“Halo? Ini dengan siapa?”
Jantung Lynelle mulai berpacu tak karuan tepat saat Noah mengangkat telponnya. Ia sangat ketakutan dan airmatanya kembali turun membasahi pipinya.
“Noah, ini aku Lynelle!” ucapnya sambil berbisik dan menahan isakaknya. Ia tak boleh berisik agar Matthew tak menyadarinya.
“LYNELLE?”“Noah, hiks.. Noah tolong aku.. aku tak tahu berada di mana sekarang”
“Lynelle!! Hah..!! tenang Ly.. ucapkan dengan pelan hal-hal di sekitarmu yang bisa menjadi patokan”“Hiks.. ak-akuu tak tahu di mana ini. Orang-orang disini tak menggunakan bahasa Inggris. Mereka menggunakan bahasa lain yang takaku pahami”“Baiklah, ada lagi?sekitaran rumah, bagaimana?”“A---aku.. rumah ini—bukan, ini mansion. Aku tak bisa melihat apapun sebab lahan hijaunya begitu luas. Lalu… lalu—eum.. gerbangnya cukup&mdaMatthew benar-benar hampir membuat Lynelle pingsan dengan tiba-tiba memeluknya dari belakang. Lynelle bahkan tak mendengar suara langkah kaki seseorang sehingga tak merasa keberadaan Matthew yang pada akhirnya membuatnya terkejut bukan main.Pada posisi seperti ini, Lynelle dapat merasakan debaran jantung Matthew yang sangat kencang dan hembusan napas hangat Matthew pada ceruk lehernya membuatnya sedikit bergerak tak nyaman.“Matt..”“Aku merindukanmu”Matthew semakin mengeratkan pelukanya membuat pergerakan Lynelle sedikit terkunci karenanya. Matthew melayangkan beberapa kecupan pada kepala Lynelle dan mengihrup aroma manis segar pada setiap helai rambut Lynelle.“Maafkan aku,” ucap Matthew pada akhirnya. “Maafkan aku membentakmu kemari, aku benar-benar tak bisa berpikir jernih, maafkan aku”Lynelle masih enggan untuk membuka suara. Ia masih merasa terkejut bahkan detak jantungnya masih belum no
Matthew mematikan mesin mobil dan menguncinya begitu tiba di mansion pagi itu. Para maid mulai merapat dan menyambut Matthew dengan penuh rasa hormat.“Ada laporan?” tanya Matthew begitu tiba di ruang kerjanya.“Sejak semalam nona Lynelle kembali mengunci diri dan sama sekali tak menyentuh makanannya hingga pagi ini tuan”Lagi?Matthew menghela napas dan menyandarkan diri pada kursi kerjanya. Sisa pening akibat alkohol semalam belum benar-benar hilang dan membuatnya semakin pening dengan informasi yang bari dia terima.Padahal dirinya yang tengah marah kali ini, mengapa Lynelle yang mengunci diri?“Baiklah, jika siang ini dia masih tak membuka pintu, biar aku yang urus”“Baik tuan.”“Ada lagi?”“Ah, tukang kebun halaman pagi ini meminta izin untuk tidak masuk sebagai gantinya ia akan membereskannya saat sore nanti”Matthew hanya
Selain musim salju, musim gugur menjadi salah satu musim yang paling banyak di gemari. Pada musim yang berlangsung sebagai peralihan dari musim panas ke musim dingin ini kita dapat menemukan daun-daun tua yang gugur berhamburan memenuhi jalan dengan warah merah kecoklatannya.Kalian juga bisa menemukan binatang-binatang kecil seperti tupai yang mulai berkeliaran untuk mengumpulkan makanan selama musim dingin berlangsung nanti.Beberapa dari mereka juga berkata—khususnya para remaja—, jika musim ini cukup romantis. Saat berjalan bergandengan dengan seseorang yang kau cintai dengan taburan kelopak bunga dan daun -daun kecil yang berguguran di iringi oleh hembusan angin. Membuat kesempatan untuk saling mendekap lebih besar di suhu yang turun menjadi 50 pada saat itu.Tanpa terasa, waktu sudah memasuki bulan terakhir untuk musim gugur dan bersiap untuk musim salju bulan depan.Di saat orang-orang di luar sana tengah menikmati indahnya m
“Ingat jika aku dan bibi Dwyne punya bisnis yang sama? beberapa hari sebelum ke Inggris aku sempat bertemu dengannya, sebenarnya akhir-akhir itu aku jadi lebih sering bertemu dengan beliau sebab ada sebuah proyek yang kebetulan aku dan perusahannya saling kerja sama.” jelas Yemimah sebagai pembuka.“Saat bertemu dan mengobrol sejenak, bibi Dwyne menanyakan kabar dan keberadaanmu. Ku jawab bahwa kau kini tinggal di London sejak awal tahun ini dan sekarang tengah sibuk sepeti biasa. Lalu bibi Dwyne kembali bertanya, mengapa kau tak ikut bersama Matthew ke Swiss? Aku sedikit bingung dan heran, ku jawab saja mungkin karena saking sibuknya kau memilih untuk tak ikut dulu atau akan menyusul setelah urusanmu selesai”“Kau tahu apa alasannya ke sana? bibi tak memberi tahu?” tanya Carl penuh penasaran.Yemimah kembali memiringkan kepalanya berpikir, “Seingatku..” jeda sesaat,
