Jordie terkesiap kaget. Dia tak menyangka jika Dio malah akan mencurigai dirinya memiliki perasaan pada Ruth. Padahal, dia hanya ingin membuat Dio bersikap lebih baik pada Ruth sebagai seorang kekasih.
Tak pernah terbersit sedikit pun dalam hati Jordie untuk mencintai Ruth. Hati Jordie masih diisi oleh rasa cinta pada Aster.
Tangan kiri Jordie menggenggam erat liontin cincin yang menggantung pada kalung silver yang dia kenakan. Seburuk-buruknya dirinya, dia sudah berjanji akan bersumpah setia pada Aster.
Pandangan Jordie menatap tajam Dio. “Jaga mulutmu, Dio!” bentak Jordie meradang. Entah mengapa, kali ini dia tak bisa mengontrol dirinya. Baginya, tuduhan Dio berlebihan dan tak masuk akal.
“Ada apa ini?” sapa Ruth heran.
Dia berlari kecil menghampiri Dio dan Jordie yang tampak bersitegang ka
“Rey, kamu bekerja saja. Jangan pikirkan aku,” ujar Ruth.Terlalu lama jeda kosong berlangsung dalam percakapan mereka. Ruth tahu Jordie tak akan mau menerima ajakannya untuk sarapan bersama.“Hanya sarapan, kan?” balas Jordie. “Kita bisa sarapan di tempatku. Ada makanan dan aku bisa memasak untukmu.”“Sungguh? Kamu nggak bakal keberatan, kan?” tanya Ruth tak percaya. Dia sudah tak yakin bahwa Jordie akan menerima tawarannya itu.“Iya. Nanti jam delapan pagi aku baru berangkat kerja,” tutur Jordie. Dia kasihan pada Ruth dan memutuskan untuk menjadi pendengar baginya.“Oke. Aku siap-siap sekarang,” sahut Ruth. Dia memungkasi telepon dan bersiap diri untuk ke apartemen Jordie.Jordie segera turun dari kasurnya. Dia ke dapur dan mempersiapkan makanan simple untuk sarapan bersama dengan Ruth.Sambil menunggu Ruth, Jordie duduk di sofa ruang tamu dan membuka ponselnya.
Jordie menelepon Hakim saat tengah malam. Dia baru bisa menyelesaikan pekerjaannya hari ini pukul sebelas malam. Sebuah keberuntungan karena ternyata Hakim masih terjaga dan mau mengangkat telepon darinya.“Die, baru balik kerja kamu?” tebak Hakim. Dia memang sudah hapal dengan jadwal kerja Jordie yang tak beraturan itu. Bahkan, mereka pernah berangkat kerja pukul tiga pagi.“Iya. Aku nggak ganggu, kan?” tanya Jordie memastikan. Dia baru ingat sekarang tengah malam dan dia malah buru-buru menelepon Hakim.“Nggak kok. Aku baru bangun tidur. Sekarang jadwalku jaga malam dan mengaji sambil nungguin ibuku,” terang Hakim. Bagaimanapun, Hakim adalah tipe orang yang serius jika menyangkut keluarganya. Dia rela begadang dan menghabiskan tabungannya demi keluarga.“Syukurlah kalau aku nggak gan
“Kak Aster! Udah lama ya kita nggak ke Jepang,” ujar Sakura. Dia menikmati rumah lama milik keluarga besarnya yang ada di sekitaran Tokyo.Dulu, saat Aster dan dua saudari kembarnya belum lahir, orang tua mereka sempat tinggal di Jepang selama 10 tahun. Semuanya dilakukan untuk ekspansi bisnis di bidang pertanian dan teknologi pengolahan pangannya. Karena itulah, setiap satu tahun sekali, keluarga besar mereka selalu ada agenda liburan ke Jepang.“Kak Aster! Sakura! Aku udah bikin teh nih,” panggil Lily. Dia sudah di dapur dengan menggunakan apron bermotif bunga lavender.“Taruh di ruang tengah aja, Ly,” balas Aster. “Aku mau bersih-bersih kamar dulu bareng Sakura.”“Bukannya ada tukang bersih-bersih setiap seminggu sekali?” timpal Sakura. “Kan rumah ini sering disewakan juga.”“Cuma seminggu sekali, Sa. Debunya itu lho,” ucap Aster. Dia bergidik menatap adik bungsu
Sakura dan Lily terkaget mendengar ucapan Aster. Mereka langsung mengecek foto idola yang ada di daftar peserta briefing itu.“Gimana? Beneran mirip, kan?” Aster mengulangi pertanyaannya. Pandangannya membulat lebar dengan penuh percaya diri.“Sekilas aja sih, Kak,” jawab Sakura.“Iya, benar. Jordie nggak mungkin semodis ini,” tutur Lily. Dia cenderung setuju dengan ucapan Sakura. “Lagian, banyak kok orang yang mukanya hampir-hampir sama.”“Kak Aster, nggak usah terlalu serius mikirin Jordie. Lagian, kalau dia beneran serius, dia bakal balik temuin Kakak kok,” ujar Sakura. Dia merasa kasihan melihat Aster sekarang.Aster menghela napas resah. Bagaimanapun, kekhawatirannya tak bisa dihilangkan. Jordie adalah anak adopsi di keluarganya. Keluarga kandung Jordi
