Beranda / Romansa / PUDING JELLY / 4. Anak Angkat

Share

4. Anak Angkat

Penulis: yessiratna
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-22 13:59:01

( PoV Asmara )

"Duh, kemana sih. Dari kemaren kenapa kayak menghindar sih." Aku menggerutu. Berkali-kali aku menelepon Aksara, namun sama sekali tak mendapat jawaban. Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh darinya. Mampir ke rumah hanya sebentar, dan buru-buru jika berbicara denganku di telepon. Bahkan dia juga sering mengabaikan teleponku. Gila memang.

"Ra, di cariin tuh, sama Mama." Albert menemuiku yang sedang sibuk menghubungi Aksara sambil menyantap bakso di kantin sekolah. Ku lihat dirinya yang juga membawa dan meletakkan bakso dan teh botol serta langsung duduk di hadapanku. Seketika langsung aku masukkan ponselku ke dalam sakuku. Bukan apa-apa, aku hanya tak enak saja jika membuat Albert merasa tak nyaman lagi.

"Iya. Aku sibuk banget sih Al memang. Belum sempet jenguk Tante Astia. Nanti deh kalau udah ada waktu, aku main ke rumah ya." Ku lanjutkan memakan bakso yang ada di hadapanku. Aku memang sangat lapar, karena dari tadi pagi belum sempat sarapan. Aku bangun terlalu siang karena semalam aku tak bisa tidur. Memikirkan orang yang selalu ada bersama dengan denganku beberapa waktu terakhir ini, lalu dengan tiba-tiba menghilang, membuatku tak mampu memejamkan mata.

"Iya deh, yang udah jadi artis papan atas sekarang. Harus maklum ya aku." Albert mencibirku. Dia seolah tak senang mendengar jawabanku. Aku meliriknya. Wajahnya cemberut. Aku jadi merasa tak enak.

Aku menarik napas panjang. Meletakkan garpu dan sendok yang aku pegang, lalu menatap lekat ke arah Albert.

"Iya, aku janji Al. Nanti aku ke rumah kamu kalau udah agak senggang ya." Ku genggam tangannya yang hanya memainkan sendok dan garpu yang di pegangnya dan memutar-mutar bola-bola daging sebesar bekel di atas kuah bening yang masih panas. Seketika ku lihat mood nya berubah.

"Kalau nggak ada waktu nggak apa-apa kok Ra. Biar aku bilang sama Mama." katanya pelan. Nada suaranya yang berat, menunjukkan dia kecewa. Dia menunduk. Seakan tidak ingin menatapku.

"Aku beneran sibuk Al." Suaraku penuh penekanan. Aku harap Albert mengerti apa yang aku katakan. Karena aku memang benar-benar sibuk. Banyak sekali kontrak film yang harus aku selesaikan dalam waktu dekat ini. Apalagi, aku sering sekali sakit. Jadi banyak pekerjaan yang akhir-akhir ini tertunda.

"Mama sudah mengadopsi kamu dari panti asuhan itu sejak kamu berumur tiga belas tahun Ra. Mama juga yang sudah bikin kamu jadi kayak sekarang. Selama empat tahun kita hidup sebagai keluarga, hingga akhirnya kamu pindah rumah setelah aku bilang kalau aku sayang sama kamu lebih dari seorang saudara angkat. Oh, atau lebih tepatnya setelah kamu bertemu dan jatuh cinta dengan Aksara." Albert menatapku dengan mata merah penuh emosi. Sejurus kemudian, ku lihat mata yang marah itu berubah menjadi berkaca-kaca.

Aku mengerti. Aku sangat mengerti bagaimana perasaannya. Mungkin aku memang yang tak tahu diri. Tante Astia yang baik itu sudah memberiku kehidupan yang layak. Mengangkatku dari masa laluku yang kelam. Menyayangiku melebihi orang tuaku sendiri yang sudah membuangku. Membiarkanku tumbuh menjadi seseorang yang aku mau. Memberiku kebahagiaan yang bahkan membayangkannya pun aku tak pernah.

Namun, kini aku meninggalkannya. Bahkan sejak tiga bulan kepergianku dari rumah beliau, aku belum sempat menemuinya. Jujur, aku sedang sibuk syuting. Aku bahkan hampir tak ada waktu untuk merawat diriku sendiri. Dan aku juga tak bisa memungkiri, jika waktuku selama aku ada libur syuting, selalu aku habiskan bersama dengan Aksara. Ya. Mungkin Albert tahu akan hal itu. Dan aku bisa paham, mengapa dia marah.

