Share

PREMAN DILAMAR SHALEHAH
PREMAN DILAMAR SHALEHAH
Author: Adena Putri

Perempuan penantang

Author: Adena Putri
last update Last Updated: 2022-05-21 09:33:00

Suara hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang cukup memekikkan telinga. Banyak yang membunyikan klakson karena kemacetan yang cukup menguras tenaga. Hal ini di gunakan kesempatan bagi para pedagang asongan untuk menjajakan dagangannya. Begitu pula, para pengamen yang selalu sigap sedia menerobos masuk dari satu kendaraan menuju kendaraan lain.

Sebelas Maret

Diriku masuk penjara

Awalku menjalani

Proses masa tahanan

Hidup di penjara

Sangat berat kurasakan

Badanku kurus

Karena beban pikiran

Kita orang yang lemah

Tak punya daya apa-apa

Tak bisa berbuat banyak

Seperti para koruptor

Andai ku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

Tujuh Oktober

Ku bebas dari penjara

Menghirup udara segar

Lepaskan penderitaan

Wahai Saudara

Dan para sahabatku

Lakukan yang terbaik

Jangan Engkau salah arah

Andai ku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

Biarlah semua 

menjadi kenangan

Kenangan pahit

Dalam hidup ini

Andai ku Gayus Tambunan

Yang bisa pergi ke Bali

Semua keinginannya

Pasti bisa terpenuhi

Lucunya di negeri ini

Hukuman bisa dibeli

Kita orang yang lemah

Pasrah akan keadaan

(´∩。• ᵕ •。∩`)

Rombongan pengamen nekad masuk  ke dalam bus dengan menyanyikan sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Bona Paputungan.

Wajahnya di penuhi dengan tato, telinga di tempel anting bulat berwarna hitam . Apalagi, kalung rantai menggantung di lehernya menambah kesan menakutkan bagi siapapun yang melihatnya.

"Mana uangnya?" Hardik dua preman yang menggunakan celana sobek menarik kerah bapak-bapak dengan bengis karena tak kunjung memberikan uang.

"Maaf! Saya bawa uang cukup untuk bayar mobil saja," ucap lelaki tua dengan suara yang bergetar serta anak kecil di sampingnya yang meringis. "Ini tak ada uang recehan,"

"Masa bodoh! Kami tak peduli. Yang kami inginkan kau beri kami uang!" Hardik lelaki yang berambut panjang dan pirang. Lagi-lagi ia menarik kerah lelaki tua itu. Sedangkan yang satunya lagi menekan anak kecil yang bersamanya.

"Tapi, tapi..."

"Ah, lama! Kau tak tahu siapa kami, hah?"

Dengan kasar. Para preman itu mengambil paksa uang berwarna biru tanpa belas kasihan dan tertawa terbahak-bahak yang mengisi ruangan mobil ini. Hal itu, membuat para penumpang yang sudah masuk dan menemukan tempat duduk pun berhamburan keluar dari bus. Semuanya panik, dan nampak berserakan menyelamatkan diri.

"Hahaha, Cemen mereka, boss!" ucap lelaki yang memakai anting bulat di hidungnya. Ia menghitung kasar yang hasil paksanya.

"Hahaha, ini yang gue suka! Membuat keributan dan membuat mereka ketakutan," jawab lelaki yang menjadi pimpinan dari mereka. Dialah, Arash Ryan Nugraha.

Ia berpenampilan tak kalah mengerikan. Hampir sekujur tubuhnya di hiasi dengan tato beragam bentuk. Celana robek-robek bagian lutut dan badan yang terlihat kucel tak terurus.

"Eh, boss! Ada cewek!" Bisik Bean menepuk pundak Arash Ryan. Begitu pula Tomo, ia berhenti berhitung dan menoleh ke arah yang di tunjuk Bean.

Lelaki yang merupakan ketua preman itu menoleh dan nampak seorang perempuan bercadar tengah membaca sebuah mashaf yang di pegangnya masih duduk anggun di kursi bus.

"Ada mangsa baru, Boss?" Bisik Tomo pada Arash yang perlahan melangkah ke arah wanita berpenampilan tertutup itu.

"Ukhcan? Apa kabar?" Rayuan genit itu mulai meluncur dari bibir Arash. 

Ya, walaupun berdandalan, Arash cukup tahu wanita yang menggunakan penutup wajah kerap  di panggil ukhty.

