Share

Lima

Lengang sejenak di antara mereka. Sementara hanya deru napas mewakili pembicaraan keduanya. Sedetik memahami keheningan itu, mata Ajin berotasi mengelililingi ruangan            dan kemudian berhenti tepat di mata Aoki. Keduanya saling melihat untuk waktu yang tidak sebentar, tidak seorang pun di antara keduanya yang mau mengerjap. “Aku sudah melakukan kesalahan yang besar, Pendeta. Aku melukai beberapa orang yang tidak pernah bersalah atas kehidupanku. Aku sangat tidak yakin akan membawa semua bayangan dan rekam jejak kesalahan itu sampai ke pemakamanku.”       

Tepat sekarang pembicaraan antara aku dengannya menuju inti persoalan, kegundahan yang membuatnya datang kemari, batin Aoki. Beban kesalahan, dosa, yang diumpat dalam dirinya. Perasaan malu akibat perbuatan buruk yang sudah terpendam terlalu lama. Ajaibnya, Ajin mampu menyadari itu di sisa-sisa umurnya.

“Apakah ini bersifat rahasia? Kau menjamin itu?”

“Sebagian besar mungkin iya.”

“Aku tidak suka dengan jawaban mungkin. Kau tahu. Hampir semua orang juga tidak suka itu.”

“Jelasnya ada pengecualian-pengecualian lain untuk membuka pembicaraan ini.”

“Soal apa itu?”

“Bila kemungkinan kau akan mengutarakan semua dosa-dosamu padaku, dan aku merasa yakin kalau kau akan menyakiti dirimu sendiri atau bahkan orang lain, maka sifat kerahasiaan itu akan batal. Saat itu terjadi, aku wajib mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi dirimu sendiri dan orang lain itu. Atau dalam arti lain, prinsip kerahasiaan itu batal karena aku juga butuh bantuan dari pihak lain.”

“Sepertinya rumit.”

“Kurasa tidak,” Aoki mencoba membujuk.

“Dengar, Pendeta, aku telah melakukan beberapa perbuatan yang buruk, tapi, yang satu ini seakan menghantui pikiranku sekian tahun. Aku perlu membicarakan ini dengan seseorang, tapi tidak ada orang yang mampu mendengar itu. Tidak ada tempat lain yang bisa aku datangi selain gereja ini. Bila aku memberitahumu mengenai sebuah perbuatan kriminal yang kejam yang pernah aku lakukan beberapa tahun silam, apa kau mau berjanji tidak akan memberitahu siapa pun tentang hal ini?”

“Apa janji itu penting?”

***

                    

            Yuji segera mencari informasi tentang Lembaga Permasyarakatan Kanto, kemudian dalam beberapa detik dia berhasil mengakses dan mendapatkan informasi mengenai kehidupan yang mengharukan dari seorang laki-laki bernama Ajin Jaeger. Dia mempunyai riwayat dijatuhi hukuman selama dua belas tahun pada tahun 2004 karena telah terindikasi melakukan tindakan asusila. Status terkini; tahanan.

“Dia ada di kantor suamiku,” gumam Yuji sambil jarinya lihai memencet tombol.

Dijatuhi hukuman selama tujuh tahun pada tahun 1994 terduga usai melakukan penyerangan seksual di Kyoto. Dan dibebaskan tahun 2001.

Dijatuhi hukuman selama dua puluh dua tahun pada tahun 1982 untuk tindakan penganiayaan seksual di Yamaguchi. Lalu dibebaskan pada tahun 1990.

Ajin reputasinya tercatat sebagai pelaku kekerasan seksual di Yamaguchi, Kyoto, dan Chiba.

“Sosok monster,” gumam Yuji pada dirinya sendiri. Beberapa foto dalam arsip Ajin yang tertpampang dalam situs Web Lembaga Permasyarakatan Kanto menampilkan seorang laki-laki yang terlihat lebih muda, badannya jauh lebih berisi dan segar, rambut klimis. Yuji dengan sigap meringkas riwayat kejahatan Ajin dan segera mengirimkan ke Aoki melalui surel. Yuji tidak mencemaskan keselamatan suaminya, melainkan dia hanya ingin agar monster itu segera enyah dari kantor suaminya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status