"Aku ngerti kok Al. Aku nggak akan lupa itu." Mungkin aku memang sudah bersalah. Mungkin hanya lima menit saja yang Tante Astia butuhkan untuk bertemu denganku. Sayangnya, lima menitku itu selalu tersita oleh Aksara.

"Kamu ngerti gimana keadaan Mama kan Ra?" Albert masih menatapku dengan tatapan yang aku sendiri begitu paham apa itu maksudnya.

"Iya. Ya udah. Nanti pas pulang sekolah kita ke rumah kamu ya." Ku tatap wajah tampan Albert. Seseorang yang sudah selama empat tahun ini aku anggap sebagai kakakku sendiri, meski umur kita sepantaran. Aku menyayanginya. Sungguh. Sayangnya, dia mengubah perasaan sayangku menjadi perasaan yang sangat tidak enak karena berkali-kali dia menyatakan perasaannya kepadaku. Dan berkali-kali juga aku menolaknya. Menolak cintanya.

"Oke." Senyum Albert mengembang. Senyum yang selama ini selalu menjadi semangat semua gadis di SMA Sejahtera ini. Senyum yang indah. Lega. Akhirnya. Setidaknya, aku tak jadi menyakiti hatinya lagi kali ini.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PUDING JELLY   82. Penolakan Lagi

    ( PoV Asmara )"Waktu itu aku nyari-nyari kamu Ra. Aku telusuri seluruh jalanan kayak orang gila biar bisa nemuin kamu." Albert menatapku. Tatapannya sayu. Dia sepertinya masih memendam perasaan kecewa kepadaku, dengan kepergianku waktu itu."Maafin aku, aku udah banyak salah sama kamu Al." Aku menunduk. Aku tak berani menatap matanya. Semakin aku menatapnya, semakin aku merasa tak pantas untuk mendapatkan maaf darinya."Aku nggak apa-apa Ra. Mungkin kamu takut sama aku malam itu. Mungkin kamu nggak mau deket lagi sama aku yang saat itu sedang kumat. Jadi kamu memutuskan untuk pergi. Dan aku ngerti." Albert semakin erat menggenggam tanganku. Sudah ku duga, dia tak akan marah kepadaku, sebesar apapun kesalahanku. Dia akan selalu memaafkanku meskipun aku telah membuatnya terluka. Sikapnya itulah yang membuatku semakin menyesal karena tak bisa mencintainya."Kamu udah banyak merawat aku Al, jadi aku nggak akan mungkin pergi hanya karena penyakit kamu itu." Ya. Malam itu aku mengetahui sa

  • PUDING JELLY   81. Ingin Tahu

    ( PoV Asmara )Kulihat Albert yang tampak kelelahan, tertidur di tepi tempat tidurku. Wajahnya yang tampan terlihat sayu karena terlalu banyak terjaga untuk menjagaku. Aku merasa begitu bersalah karenanya. Bagaimana ada seorang lelaki yang sebaik dirinya. Mencintai seorang wanita yang tak mencintainya dengan begitu besar. Wanita penyakitan seperti diriku.Ku belai lembut wajahnya. Ku telusuri setiap inci dari lekukan di wajah tampan itu untuk mencari kekurangannya. Kekurangan yang membuatku tak mencintainya. Namun semakin aku mencarinya, aku semakin tak mendapatkannya. Bahkan semakin aku melihatnya, wajahnya terlihat semakin tampan. Lantas, apa yang dalah denganku? Mengapa aku dengan sombongnya mengacuhkan seseorang yang tanpa cela ini? Mengapa aku tak bisa sedikitpun memberikan hatiku untuk lelaki yang sudah memberikan segalanya untukku ini? Mengapa aku tak bisa sedikit saja melihat cinta tulus dari lelaki yang sudah banyak berkorban untukku ini?Ah, rasanya aku benar-benar sudah gil

