Share

5. mulai menjalankan rencana 1

5. Mulai menjalankan rencana

Sesuai rencana, pada sore harinya Arin pergi dari rumah mawar dengan menggunakan mobil yang biasa dirinya pakai.

Dibelakangnya, sebuah Pajero hitam mengikutinya. Mobil itu tidak lain adalah mobil Altaf.

Ketika merasa jalanan yang dilaluinya sudah sepi, Arin pun menghentikan mobilnya. Begitu juga dengan Altaf.

"Mau dipindahin sekarang Rin? Saya agak serem kalau harus semobil berdua dengan ma.yat." tanya Altaf sambil mengibas-ngibaskan jas yang dirinya pakai.

Dirinya takut kalau arwah dari ma.yat yang dibawanya akan mengikuti dirinya.

"Ck!" Arin pun berdecak.

"Gitu aja takut!" Cibir Arin sambil berkacak pinggang.

"Ayo cepet, keluarin mayatnya. Keburu ada orang lihat." Pinta Arin kemudian.

Altaf pun menganggukkan kepalanya, kemudian lantas mengeluarkan koper Arin yang sudah diisi ma.yat seorang perempuan seusia Arin.

"Perlu bantuan untuk menggotong?" Tanya Arin pada Altaf.

"Tidak perlu, saya bisa sendiri." Ucap Altaf sambil memasukkan koper itu ke deretan kedua mobil Arin.

Arin pun menganggukkan kepalanya, dirinya memilih untuk tetap berdiri di samping mobilnya sambil melihat Altaf yang begitu susah payah mengeluarkan ma.yat itu dari koper ke kursi kemudi.

"Sudah, selesai!" Ucap Altaf sambil menyemprotkan disinfektan pada kedua tangannya.

"Mobilnya udah diatur meledakkan?" Tanya Altaf setelah selesai dengan urusan tangannya.

Arin pun menganggukkan kepalanya. Sebab ketika di rumah tadi, sembari menunggu Altaf membeli ma.yay, Arin memodifikasi beberapa bagian mobilnya agar mudah meledak.

"Sepuluh menit lagi mobil akan meledak." Jelas Arin.

"Sial.an!" Umpat Altaf.

"Kenapa waktunya sebentar sekali Rin?" Tanya Altaf dengan kesal.

"Cepat masuk mobil saya! Kita harus pergi dengan cepat dari tempat ini sekarang!" Ucap Altaf sambil membuka pintu mobil, kemudian langsung mendudukkan tubuhnya di kursi kemudi.

Setelah melihat Arin masuk kedalam mobilnya, Altaf pun segera menjalankan kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan tinggi.

Tidak lupa, dirinya juga menghubungi bawahannya untuk melakukan berbagai cara agar tidak ada kendaraan yang melewati jalan dimana mobil Arin akan meledak selama sepuluh menit.

Tidak lama setelah mobil Altaf pergi, terdengar suara dentuman cukup keras dari arah mobil Arin. diparkirkan.

"Huh! Untung kita selamat." Ucap Altaf sambil menghembuskan napasnya dengan lega.

"Dari suara yang cukup keras itu, saya perkirakan kalau jangkauan ledakan itu cukup luas." Tebak Altaf sambil melihat jalanan didepannya.

"Tidak sepenuhnya benar, sebab saya sudah menyeting luas ledakan dengan luas jangkauan 2 KM." Jelas Arin.

Altaf yang mendengarnya hanya mampu memandang datar Arin.

Ketika melihat bahwa ada sebuah mobil yang akan melewati TKP, Altaf pun segera bergegas menjalankan mobilnya menuju rumahnya.

Dan kini, tibalah Arin di depan sebuah rumah berwarna dasar abu gelap dengan lantai 2 tingkat.

"Masuk!" Ucap Altaf sambil membukakan pintu rumahnya.

Arin pun menganggukkan kepalanya, kemudian mengikuti langkah kaki Altaf yang memasuki rumah di depannya.

Ketika dirinya sudah sampai di ruang tamu, Arin pun langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa. Hal yang sama juga dilakukan oleh Altaf.

Karena bosan, Altaf pun menyalakan televisi yang ada di depannya.

Begitu televisi itu menyala, sebuah berita tentang kecelakaan pewaris perusahaan Alden ditayangkan.

