathara yang selalu berhasil dalam menyusun strategi di peperangan. Karena hal itu klan tersebut di musnahkan.

"Apa kau yakin?" Wajah Cyril berubah menjadi pias. Nama klan itu tidak bisa sembarang di sebut— menyebut nama klan itu bahkan bisa menghebohkan kelima kerajaan. Karena keberadaan klan itu dianggap sebagai ancaman untuk pemimpin kerajaan ini serta kelima kerajaan yang lain.

Dahulu sebelum adanya peradaban manusia, bumi ini di huni oleh hewan-hewan buas. Hingga seiring berjalanya waktu manusia yang tadinya hanya hitungan jari mulai bertambah karena perkawinan. Para manusia yang saat itu tidak mengerti apapun hanya berbekalkan insting mereka untuk bertahan hidup. Mereka berburu dan bertarung dengan hewan-hewan buas.

Sampai suatu ketika perdaban mulai maju, mereka akhirnya membentuk kerajaan. Sat itu di wilayah tengah— sebelum kerajaan Dharmaraja terbentuk, ada satu keluarga dan tiga klan yang berperang. Mereka adalah keluarga Dharmaraja dengan sihir esnya, klan Sora dengan kemampuan unik yang di miliki klan itu, klan Jati dengan sihir kayunya dan klan Aksata dengan sihir sensornya. Mereka akhirnya sepakat untuk berdamai dan memilih membentuk sebuah kerajaan karena merasa sihir mereka saling melengkapi. Dengan keluarga Dharmaraja sebagai pemimpin dan ketiga Klan yang lainya akan menjadi penyokong kerajaan ini, dan terbentuklah kerajaan Dharmaraja.

Sampai suatu peristiwa membuat Klan Sora musnah. Di buku legenda hanya di sebut sebagai "pembantaian akbar" karena seluruh klan itu musnah dalam satu malam. Tidak ada yang tahu apa yang penyebab klan itu musnah tanpa menyisakan keturunanya, sehingga tanggapan-tanggapan buruk dari rakyat mulai menjadi sebuah cerita dongeng yang di ceritakan turun temurun kepada anak cucunya. Mereka percaya kalau klan Sora di musnahkan karena berusaha menyaingi dewa. Dan cerita itu sampai sekarang menjadi dongeng tidur untuk anak-anak bahkan sampai di kerajaan tetangga.

Aduhai langit yang elok di pandang, lihatlah lihat

Dewa memberikannya berkah berlimpah

Hadiah yang indah berwarna biru

Cahayanya hangat

Merekalah sang cahaya.

"Menyedihkan." Alina menatap reruntuhan bangunan tua di depanya. Banyak batu yang terlihat seperti permata di setiap tianganya. Itu batu yang mengandung fosfor. Sepertinya klan ini dulu menggunakan cahaya matahari untuk penerangan melalui batu ini. Ada dua patung singa di depan pintu masuk menuju ruang utama.

"Sepertinya ini hanya bagian dari bangunan klan itu." Cyril menyusuri setiap bangunan dengan teliti, "Sepertinya Klan itu dulunya Klan yang maju, bahkan lebih maju dari kerajaan. Lihatlah lantai dan juga desain ruangan yang terlihat moderen, mereka sudah lebih maju dari kita sejak dulu."

Bangunan itu tidak terlihat kuno seperti bangunan yang di bangun ribuan tahun, bahkan bangunan itu terlihat lebih mewah dari kerajaan ini. Lihatlah bangunan ini bahkan masih kokoh meski sudah di tinggal selama itu. Hanya bagian depan yang runtuh seperti bekas pertempuran.

"Wow!" Alina berseru saat dia tidak sengaja melewati pintu dan tiba-tiba sudah berada di lantai dua. Sejak tadi dia bertanya-tanya dimana tangga menuju lantai dua, ternyata pintu tadi adalah tangga itu sendiri.

"Teknologi mereka maju sekali, bagaimana cara mereka membuat tangga seperti itu, Yang Mulia?" Alina bertanya kepada Cyril yang baru saja tiba.

"Mereka menambahkan sihir teleportasi di pintu itu, Alina. Setiap ada yang melewatinya pintu itu akan menteleportasikan nya ke atas, tentu saja itu sudah di atur sedemikian rupa."

"Lalu bagaimana cara kita turun?"

"Mudah saja, kita tinggal melewati pintu dimana kita muncul tadi, dan pintu itu akan menurunkan kita menggunakan teleportasi."

"Bagaimana jika pintu itu keliru? Bagaimana jika saat kita ingin turun kita justru di teleportasikan ke atas?"

"Mereka menambahkan sihir sensor di pintu itu. Sihir sensor itu akan tahu apa keinginan kita saat kita melewatinya dan sensor itu yang akan menggantikan kita memberitahukan kemama tujuan kita kepada sihir teleportasi itu."

Alina menatap Cyril curiga, "Bagaimana Yang Mulia bisa tahu? Apakah Yang Mulia salah satu anggota yang selamat dari Klan itu?"

"Klan itu sudah musnah ribuan tahun yang lalu, Alina. Aku hanya menebak dan aku tadi tidak sengaja merasakan sihir sensor milik Bangsawan Aksata di pintu itu."

Alina mengangguk paham. Pantas saja Cyril bisa menjadi raja, ternyata dia laki-laki yang cukup cerdas. Mereka kembali menyusuri ruangan di lantai dua ini, tetapi mereka di halangi oleh hewan yang tiba-tiba munncul di depan mereka. Hewan itu berbentuk seperti macan, hanya warnanya yang berbeda dari macan biasanya. Hewan itu berwarna hitam dengan corak biru.

"Apa itu?" Alina panik melihat macan itu mengambil posisi siap bertarung. Cyril menghentakkan tanganya dan seketika keluar pedang berwarna biru kristal sangat cantik.

"Mundur Alina, berlindung di belakangku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status