Hamparan kota yang kerlap kerlip menjadi fokusnya dari balik dinding kaca pada lantai 8 sebuah gedung bangunan yang berlokasi di Jenewa, Swiss.Seharusnya hari saat ini ia sedang dalam perjalanan pulang, namun terdapat sedikit kendala dalam meeting perusahaan ayahnya yang membuatnya harus menunggu hari esok.Ia kembali meneguk alkoholnya.Hah, ia benar-benar merindukan wanitanya.Namun ia juga harus menahan diri kali ini. Ini demi kita, kalimat sederhana itu menjadi pengingatnya kala ia sudah merasa tak tahan untuk membuka pintu kamar dan memeluk lalu mencium wanitanya.Ia berputar menghadap ke meja kerjanya, meletakkan minumannya dan beralih pada ponselnya. Ia menekan tombol panggil pada kontak di sana.“Bereid de auto alstublieft voor. Ik wil een cadeau kopen voor mijn geliefde” (tolong siapkan mobilnya, aku ingin membeli sebuah hadiah untuk kekasihku)Tak ada salahnya berharap jika saat pulang nanti, L
Tetes demi tetes cairan infus itu terun dan mengalir masuk kedalam tubuh Lynelle yang masih terbaring dengan Matthew yang setia berada di sampingnya, menggenggam lembut tangannya yang tak terinfus dan mengelusnya dengan lembut. Matthew membawa tangan kecil itu menempel pada pipinya dan mengecupnya berulang kali.Semua akan baik-baik saja, bisiknya.Tapi sesungguhnya semua tidak baik-baik saja. Ada hal yang entah Matthew harus menjelaskan bagaimana saat Lynelle akan membuka mata indahnya. Dirinya sendiri masih sulit menerima kenyataan bagaimana dengan Lynelle?2 jam yang lalu“Maaf tuan,” ucap dokter tersebut. Dari situ Matthew sudah tak yakin apakah akan sanggup untuk mendengar kalimat selanjutnya. Matthew memilih diam tak berkomentar apapun, membiarkan dokter kembali melanjutkan kalimatnya yang menggantung.“Janin dalam kandungan istri anda tidak bisa di selamatkan. Usia janin masih berusia sekitar
Matthew memakirkan mobilnya dengan manis dan berjalan dengan gontai masuk kedalam mansion. Keadaan di dalam sangat sepi dan gelap. Tentu saja, mengingat dirinya baru pulag pada pukul 3 pagi. Siapa yang masih terjaga pada waktu seperti itu? Matthew menyeret dirinya menuju dapur, menyalakan lampu dan membuka lemari pendingin. Matthew mengambil sebotol air mineral dan meneguknya hingga setengah untuk membuatnya sedikit sadar. “Matthew?” Suara lembut itu membuatnya melihat kearah sekitar dan menemukan Lynelle yang berdiri di dekat tangga dalam kegelapan. Lynelle bergerak menghampiri Matthew yang masih terdiam di sana. Dari jarak sedekat ini, Lynelle bisa mencium aroma menusuk alcohol yang menempel pada Matthew. “Kau mabuk?”“Kembalilah ke kamarmu, aku tahu kau tak tahan dengan aroma alcohol” Mendengar Matthew mengusirnya membuat hatinya begitu perih. Matthew kembali meneguk air mineralnya hingga habis dan hendak pergi dari sana menuju ruanganny
Sepertinya Matthew sangat tahu apa yang Lynelle tak suka dan apa yang di sukainya. Pria itu bahkan mengingat semuanya dengan detail yang bahkan Lynelle sediri lupa kapan ia mengatakannya, sebab ia hanya bercerita ringan akan tetapi siapa sangka jika pria di sampingnya ini masih sempat menghapal dan mengingatnya. Menakjubkan. Seperti sekarang, Matthew membawaku ke Rappedswill atau kota bunga mawar setelah sebelumnya berjalan santai di sekitar danau Zurich yang begitu terkenal. Rappedswill yang berada di ujung timur danau Zurich itu benra-benar memiliki bunga mawar yang sangat banyak. Lynelle sampai mengira-ngira, berapa jumlah kesuluhan mawar di sana? “Kau penasaran berapa banyak bunga mawar yang ada di sini?” tanya Matthew seolah-olah bisa menebak apa isi pikirannya. “Rappedswill memiliki sekitar 15.000 bunga mawar yang tediri atas 600 jenis”“600 jenis? Wah, aku baru tahu jika mawar memiliki jenis sebanyak itu” Matthew tersenyum tipis melihat kehe