“Aku hanya ingin mengajakmu makan kok,” jawab Jordie terbata. Dia terkaget melihat perubahan sikap Aster yang tadinya ramah menjadi galak. Semuanya terukir jelas dari wajah mungil Aster yang manis itu.“Jangan sok dekat ya? Aku nggak suka!” tegas Aster. Dia tak peduli jika wajah Reynold memiliki kemiripan dengan Jordie. Yang jelas, sikap Reynold sangatlah berbeda dengan Jordie. Reynold mirip dengan para pria hidung belang yang mencoba mendekatinya.Pandangan Aster memicing tajam menatap Jordie. Dia tak lagi memberikan pandangan malu-malu seperti saat pertama kali bertemu dengan Jordie tadi. Sebaliknya, dia malah seperti ingin memukul Jordie.Aster melangkah melewati Jordie begitu saja. Jordie hanya bisa terdiam mematung dan memperhatikan kepergian Aster.Jordie menghela napas berat. Dia memang berharap Aster tak akan menyadari jati dirinya sebagai seorang Jordie. Namun, dia juga tak mau Aster seketus ini padanya.Langkah Jor
“Kak Aster, tadi Kakak disusul sama Reynold itu nggak?” tanya Sakura saat bersantai bersama Aster usai makan malam.Mereka bertiga duduk-duduk di halaman rumah. Ada camilan ringan di meja kayu. Sudah lama mereka tak berkumpul bertiga seperti ini.“Tadi Reynold nyusul Kakak waktu Kakak pergi keluar,” imbuh Lily.“Kayaknya dia ngerasa nggak enak,” tutur Sakura.“Kalian berdua kenapa? Kok malah ngebela dia kesannya,” timpal Aster. Dia melirik bingung menatap dua saudari kembarnya.“Siapa yang ngebela, Kakak,” balas Sakura dan Lily nyaris bersamaan. “Kami cuma tanya.”Aster berdecak. Dia menghela napas sedikit berat. “Nggak tahu deh. Aku nggak suka dia,” tutur Aster.“Kenapa kamu nggak suka dia, Kak Aster?&rdq
“Wah, ada kue,” ucap Sakura. Dia sengaja mendekati Aster yang berduaan dengan Jordie. Ada rasa cemas jika Aster nanti menampar Jordie. Bisa-bisa nanti terjadi war antar-fans. Sesuatu yang harus dihindari di dunia hiburan agar kehidupan lebih damai.Jordie menoleh ke Sakura dan mengangguk sopan. Dia memberikan senyuman tipis pada Sakura. “Hai, Sakura, kan?” ujar Jordie. Dia pura-pura menebak meski sebenarnya dia sudah kenal wajah Sakura.“Iya dong. Kan kami bertiga kembar tidak identik. Jadi, lebih mudah dibedakan,” terang Sakura.Jordie mengangguk paham. “Kalian sama-sama mengagumkan,” balas Jordie.Pandangan Sakura menatap kotak kue yang dibawa Jordie. Aster memang belum menerimanya meski Jordie sudah memiliki niatan untuk memberikan kotak kue itu pada Aster.“Buat siapa itu kuenya?” tanya Sakura. Dia menatap lebih dekat kotak kue itu. “Wah, kue bentuk bunga. Ada banyak warna. Pasti
Jordie tak menyangka jika Aster sangatlah teliti. Saking telitinya, Aster terus mencurigai tiap perkataan Jordie dan menanyakan apakah ada maksud terselubung di balik semua itu. Alhasil, Jordie harus memutar otak lebih keras untuk memberikan jawaban agar Aster tak mencurigainya.“Katamu tadi kamu nggak ngikutin musik Indonesia. Berarti kamu ikutin musik lain, kan?” timpal Jordie kaku dan sedikit tergelagap. “Aster, kamu terlalu serius saat mengobrol denganku. Apa kamu memang seperti ini?”Aster berdecak. Pria di sampingnya itu tak memberikan jawaban jelas. Malah sekarang Jordie mengomentari perilaku Aster.“Suka-suka aku dong. Kok kamu ngatur-ngatur aku sih? Kamu kan bukan siapa-siapa aku,” oceh Aster. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. Langkahnya bergerak mendahului Jordie.Jordie menghela napas panjang dan berat. Tangannya menyeka keringat di kening. Baru kemudian, dia berjalan lebih cepat menghampiri Aster.Mereka mengunjungi kuil dan taman bermain. Kunjungan terakhir ditut