  • PUDING JELLY   80. Menjaga Asmara

    ( PoV Albert )"Kamu nggak ngejar Amel, Al?" Aku menatap Asmara tak berkedip untuk memastikan apakah dia benar Asmara atau bukan. Ku tatap wajahnya yang sayu, wajah yang selama ini selalu ku lihat di wajah Asmara karena memang kondisinya yang lemah sedari kecil, yang tak ku temukan dari wajah Asmara yang ku temui saat dia hilang ingatan tempo lalu."Nggak. Ngapain?" Aku tersenyum menatapnya. Melihat wajah ayunya, membuat jantungku terasa tak normal. Berdetak begitu cepat. Aku bahkan hampir lupa dengan Amel yang baru saja mengamuk karena cemburu melihat Asmara sedang berada di rumahku."Ya, kasihan aja sih. Aku nggak enak juga. Kalian bertengkar kan gara-gara aku tadi kalau aku nggak salah denger." Asmara menunduk. Menunjukkan kalau dia memang berada dalam penyesalan saat ini. Membuatku tak rela jika wajah wanita yang ku cintai itu menjadi murung karena sikap Amel yang kekanak-kanakan."Dih, apaan sih. Nggak, bukan gara-gara kamu. Amelnya aja yang kayak anak kecil. Cemburu nggak jelas.

  • PUDING JELLY   79. Amel Pergi Lagi

    ( PoV Albert )"Kamu nggak usah berisik bisa nggak sih Mel? Mara lagi sakit!" Aku kesal dengan Amel yang sedari tadi memintaku untuk mengantar Asmara pulang. Padahal dia melihat sendiri bagaimana kondisi Asmara saat ini. Asmara begitu lemah. Aku khawatir jika terjadi apa-apa dengannya lagi. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan jika dia kembali tak mengingat apapun karena aku. Aku yang tiba-tiba saja membicarakan Amora di hadapannya."Kamu nggak ngerti ya Al? Itu tuh cuma caranya aja biar kamu mau balikan lagi sama dia. Biar kamu ninggalin aku. Ngerti nggak sih? Masak gitu aja nggak paham." Amel semakin tak terkendali. Dia bahkan berbicara dengan nada tinggi. Membuatku hampir saja frustasi di buatnya. Bagaimana tidak, ada Papa dan Mama di rumah. Dan Asmara, Asmara sedang beristirahat di dalam kamarnya yang memang bersebelahan dengan kamarku yang saat ini menjadi tempat perbincangan kami berdua. Atau lebih tepatnya, tempat pertengkaranku dan Amel."Mau kamu apa sih Mel? Kamu lupa kala

  • PUDING JELLY   78. Ingatanku Kembali

    ( PoV Asmara )"Makasih ya Al, udah nolongin aku tadi di jalan." Aku menyenderkan tubuhku yang masih terasa begitu lemah di senderan tempat tidurku. Ah, tidak. Tepatnya kamar tamu di rumah Albert, karena kamar itu kini bukan milikku lagi. Meskipun mungkin kamar itu masih sama seperti dulu dan tak ada sedikitpun yang berubah, aku tak berhak mengakuinya masih menjadi milikku. Karena aku sudah meninggalkannya."Sama-sama." Albert menunduk. Dia duduk di tepi tempat tidurku, namun membelakangiku. Dia terlihat tak senang melihatku. Entah apa yang membuatnya bersikap seperti ini kepadaku. Bukankah dia biasanya selalu ingin bertemu denganku? Bukankah dia bahkan tak akan melewatkan sedikit saja waktunya bersamaku?"Bisa minta tolong sekali lagi?" Aku menatapnya dalam. Mencoba mengartikan ekspresinya saat ini. Mungkinkah dia masih marah kepadaku setelah kejadian terakhir di villa tempo lalu? Ketika aku menolak pernyataan cintanya untuk yang kesekian kalinya. Mungkin saja iya. Aku memang keterla

  • PUDING JELLY   77. Mas Angga

    ( PoV Aksara )"Bener-bener gila si Dira. Dia tahu kan bagaimana kondisiku di dalam keluarga. Iya, oke kalau aku memang pewaris dari kekayaan orangtuaku yang tak akan habis di makan sampai tujuh puluh tujuh turunan. Tapi kan dia tahu kalau bukan aku satu-satunya pewaris orangtuaku. Bisa-bisanya dia minta sesuatu yang tak mungkin bisa aku kasih ke dia. Pakai acara ngancam segala lagi." Aku mengusap keningku dengan keras. Kepalaku serasa ingin pecah. Ingin sekali aku mengusir wanita gila itu saat ini juga. Selain aku sudah muak dengan tingkahnya, aku juga sudah tak ingin lagi melihat wanita yang sekarang sudah berubah menjadi macan loreng itu."Ah, mana panas banget lagi hari ini. Jalanan macet dari tadi nggak jalan-jalan. Kenapa sih ini? Perasaan kalau jam segini nggak pernah macet deh. Kan bukan jam berangkat dan pulang kerja. Lancar-lancar aja biasanya. Ah! Sial!" Aku memukul setir mobilku dengan keras. Udara yang begitu menyengat siang hari ini membuatku tak bisa menahan emosiku. AC