"Ukh! Apakah Ukh tidak takut pada kami? Kami bisa melakukan hal di luar batas, Kenapa ukhty tak turun juga?" Kali ini, Tomo yang berbicara. Ia mengedipkan mata genit pada Arash dan Bean, isyarat dapat mangsa baru.

"Pemilik mobil ini pun sudah turun,"k

Sergah lelaki yang bernama  Gerry anggota preman ini dengan nada Y tak kalah garang dan mengerikan.

Wanita yang bernama Aisha Sakinnata Zahra hanya menoleh l sekilas alu kembali fokus merafal mushaf yang selalu ia bawa kemanapun pergi. Hal ini membuat keempat preman itu merasa jengah dan kesal

"Non, kenapa diam saja? Apa  nonak takut pada kami?" tanya Bean tegas

"Saya memang tidak takut!" ucap Aisha dengan tegas sehingga keempat preman itu nyaris terjengkang. 

"Ukhcan, kami..."

"Sekarang, saya yang akan bertanya pada kalian," potong Aisha cepat

"Apa yang kalian takutkan?" tanyanya dengan lantang.

Mendengar pertanyaan yang menurut mereka lucu, gelak tawa meremehkan menggelegar mengisi ruangan bus ini.

"Hahaha, kami sudah tak memiliki rasa takut, Ukh. Bahkan, jika harus terdekam di penjara,"

"Baiklah,"

"Pemimpin dari kalian. Saya minta untuk menghadap ke rumah saya!"

ucap Aisha tegas yang membuat ketiga preman itu menohok dan mata terbelalak.

"Permisi!" ucap Aisha. Lalu ia melangkahkan kakinya yang memang di baluti gamish yang selutut dan sepatu serta menggunakan kaus kaki.

"Boss? Datang ke rumah?"

Bersambung..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Back to dunia kelam

    "Lihat ini!" Lelaki paruh baya nan gondrong dan dekil itu menunjukkan sebuah photo seorang perempuan. "Ini adalah target kita!"Arash mengerutkan kening saat melihat wajah ayu perempuan dalam photo tersebut."Dia adalah pengusaha kaya raya. " Terang Gatot menjelaskan seraya menatap jalanan yang ramai dengan kendaraan berlalu lalang. "Jika kau berhasil, maka kau akan dapat delapan digit angka rupiah, Arash.""Gue tak perlu karena uang," tolak Arash angkuh."Oh, gue lupa." Celetuk Gatot menepuk kening lalu menyeringai. "Dia anak seorang pejabat,""Apa?" Seketika mata Arash memanas, dan dadanya langsung seperti hendak menyemburkan timah panas. "Dia putri dari seorang pejabat?"Gatot hanya mengangguk, mengerti arti keterkejutan lelaki yang selama ini berguru padanya. "iya, Dia putri pejabat!"Arash meremas photo itu kuat-kuat. Bayanga

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Bahagia menuju awal cerita/ Ending

    Kendaraan roda empat mulai menepi di halaman rumah sakit PERMATA BUNDA. Buru-buru Arash berlari dan menanyakan keberadaan putranya dilobi."Dilantai satu ruangan Dahlia, Mas Ustadz!" Tunjuk sang wanita lembut. Namun, membuat sekujur tubuh Arash melemah. Putranya dirawat di lantai satu? Bukan ruangan istimewa, hanya ruangan kelas menengah ke bawah dan tentunya penanganan tidak seistimewa dilantai tiga dan seterusnya.Tanpa berfikir panjang, setelah mengucapkan kata terima kasih. Lelaki yang telah menjelma jadi ustadz itu berlari yang disusul oleh Tomo. Hingga, tubuhnya kembali lemas saat melihat anak berusia lima tahun terbaring lemah dengan darah yang masih bersimbah dan berbagai selang menempel di tubuhnya."Ini yang akan mendonorkan darahnya?" tanya sang dokter yang tengah bernegosiasi dengan ummi Rasyidah, menyambut kedatangan Arash. Cukup menyadarkan Aisha yang tengah termenung lemah dengan air mata yang terus berderai.