Hal itu juga didukung dengan kehadiran Mawar di sebuah rumah sakit yang sedang menangis cukup parah.

Altaf pun terkekeh geli, 'orang tua itu begitu totalitas!' pikir Altaf.

"Berita apa itu?" Tanya Arin yang sedang memainkan ponselnya dengan posisi rebahan.

"Berita tentang kema.tian kamu!" Ucap Altaf tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi.

"Hah! Serius?" Tanya Arin dengan semangat, dirinya langsung terduduk di tempatnya dan ikut menyaksikan berita di televisi.

-

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di rumah Arin sendiri.

Puspa yang sedang menonton televisi sambil makan langsung memaki-maki penyiar televisi. Sebab, akibat adanya berita dadakan itu, sinetron kesayangannya menjadi terpotong.

'Berita terkini, satu-satunya pewaris perusahaan Alden, Katrina Mayden, mengalami kecelakaan tunggal, hingga mobil yang digunakan oleh nona Katrina pun meledak dengan sendirinya. Saat ini, jenazah sedang diautopsi oleh pihak berwajib, sedangkan tempat kecelakaan itu sudah diamankan oleh kepolisian setempat.

Bersama saya hadir orang tua Katrina, Bu Mawar.

"Bisa ibu jelaskan bagaiman kronologisnya?" Tanya sang Reporter kepada Mawar.

Bukannya menjawab, tangisan Mawar malah semakin menjadi.

Melihat hal itu, sang reporter pun meringis.

"Sepertinya beliau masih terpukul dengan kematian anak satu-satunya.

Semoga beliau ini diberikan kekuatan dan kesabaran yang banyak untuk menerima takdir ini.

Amiinnn.....

Sekian yang dapat saya sampaikan pada tayangan kali ini. Jangan lupa jaga kesehatan ya!' Ucap sang reporter.

Kemudian siaran pun berganti kembali menjadi si ikan terbang. Kesukaan Puspa.

Melihat hal itu, Puspa pun langsung bersorak senang.

"Hore! Akhirnya menantu tidak berguna itu ma.ti!" Ucap Puspa sambil berjingkrak-jingkrak senang.

"Tanpa aku harus turun tangan lagi! Definisi rezeki nomplok nih hahah!" Sambung Puspa sambil tertawa lebar.

Setelah puas tertawa, Puspa pun langsung melihat seisi rumah.

"Yuhuu! Rumah dan Perusahaan si Arin berarti bakal otomatis jatuh ke tangan Erlan, anakku. Dan itu artinya rumah dan perusahaan itu juga akan menjadi milikku dong!" Ucap Puspa lagi sambil berbicara senang.

Puspa pun langsung melemparkan tubuhnya ke atas karpet sambil tersenyum lebar.

Dirinya sibuk memikirkan pundi-pundi dollar yang akan masuk ke rekeningnya tanpa bekerja.

"Hal baik ini harus diberitakan pada Erlan nih!" Ucap Puspa sambil mengeluarkan handphone miliknya dari saku daster kesayangannya.

Setelah menemukan nomor sang anak, Puspa pun langsung menelepon Erlan yang saat ini mungkin sudah berada di pulau Bali. Sebab, sekarang hari sudah menjelang malam.

"Halo lan!" Ucap Puspa dengan bahagia setelah panggilan teleponnya tersambung.

"Iya, ma? Ada apa huaa...!" Sahut Erlan yang terdengar seperti orang baru bangun tidur.

"Kamu udah sampe?" Tanya Puspa balik.

"Udah ma, bahkan Erlan sudah berproduksi beberapa kali tadi heheh..." Jawab Erlan sambil cengengesan.

"Wah... Bagus! Bagus! Nanti kalau kamu sudah pulang dari Bali dan kondisi Selva sudah hamil, kita langsung aja gelar pesta pernikahan besar-besaran!" Ucap Puspa dengan bahagia.

"Lah, terus si Arin bagaimana ma? Kalau seperti itu, bisa-bisa dia memberhentikan uang bulanan aku dong!" Tanya Erlan dengan heran.

"Ah iya, mama lupa. Mama menelepon kamu itu karena ingin memberikan sebuah informasi yang bagus tentang si Arin!" Ucap Puspa sambil menepuk keningnya.