  • PUDING JELLY   76. Aku Pergi Dengan Syarat

    ( PoV Andira )"Kamu udah nggak ada waktu buat kita?" Aku melihat lelaki yang kini menjadi suamiku itu berdandan dengan begitu rapi. Entah kemana dia akan pergi. Kalau hanya sekedar ke kantor, dia tak akan sewangi ini. Aku jdi curiga, mungkinkah di luar sana ada wanita muda yang menjadi incarannya lagi kali ini?"Sama Amanda yang masih mulus saja aku sudah ogah. Apalagi sama kamu yang sekarang sudah kayak macan loreng." Deg! Apa? Apa yang dia katakan? Sadarkah dia mengatakan sesuatu hal yang begitu membuatku terluka seperti itu? Apakah dia memikirkan bagaimana perasaanku mendengar kalimat ejekannya itu kepadaku? Sungguh aku tak menyangka jika lelaki yang dulu begitu lugu, kini berubah menjadi begitu menjijikkan.Iya, aku akui aku sudah begitu berubah. Entah penyakit apa yang saat ini sedang aku derita. Seluruh tubuhku muncul bercak putih yang semakin hari semakin banyak. Aku sudah berusaha berobat kemanapun dan dengan cara apapun yang aku bisa. Namun nyatanya, bercak ini tak mau mengh

  • PUDING JELLY   75. Terakhir Kali

    ( PoV Asmara )"Aku tahu kamu udah nyaman sama cewek lain Al. Tapi jahat kalau kamu harus nuduh aku seperti itu. Nggak apa-apa kalau kamu mau pergi. Aku akan coba ikhlasin. Tapi aku nggak terima kalau seakan-akan di berakhirnya hubungan kita ini, aku yang kamu tuduh sudah menipu kamu, hingga kamu berpikir aku memang pantas menerima penghianatan kamu dengan Amel. Bahkan aku tak marah setelah aku tahu jika kamu membohongiku soal hubungan kita yang sebenarnya kita tak pernah pacaran, di saat aku hilang ingatan dulu. Dan kamu menyembunyikan hal yang paling penting di hidupku. Tentang aku yang menjadi saudara angkat kamu." Albert terkejut. Dia menatapku satu detik, kemudian kembali berpaling dariku. Dia masih diam saja. Pandangannya masih kosong. Dia bahkan tak menatapku sama sekali setelah satu detiknya tadi. Sesekali dia menarik napas panjang di sela-sela air mata yang masih mengalir sedari tadi. Aku tak menyangka, Albert setulus itu mencintaiku. Dia menangis untukku.Ah, tidak. Aku bahk

  • PUDING JELLY   74. Amora

    ( PoV Asmara )"Aku sudah bilang, tak ada yang perlu kita bicarakan lagi Al." Aku menatap pemandangan malam di sekitarku yang begitu indah. Lampu-lampu perkotaan di bawah sana, dan bintang-bintang yang gemerlap di sekitar rembulan di atas langit cerah. Ya! Akhirnya aku pergi juga dengan Albert. Aku tak enak saja karena Tante Astia turut serta bersamanya menghampiriku ke rumah. Beliau juga dengan sangat antusias mengajak kami berkemah di atas gedung rumah sakit milik keluarga Albert."Tapi kita harus bicara Ra." Albert berdiri tepat di sebelahku. Pandangannya jauh ke depan. Mungkin sama denganku, menatap lampu perkotaan yang gemerlap dengan indah."Apalagi? Kamu mau kita udahan kan? Bukannya tadi aku udah bilang mau udahan sama kamu? Itu kan yang kamu mau biar kamu bisa lanjut pacaran sama Amel? Terus mau apa lagi?" Aku menatap Albert dengan emosi. Lelaki yang beberapa jam lalu masih menjadi kekasihku yang sangat aku cintai, kini terlihat begitu menjengkelkan bagiku."Ya. Aku mau kita

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status