Share

6. Berubah

( PoV Asmara )

"Kok diem aja Al?" Aku keluar dari kamar setelah selesai mandi dan mengganti pakaianku. Ku amati Albert yang tampak hanya menunduk di sofa ruang tamuku. Di luar hujan deras. Itulah mengapa akhirnya aku meminta Albert untuk mampir ke rumah setelah mengantarkanku pulang dari rumahnya sore tadi.

"Nggak apa-apa." Albert tak bergeming. Dia masih duduk dan menunduk. Menyatukan dan menggosok kedua tangannya yang tampak pucat karena kedinginan. Dia basah kuyup. Kami memang sempat kehujanan tadi di jalan.

"Ayo ganti baju." Aku menarik tangannya. Aku tak tahan melihatnya menderita menahan rasa dingin yang juga begitu aku benci. Aku sudah memintanya sedari tadi untuk mengganti pakaiannya. Kebetulan ada banyak sekali pakaian Aksara di rumahku. Tak ada salahnya jika dia memakainya, sementara aku mencuci dan mengeringkan pakaiannya yang basah kuyup.

"Nggak usah. Aku balik aja." Albert menghempaskan tanganku kasar. Aku kaget. Tak biasanya dia seperti ini. Ada apa dengannya? Sumpah! Hari ini dia aneh. Padahal tadi di rumahnya, masih tersungging senyum di bibirnya. Apa yang sebenarnya aku perbuat hingga membuatnya menjadi sedingin ini dalam waktu yang begitu singkat?

"Kamu kenapa sih Al?" Aku bingung. Tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tak mau membuatnya marah. Bagaimanapun, kami pernah menjadi keluarga. Meskipun terkadang aku merasa tak enak setiap kali dia menampakkan perasaan tertariknya kepadaku. Entah kenapa. Aku hanya merasa tak pantas saja. Namun aku tak pernah sedikitpun membencinya.

"Nggak apa-apa. Selamat malam. Hati-hati di rumah." Albert mengambil kunci motor yang tergeletak di atas meja kacaku. Tanpa banyak kata, dia berdiri dan langsung melangkah keluar dari pintu rumahku.

"Al!" Aku mengejarnya. Aku mengejar lelaki yang berkali-kali aku abaikan. Mengejar seseorang yang selama ini hanya aku anggap sebagai seorang saudara.

'Duaaarrr!'

"Ahhh!" Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan keras di depan rumahku di sertai percikan api di tengah derasnya hujan. Aku benar-benar terkejut. Aku langsung berjongkok dan menutupi kepalaku dengan kedua tanganku.

"Mara!" Albert yang sudah keluar dari pintu rumahku pun terkejut. Dia berbalik dan bergegas menghampiriku yang sedang panik dan ketakutan.

"Kamu nggak apa-apa kan?" Albert memelukku yang masih menunduk di bawah sofa ruang tamuku yang berwarna merah marun.

"Apa tadi Al?" Aku menatap Albert yang begitu erat memelukku. Tubuhnya bergetar. Mungkin dia juga terkejut. Atau mungkin karena dia takut?

"Nggak tahu. Ayo ke dalam. Tenang aja. Ada Pak Sukur dan Pak Sabar yang masih ngobrol di pos tadi kayaknya. Biar mereka yang mengatasi." Dia mencoba membuatku berdiri dan menuntunku masuk ke dalam kamarku. Aku menurut.

"Tenang ya." Albert membuatku duduk di atas tempat tidurku. Dia lalu mengambil satu gelas air dan memberikannya kepadaku. Aku meminumnya sedikit.

"Jangan pulang Al." Aku menarik tangan Albert. Aku benar-benar ketakutan.

"Nggak baik kalau aku di sini. Ada Pak Sukur dan Pak Sabar juga. Bik Yuli juga kan kamarnya ada di sebelah kamar kamu. Aksara juga nanti dateng kan?" Albert jelas menolak permintaanku. Aku mengerti. Namun, aku benar-benar membutuhkannya malam ini.

"Tapi..."

Aku tak melanjutkan perkataanku setelah ku lihat Albert menggeleng pelan tanda dia tetap pada pendiriannya. Ingin segera pergi. Mau tak mau, aku harus mengerti. Membiarkannya pergi di tengah ketakutanku. Berharap Aksara datang malam ini. Meskipun aku juga tak boleh berharap lebih. Karena orang yang ku cintai dan aku pilih itu, entah aku salah apa, seakan aku tak mengenalnya kini. Seakan dia bukan orang yang sama. Aksara yang dulu aku kenal. Aksara yang bahkan beberapa waktu lalu masih begitu menunjukkan cintanya dan perhatiannya kepadaku, tiba-tiba saja berubah.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status