"Apa itu tentang si Arin yang diam-diam membalikkan nama semua hartanya menjadi namaku?" Tanya Erlan dengan menduga-duga.

"Bukan, ini lebih bagus dari hal itu!" Jawab Puspa.

"Apa ma?" Erlan bertanya dengan penuh penasaran.

"Huh!..." Puspa menghela napasnya dalam-dalam sebelum menjelaskan.

"Mobil yang dikendarai si Arin mengalami kecelakaan, bahkan sampai terbakar hangus. Dan kabar baiknya, si Arin ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa hahah!..." Jelas Puspa yang diakhiri dengan tawa puas.

"Serius ma?" Tanya Erlan dengan nada tidak percaya. Dirinya bahkan sampai berdiri dari posisi tidurnya saking terlalu kaget.

"Serius lan!" Sahut Puspa untuk membenarkan informasi darinya.

"Syukurlah! Itu artinya rumah dan perusahaan milik Arin itu akan jatuh ke tangan aku ma! Hahah!" Ucap Erlan dengan ikut tertawa puas.

"Kalau kamu sudah tahu, mama matikan teleponnya dulu ya! Mama mau tidur dulu, soalnya besok pagi-pagi sekali mama mau mulai shoping hahah!" Ucap Puspa berpamitan.

"Ah iya, jangan lupa sering-seringlah kalian melakukan itu, kalau mau cepat menikah sih." Sambung Puspa sebelum mematikan panggilan telepon.

Setelah panggilan telepon dari sang mama berakhir, Erlan langsung membangunkan Selva yang sedang tertidur pulas akibat kelelahan.

"Sayang!" Panggil Erlan dengan nada lembut.

Melihat tidak ada respon dari sang kekasih hati, Erlan pun lantas menggoyangkan lengan Selva dengan perlahan.

"Sayang!...."

"Apa ih mas! Aku masih lelah, ngga bisa nambah ronde!" Ucap Selva dengan kesal sambil menaikkan selimut agar menutupi seluruh tubuhnya.

"Bukan itu sayang... Mas juga peka, pasti kamu lelah. Mas ingin membangunkan kamu, karena mas mempunyai sebuah kabar gembira!" Ucap Erlan dengan nada semangat. Dirinya tahu kalau sang kekasih hati belum sepenuhnya tertidur.

"Apa?" Tanya Selva dengan malas sambil menurunkan selimut yang menutupi kepalanya.

"Kabar bahagianya adalah...." Erlan menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.

"Semua harta Arin menjadi milik aku hahah!" Sambung Erlan sambil tertawa bahagia.

"Seriusan? Kok bisa?" Tanya Selva yang tidak percaya. Sebab perempuan semodel Arin ini susah untuk dibujuk rayu.

"Bisa dong! Mas mu gituloh!" Ucap Erlan dengan berbangga diri.

"Mas ih!" Ucap Selva dengan kesal.

"Iya, iya. Mas jelasin! Jadi begini, si Arin itu tadi sore mengalami kecelakaan. Dan kondisi si Arin sendiri ditemukan dalam keadaan tidak bernya.wa. Dalam artian si Arin udah meninggal hahah!" Jelas Erlan sambil tertawa bahagia.

"Serius mas?"

"Iya serius sayang." Jawab Erlan sambil tersenyum tipis.

"Wah... Itu artinya kita bisa menikah cepat-cepat dong!" Seru Arin dengan bahagia.

"Ngga bisa, kita tetap akan menikah ketika kamu sudah hamil." Ucap Erlan dengan nada lesu.

"Ya ngga papa, yang penting aku ngga dapat saingan untuk jadi istri dari Direktur utama perusahaan Alden." Ucap Selva sambil meraih handphone miliknya yang diletakkan di nakas.

"Sayang, kamu mau ngapain?" Tanya Erlan dengan mengernyitkan alisnya.

"Mau memberitahu Altaf, bahwa pertunangan kami selesai!" Jawab Selva sambil tersenyum tipis.

"Oh begitu, bagus-bagus! Putuskan saja tunangan kamu yang tidak berguna itu! Meskipun kalian bertunangan diatas materai, aku tetap cemburu!" Ucap Erlan dengan kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status