Share

7. pinjam dulu seratus

7.

"Kenapa mas?" Tanya Selva yang melihat Erlan kembali dengan tangan kosong.

"Itu! Kok bisa-bisanya kartu ATM aku diblokir! Padahal kemarin baik-baik aja!" Jawab Erlan dengan kesal.

"Lah kok bisa?" Tanya Selva lagi dengan heran.

"Ya ngga tahu, mas juga heran. Harusnya ATM mas itu baik-baik saja, secara si Arin sudah meninggal!" Jelas Erlan dengan tetap mempertahankan nada kesalnya.

"Terus sekarang kita makan, bayarnya gimana mas?" Tanya Selva dengan sedikit panik.

"Emmm... Anu...." Erlan menggantung ucapannya sambil menggaruk belakang kepalanya, pertanda dirinya sedang salah tingkah.

Selva menaikkan sebelah alisnya, dirinya menunggu kelanjutan perkataan Erlan.

"Anu?"

"Mas boleh minjem uang kamu dulu ngga? Sebentar kok! Nanti kalau kita sudah pulang, mas balikin deh janji! Kan mas dulu pernah transfer kamu untuk tabungan membeli mobil sayang!" Sambung Erlan dengan ragu-ragu.

"Lah kok mas!" Selva ingin membantah pada awalnya, namun dirinya tanpa sadar melirik pada kumpulan para pelayan restoran yang tengah melirik kearah mereka.

Akhirnya mau tidak mau, Selva pun mengeluarkan kartu ATMnya, kemudian menyerahkan kartu itu pada Erlan.

Setelah Erlan menyelesaikan pembayaran, Selva langsung keluar dari restoran dengan perasaan kesal. Dirinya bahkan meninggalkan Erlan.

Begitu dirinya sampai di hotel, Selva langsung mengeluarkan koper dari bawah kasur kemudianulai memasukkan pakaiannya satu persatu kedalam koper.

"Heh! Kamu mau kemana sayang? Acara liburan kita belum selesai!" Tanya Erlan dengan panik ketika melihat Selva mengemas semua pakaiannya kedalam koper.

"Aku mau pulang aja! Ngapain liburan di kota orang tapi perut kelaparan!" Jawab Selva dengan kesal.

"Mana begitu sayang, kamu lupa apa tujuannl kita liburan disini hem?..." Tanya Erlan dengan lembut.

"Kalau kamu marah karena uangnya dipakai untuk makan kita, kan mas sudah bilang 'nanti uangnya mas ganti kalau sudah di rumah!' sayang." Sambung Erlan untuk membujuk Selva.

"Aku nggak lupa! Memangnya mas mau tinggal di kota orang terus me ninggal karena kelaparan heh?" Tanya Selva dengan nada kesal.

"Tapi rencana itu?" Erlan memelankan nada bicaranya seperti tengah merajuk.

"Hah! Rencana itu bisa kita teruskan di rumah mas! Kan si Arin udah tiada. Jadi kita bebas melakukannya dimana-mana!" Jelas Selva dengan nada datar.

Dan berakhirlah Selva dan Erlan pulang ke kotanya hari itu juga.

____

Ditempat lain, Puspa langsung merebahkan tubuhnya disofa dengan perasaan gembira.

Hari ini dirinya sungguh beruntung, sebab tadi dalam perjalanan pulang Puspa bertemu dengan seorang penjual emas murni yang menjual perhiasan emasnya dengan harga murah.

Tentunya Puspa yang berpikir dirinya punya banyak uang, langsung membeli semua perhiasan emas itu tanpa sisa.

Agar orang-orang di kampungnya mengira Puspa sudah benar-benar kaya raya di kota.

Puspa pun mulai mencoba mengenakan perhiasan emas yang dibelinya satu persatu.

Karena perhiasan yang dibelinya terlalu banyak, kelelahan Puspa pun semakin bertambah. Hingga tanpa sadar dirinya tertidur pulas di atas sofa.

___

'Suami kamu dan selingkuhannya hari ini pulang dari bali.'

Setelah membaca pesan singkat dari Altaf, Rina pun menyunggingkan senyum tipisnya.

Ternyata, rencananya berjalan lebih cepat dari perkiraannya.

'Mau menjalankan rencana selanjutnya sekarang?'

Altaf kembali mengirimi Rina pesan.

Rina pun termenung sejenak, setelah menemukan keputusan yang bagus, Rina pun membalas pesan Altaf.

'Nanti saja, saya punya rencana yang lumayan menarik. Dan kamu bersiap-siaplah, perkiraan saya salah satu diantara mereka akan ada yang datang ke perusahaan.'

Rina pun terkekeh setelah mengirimkan balasannya.

"Bagaimana? Ada kendala?" Tanya Azura sambil mendudukkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan Rina.

"Sejauh ini tidak ada. Sebab tugas aku hanya mengkaji laporan, kemudian menandatanganinya apabila sudah sesuai." Jawab Rina sambil tersenyum tipis.

Azura menganggukkan kepalanya setelah mendengarkan penjelasan dari perempuan di depannya.

"Baguslah, tidak sia-sia Altaf mempekerjakan tenaga ahli di perusahaan." Ucap Azura.

"Bu, para pekerja perusahaan, pulangnya jam berapa?" Tanya Rina.

"Sekitar jam 4 sore, itu pun kalau mereka tidak ada lemburan. Lembur itu biasanya kalau pesanan produk membludak dan kita kekurangan tenaga kerja." Jelas Azura.

