Share

07

Pertempuran tidak bisa di hindari. Cyril mati-matian melawan hewan yang tiba-tiba muncul di depan mereka. Sedangkan Alina tetap berdiri di belakang laki-laki itu.

"Hewan apa itu, Yang Mulia?"

"Entahlah Queen, mungkin itu salah satu hewan yang berasal dari Klan Sora. Aku tidak pernah melihat hewan seperti itu."

"Tapi Klan ini sudah musnah ribuan tahun, Yang Mulia. Bagaimana bisa dia masih hidup sampai sekarang?"

"Aku tidak tahu pastinya, tapi bisa saja hewan-hewan yang berasal dari Klan Sora memiliki usia hingga ribuan tahun. Klan ini memiliki banyak rahasia yang belum kita ketahui."

SRAKKK

Seketika muncul balok es yang membuat keempat kaki milik macan itu terkunci. Tapi itu tidak menjadi masalah untuk hewan itu, dia bahkan dengan mudah bisa menghancurkan sihir es milik Cyril. Macan itu mengaum yang membuat ruangan ini bergetar. Tanda biru di ujung telinga menyala-nyala seperti api.

"Apa itu?" Alina menatap ngeri hewan di depanya yang tiba-tiba di kelilingi api berwarna biru, "sepertinya aku lawan yang pantas untukmu."

Tidak ingin hanya melihat Cyril bertarung, sekarang giliran dirinya yang menyerang. Alina mengangkat tangan kananya keatas, seketika angin panas memenuhi ruangan. Ruangan yang sejak tadi sudah panas sekarang bertambah panas karena sihir Alina. Alina mengarahkan tanganya kedepan dan seketika ratusan api berbentuk anak panas menyerang macan itu.

Macan kembali mengaum merasakan tubuhnya sakit sekaligus panas saat anak panah itu mengores tubuhnya— bukan api putih yang Alina keluarkan, hanya api biasa.

"Sihir api tidak akan bisa mengalahkan macan itu, Queen. Kekuatan kalian setara, sihirmu hanya membuat dia semakin marah. Lihat!"

Benar saja hewan itu terlihat semakin marah, sepertinya dia sedang menaikkan level kekuatanya untuk melawan dua orang di depanya. Tubuh macan itu seketika membesar, tubuhnya mencapai sepuluh meter, lebih besar dari sebuah rumah. Macan itu menekuk kaki depanya— posisi siap menyerang. Lantas dia menyemburkan api dari mulutnya.

Cyril meraih pinggang Alina dan melompat menjauh. Mereka mendarat lima meter dari macan itu.

"Yang Mulia apakah sekarang hewan itu berubah menjadi Naga?"

Alina mengencangkan ikatan di rambutnya lantas mengangkat kedua tanganya keatas. Kesiur angin menerbangkan puing-puing yang berjatuhan. Semakin lama angin itu membentuk angin tornado yang cukup besar. Satu lagi kelebihan sekaligus kekurangan Alina, sihir api dan anginya saling menguntungkan— hanya angin yang bisa membesarkan api. Dengan sihir anginya, api Alina semaking besar, begitu juga dengan api milik macan itu, sehingga kekuatan sihir mereka sama kuatnya.

Cyril di belakangnya mati-matian menahan diri agar tidak terseret angin tornado yang Alina buat. Macan itu mengaum sekali lagi— auman panjang yang membuat angin tornado itu tercerai berai. Tidak ingin memberikan Alina kesempatan untuk kembali menyerang, macan itu melemparkan ekornya yang panjang kearah Alina. Alina masih sempat membuat tameng berbentuk lingkaran di depanya. Tameng itu memiliki warna biru seperti sebuah kristal. Alina menghilang lantas muncul kembali di depan macan.

BUM.

BUM.

Suara pukulan di sertai kesiur angin yang berasal dari tangan Alina membuat macan itu terdorong dua langkah. Tidak ingin memberikan kesempatan untuk macan itu menyerang, Cyril juga turut membantu Alina. Dia mengunci pergerakan mecan dengan es yang lebih kuat dari sebelumnya— mereka telah mengaktifkan level selanjutnya.

Macan itu berteriak marah— sepertinya suara yang di keluaran oleh macan itu mengirimkan frekuensi suara tinggi sehingga bisa menghancurkan es yang menguncinya. Satu yang membuat Alkna kesal, bulu yang dimilik macan itu meredam pukulan milik Alina. Cyril mengangkat kedua tanganya— entah kemana perginya pedang kristal di tanganya, seketika muncul es berbentuk runcing di belakang mereka,puluhan, ratusan, ribuan jumlahnya. Cyril melemparkan ribuan es berbentuk runcing itu kearah macan di depan mereka. Seakan sudah menunggu, macan itu memasang posisi siap bertempur, lantas kembali mengaum kencang. Ribuan es itu berjatuhan di lantai membuat suara nyaring yang membuat telinga ngilu, dan beberapa mengenai mereka sehingga membuat kulit mereka robek.