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Ketika Naluri anak lebih kuat

    "Ibu?"Arash memekik bersamaan dengan kaki menginjak rem sehingga menimbulkan suara berdecit karena ban yang beradu dengan aspal.Wanita yang dia duga adalah ibunya yang telah tega membakar ayahnya hidup-hidup beberapa puluh tahun yang lalu, tengah berlari dan terus tertawa. Sesekali, ia mengamuk dan memukul beberapa perawat yang terus mengejar."Tidak, itu tidak mungkin ibu. Ibu pasti tengah berbahagia dengan suaminya, atau bahkan mereka telah dikaruniai anak yang merupakan adik tiriku." Arash mengusap wajah dengan kasar untuk menetralkan pemandangannya. Sedangkan, perempuan yang berambut acak-acakan itu telah hilang dari pandangan bersamaan dengan kendaraan yang berlalu lalang.Lelaki yang menggunakan baju koko dan sarung bermotif batik itu menginjak pedal gas, melajukan roda duanya menuju rumahnya yang tanpa jendela. Ya, rumah yang hanya dihuni seorang diri tanpa kehadiran sang istri tak ubahnya seperti rumah tanpa

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Antara Mas Ustadz dan pelunasan hutang

    "Oh, Ya Mas. Bagaimana masalah hutang yang harus dilunasi Aisha? Apakah kau mau memberikan kebijakan?" Pertanyaan Rumanah cukup membuat Faruq terkesiap. Bersamaan itu, Arash yang berada tidak jauh itu seketika menoleh."Untuk hal ini, Mas akan bicara sama Aby untuk menutup itu." Jelas Faruq setelah beberapa menit ia terdiam, seraya menikmati setiap sentuhan kain hangat diwajahnya. "Bukankah dulu ayah mendonaturkan? Bukan menghutangkan?""Tolong beritahu saya dimana ayahmu?" Pinta Arash yang memotong tiba-tiba membuat Rumanah dan Faruq terkesiap, dan menghentikan aksinya  kemudian menoleh ke arah sumber suara."Mas Ustadz?" Pekik suami istri itu bersamaan."Enggak kok, itu itu hanya...""Aisha tengah merawat putraku. Dan aku tak ingin terbebani dengan donatur yang dianggap hutang itu," potong Arash cepat nan tegas."Saya, saya akan meminta...""Hutang tetaplah hutang, Mas. Jika Aisha tiada da

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Kilas Balik

    ____"Untuk anak istrimu, kau tenang saja! saya yang akan menanggungnya," lanjutnya seraya menatap Gerry yang mengerikan dengan darah tetus mengucur seta baju robek-robek yang warnya telah memerah dengan tangan diikat. Melihat orang yang hampir lima tahun ia percaya dalam keadaan tragis dan berlumuran darah, hatinya iba. Namun, keadilan harus tetap di tegalan."Tapi...""Penjara pun saya akan meminta untuk tidak lama, hanya sebagai pelajaran dan semua orang yakin bahwa hukuman tetap berlaku sekalipun kau orang terdekat saya!"Gerry hanya mengangguk pilu dan penuh kepasrahan. Diberikan kelonggaran serta hukuman sedikit bijak, ini sudah membuatnya cukup. Ia ikhlas jika memang harus terdekam di penjara. Asalkan anak dan istrinya baik-baik saja.Semua ini, tak lepas atas campur tangan Arash. Karena, terkadang ketika seseorang pernah mengalami hal itu, maka ia akan lebih bijak untuk menangani hal demikian.

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Terungkap

    "Ummi, apapun yang dilakukan Arash. Aisha tetap belum siap membuka hati ini, rasa sakit atas perlakuannya waktu itu, bertekad membuat keputusan bertanda tangan darah membuat hati Aisha ini seolah terkunci, Ummi!"Ummi Rasyidah menarik napas kasar, Ia faham akan perasaan putrinya pasti akan sangat perih dan tak berperi. Harga diri serta kehormatan seolah dipandang sebelah mata. Tapi, Tak sepenuhnya ini salah Arash, karena nyatanya. saat itu ia meminta Arash untuk tidak menyentuh Aisha padahal wanita berniqab sedang menempati posisi sebagai istrinya. Dan, dengan kehadiran Rayyan disini. Wanita yang telah lama menyandang gelar janda ini yakin. bahwa saat itu juga Arash telah benar-benar mencintai Aisha. Meskipun keputusan yang bertanda tangan darah itu telah menjadi garis takdir Aisha."Maafkan ummi, Aish!" Lirihnya tak kuasa. Ia merangkul putrinya dengan erat. Harta dan keluarga satu-satunya yang dia miliki.🍁🍁🍁Ger

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status