"Oh begitu, baiklah." Sahut Rina.

"Ada yang ingin ditanyakan lagi?" Kini Azura yang bertanya.

"Belum ada lagi bu, hehe."

"Yaudah ngga papa, kalau begitu saya pulang dulu!" Ucap Azura dengan tangan bergerak membereskan barang-barangnya yang ada di sekitar dirinya.

Setelah melihat kepergian Azura, Rina pun mengeluarkan handphonenya untuk mencari lokasi toko kosmetik dan kain yang dekat dengan perusahaan.

Setelah menemukan lokasi toko, dirinya segera mengirimi Altaf pesan.

'Mau join rencana saya bro?'

Tidak lama ponsel Rina kembali berbunyi, tanda sebuah notifikasi telah masuk. Dan rupanya Altaf sudah membalas pesan Rina.

'Rencana apa?' 

'Rencana yang seru, untuk membalas mantan tunangan kamu dan keluarga selingkuhannya. Tertarik?' tanya Rina melalui pesan lagi.

'Baiklah, nanti malam saya ke rumah.' Balas Altaf.

_____

Bi Ijah menatap perempuan di depannya dengan ekspresi kesal. Perempuan itu tidak lain adalah Puspa yang tertidur dengan posisi yang tidak elit.

Dimana kedua tangannya masih menggenggam perhiasan emas, sendal belum dilepas, bahkan bi Ijah bisa mencium aroma surga dari sendal yang dipakai oleh Puspa.

Bi Ijah pun menghela napas lelah, belum lagi ketika dirinya mengingat bahwa gajinya akan Puspa turunkan.

Tanpa banyak bicara, Bi Ijah pun meninggalkan Puspa yang sedang terlelap. Setelah sampai di kamarnya, Bi ijah mulai memasukkan baju miliknya satu persatu kedalam tas berwarna hitam.

Iya, Bi Ijah memutuskan untuk pergi saja dari rumah Puspa. Dirinya tidak ingin membuang-buang tenaga di rumah ini.

_

Samar-samar dalam tidurnya Puspa mendengar bel rumah yang terus berbunyi.

Dan mau tidak mau, Puspa membuka matanya dengan kesal.

"Kemana si Ijah sih! Mau makan gaji buta ya dia!" Gerutu Puspa sambil melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.

"Awas aja! Gajinya bulan ini aku potong!" Sambungnya sambil memutar kunci.

"Loh kalian! Kenapa pulang sekarang?" Tanya Puspa karena ketika membuka pintu, dirinya langsung menemukan sang anak bersama kekasihnya di depan rumah.

"Hah! Aku jelasin didalam aja ya! Nanti ada tetangga yang lihat!" Jawab Erlan setelah menghela napas lelah.

Puspa pun mengangguk, kemudian mempersilahkan dua orang didepannya untuk segera masuk ke dalam rumah, lalu segera mengunci pintu.

"Jadi, apa alasan kalian pulang lebih cepat? Padahal mama udah membooking hotel selama seminggu. Apa karena mama sudah mendapatkan cucu?" Tanya Puspa sambil menampilkan senyum penuh harap.

"Hah! Bukan ma! Kami pulang karena...." Erlan menggantung ucapannya.

"Karena?" Tanya Puspa sambil menukikkan sebelah alisnya.

"Karena kami kehabisan bekal disana." Jawab Erlan dengan lesu.

"Lah kok bisa? Kan uang di ATM kamu itu lumayan banyak loh Lan!" Tanya Puspa dengan nada tidak percaya.

"Iya masih banyak malah ma, tapi aku tidak tahu kenapa ATM aku tiba-tiba diblokir. Padahal, kemarin baik-baik aja. Dan aku curiga bahwa semua ini adalah ulah si Arin!" Jelas Erlan dengan kesal.

"Heh! Jangan mengada-ada kamu! Lawong si Arin udah tiada. Mana mungkin dia bangkit dari kubur. Kalaupun iya itu ulah si Arin, kok ATM mama baik-baik aja Lan. Malah mama udah beli banyak emas tuh!" Ucap Puspa sambil menunjuk tumpukkan emas yang diletakkan di sofa single.

"Lah kok aneh ya?" Erlan pun mulai bertanya-tanya sendiri.

"Coba kamu cek aja besok ke bank. Siapa tahu emang kartu ATMnya aja yang bermasalah." Ucap Puspa memberi saran.

"Baiklah, sekalian aku mau lihat kondisi perusahaan Elden." Ucap Erlan.

"Ah ma!" Seru Erlan ketika dirinya mengingat sesuatu.

"Apa?" Tanya Puspa.

"Mama punya uang ngga? Kalau punya, aku mau minjam dulu 200 juta. Soalnya selama disana sampai kami pulang kesini, aku meminjam uang Selva ma." Jelas Erlan.

"Ngga ada! Uang mama semua habis dibelikan emas!" Ucap Puspa dengan tegas.

"Kamu ambil aja dana perusahaan Elden untuk mengganti uang Selva. Uanga 200juta bagi perusahaan itu ngga akan ada artinya." Sambung Puspa memberi saran.

"Ah benar juga! Sekalian aku menambah saldo ATM untuk membeli mobil!" Ucap Erlan dengan bahagia.

"Jangan lupa, saldo ATM mama juga isi!" Ucap Puspa mengingatkan.

"Tentu saja ma!"

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status