Macan itu berlari kearah Alina dan Cyril lantas memukul mereka menggunakan tanganya yang di penuhi bulu. Cyril berhasil menghindar, tetapi ekor milik macan itu ternyata sudah menunggu. Cyril di lilit oleh ekor itu dan di lemparnya sampai membentur tembok di belakang. Sedangkan Alina kembali membuat tameng, tapi tameng itu di robek dengan mudah menggunakan kuku tajam sang macan. Tubuh Alina terpental menghantam dinding, serta lenganya yang berdarah karena cakaran dari macan tadi.

"Aku belum kalah!" Alina berteriak marah.

Dia kembali maju menyerang macan itu tetapi hal yang sama tetap terjadi. Alina menjadi bualan untuk macan itu. Dia terbanting, kanan, kiri, atas, bawah, pakaiannya sudah tidak berbentuk, robek dimana-mana dan juga lebam yang memenuhi tubuhnya. Cyril tergeletak di sebelahnya dengan kondisi yang sama. Darah mengalir dari dahi laki-laki itu, sepertinya dia sempat terbentur batu saat di lempar oleh macan tadi.

"Kita memerlukan strategi. Hewan ini lebih tangguh dari yang aku kira." Cyril berusaha berdiri dengan kaki gemetaran, sesekali dia mengelap darah di dahinya.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi Cyril, Alina juga sama buruknya. Tenaganya sudah terkuras banyak dan fisiknya terluka. "Dengar Queen, aku akan mengunci kaki macan itu menggunakan sihir es ku, buatlah tornado seperti tadi lalu aku akan menambahkan jarum-jarum kecil di tornado itu. Jika bulunya kebal terhadap pukulan, maka ribuan jarumku tidak akan bisa dia tahan."

Cyril mengarahkan tanganya ke depan, seketika tubuh macan itu tertutupi oleh es— hanya kepalanya yang tidak di tutupi oleh es. Alina berteriak mengerahkan sisa tenaganya lantas tornado yang lebih besar dari tadi mulai terbentuk. Cyril mengangkat satu tanganya bersamaan dengan itu ribuan jarum-jarum kecil yang tidak terhitung jumlahnya muncul.

SRAK.

Jarum-jarum itu Cyril arahkan ke arah tornado di depan. Melihat itu Alina segera melemparkan tornado itu kearah macan. Macan itu mengaum kesakitan saat tubuhnya berputar-putar di dalam pusaran tornado, belum lagi tubuhnya terasa seperti ada yang menguliti. Rencana mereka berhasil, sekarang posisi macan itu yang mulai terdesak.

Cyril segera menangkap tubuh Alina yang hampir tejatuh.

"Terimakasih Yang Mulia." Napas Alina terengah-engah. Macan itu lawan yang sangat tangguh. Andai hanya dia sendiri yang melawan, mungkin dia sudah kalah sejak tadi.

Cahaya terang memenuhi ruangan yang mereka masuki, saat itu juga macan di depan mereka menghilang seperti di telan bumi. Mereka tidak terkejut melihat kejadian itu karena mereka sudah tahu sejak tadi jika macan itu memang tidak pernah ada di dunia mereka, mudahnya mereka yang telah di bawa ke dimensi lain oleh macan itu. Itu sebabnya mereka harus mengalahkannya agar bisa keluar.

"Yang Mulia, Queen!"

Teriakan Zeva di belakang mereka membuat kedua orang itu menoleh. Ternyata mereka sudah kembali ke lantai satu bangunan ini. Tidak hanya Zeva, ada Kenan, penyihir, bahkan kesatria kerajaan.

"Yang Mulia dan Queen darimana saja? Kami sudah berkeliling selama lima jam di sini tapi tidak menemukan kalian." Zeva bertanya. Dia menatap Cyril dan Alina dari bawah sampai atas, buruk, sangat buruk. Baju yang robek di sana sini, darah yang masih mengalir dan juga wajah yang penuh luka.

"Kami dari lantai-"

"Kami dari belakang bangunan."

"Belakang bangunan? Lalu kenapa wajah dan pakaian kalian terlihat seperti habis bertarung?"

Cyril menjelaskan jika mereka tidak sengaja bertemu dengan monster di belakang bangunan ini, dan mereka bertarung melawan monster itu. Zeva dan yang lainya percaya lantas segera membantu kedua orang itu untuk kembali ke pondok kayu.

***

"Bagaimana hewan itu bisa muncul di sana dengan reruntuhan bangunan milik Klan?"

Seorang laki-laki memarahi bawahanya yang sejak tadi hanya bisa diam menunduk. Itu salah mereka yang lalai menjaga wilayah sehingga membuat wilayah mereka menampakkan diri.

"Penggal kepala mereka semua! Jangan biarkan salah satu di antara mereka hidup dan ingat, jangan sampai hal ini terjadi lagi terutama jangan sampai Alina tahu!"

Laki-laki itu pergi dari hadapan para bawahanya. Jubahnya yang bersulam kristal biru berkibar setiap dia melangkah.

TBC.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status