Share

8. kemenyan

8.

Terdengar suara bel berbunyi, Rina yang sedang memasukkan barang-barangnya kedalam koper kecil pun langsung menghentikan aktivitasnya.

"Sebentar!" Teriak Rina dari dalam rumah.

Begitu dirinya membukakan pintu, Rina langsung menemukan keberadaan Altaf yang sedang bersedekap dada.

"Eh ternyata kamu Taf! Tunggu diluar aja, sebab kita akan langsung berangkat sekarang!" Ucap Rina. Kemudian dirinya membalikkan tubuhnya dan masuk kembali kedalam rumah.

Tidak lama, Rina kembali kehadapan Altaf sambil menenteng sebuah koper kecil, pengeras suara berukuran mini, serta sebuah kantung kresek berwarna hitam.

"Ngapain bawa ini semua?" Tanya Altaf dengan heran.

"Untuk keperluan misi Taf." Jawab Rina sambil cengengesan.

"Eh, kamu punya anak buah yang bisa dipercaya tidak? Soalnya kalau pakai anak buah punya saya, saya khawatir rencana kita kedepannya akan bocor." Tanya Rina.

"Ada, sebentar!" Jawab Altaf sambil mengeluarkan handphone miliknya, kemudian mencoba menghubungi anak buahnya.

"Titik kumpul?" Tanya Altaf sambil menaikkan kedua alisnya.

Rina pun menjawab dengan menyebutkan alamat rumahnya bersama Erlan dulu.

"Yaudah! Kita berangkat sekarang?" Tanya Altaf setelah memasukkan kembali handphone kedalam saku jasnya.

"Iya! Kain tembus pandang yang kemarin masih kamu bawa taf?" Jawab Rina sambil kembali melontarkan pertanyaan kepada Altaf.

"Ada, di mobil!" Jawab Altaf.

"Oh begitu, yaudah ayo! Kita berangkat sekarang!" Ajak Rina sambil melangkahkan kakinya menuju tempat dimana mobil Altaf terparkir.

'_

Setelah menempuh perjalan selama beberapa lama, akhirnya mereka berdua pun sampai di depan rumah Rina yang dulu.

Suasana di depan rumah lumayan sepi, di gerbang masuk komplek saja hanya terdapat bapak-bapak yang setengah tertidur sedang berjaga. Maklum, mereka sampai di komplek perumahan sudah cukup larut malam, yaitu pukul 10 malam.

"Anak buah kamu taf, mereka menunggu dimana?" Tanya Rina pada Altaf dengan mata memindai sekelilingnya dari dalam mobil.

"Tuh!" Jawab Altaf sambil menunjuk orang-orang berpakaian casual yang sedang mengobrol di bawah pohon mangga yang tepat berada di depan rumah tetangga Rina dulu. Orang-orang Altaf hanya terdiri dari tiga orang, jadi keberadaan mereka tidak terlalu menarik perhatian.

Rina pun menganggukkan kepalanya tanda paham, "bisa panggil mereka kesini?"

Altaf pun mengangguk, kemudian segera mengirim salah satu diantara mereka pesan.

Tidak lama, mereka bertiga pun berjalan menghampiri mobil Altaf berhenti.

"Masuk!" Titah Altaf lewat jendela mobilnya.

Ketiga orang itupun mengangguk, kemudian segera masuk kedalam mobil Altaf.

"Ada apa ya pak bos? Tumben malem-malem begini memanggil kami." Tanya salah satu diantara mereka yang memiliki postur tubuh lebih besar dari keduanya.

Bukannya menjawab, Altaf malah mengalihkan pandangannya pada Rina. Pertanda, bahwa Rina lah yang harus menjelaskannya.

Laki-laki itu mengikuti arah mata Altaf, begitu dirinya melihat keberadaan Rina, dirinya langsung berseru.

"Wah! Cewe baru nih pak bos! Tumben dibawa-bawa."

"Akhem!.." Altaf berdehem untuk menegur satu anak buahnya itu.

Laki-laki itu pun langsung menggaruk belakang kepalanya salah tingkah akibat ditegur.

Sedangkan kedua rekannya yang lain memilih untuk cengengesan pelan. Toh mereka tidak ada hubungan apapun dalam masalah ini.

Melihat hal itu, Rina pun menghela napasnya berat. Kemudian berkata, "Jadi begini, saya harap kalian mendengarkan penjelasan saya!"

Rina yang sudah membuka mulut untuk melanjutkan kalimatnya terhenti dengan seruan anak buah Altaf yang tadi bertanya.

"Tentu saja kami akan mendengarnya Bu bos! Ya ngga bro?" Tanya laki-laki itu, kita namai saja dia Kunes, singkatan anaK bUah ngeNes pada kedua rekannya.

"Iya Bu bos!" Ucap kedua rekan Kunes sambil menganggukkan kepalanya dengan semangat.

Panggil saja mereka Dapa dan Dapin, diapa-apain mau.

Alhasil Rina pun hanya bisa tersenyum paksa sambil menghembuskan napas pasrah. Nanti dia akan bertanya, kenapa Altaf memilih menyuruh mereka untuk datang, dibandingkan dengan menyuruh anak buah lain yang jauh lebih normal.

"Shut bro! Jangan berisik! Bu bos mau menjelaskan rencananya!" Ucap Kunes pada kedua rekannya sambil menempelkan jari telunjuk di bibirnya.

"Jadi bagaimana Bu bos?" Tanya Kunes.

"Begini, kalian bertiga harus...... " Rina pun menjelaskan rencananya pada Anak buah Altaf.

"Paham kan?" Tanya Rina diakhir penjelasannya sambil melihat ekspresi mereka satu persatu.

"Paham! Paham!" Ucap mereka bertiga bersamaan.

"Kalian tidak keberatan harus melakukan hal seperti ini kan?" Tanya Rina sekali lagi.

"Tentu tidak Bu bos! Itung-itung hiburan buat kami yang sedang gabut. Selain itu, kami juga merasa kesal dengan tingkah sahabat ibu itu! Tega-teganya beliau melakukan hal demikian pada ibu!" Jelas Kunes dengan semangat.

"Syukurlah kalau begitu, yasudah kalian sekarang pakai ini!" Ucap Rina sambil menyerahkan koper kecilnya pada ketiga anak buah Altaf.

"Siap Bu bos!" Ucap Dapa.

"Bila sudah selesai memakai semua yang ada di dalam koper, kalian tunggu aja di kursi itu!" Tunjuk Rina sambil menunjuk kursi taman berwarna putih di depan rumahnya.

"Saya dan Altaf mau masuk kedalam untuk meletakkan beberapa alat!" Sambung Rina.

Ketiga anak buah Altaf pun menganggukkan kepalanya, mereka lantas keluar dari mobil sambil menenteng koper kecil milik Rina. Rencananya mereka bertiga akan mengganti pakaian di dalam mobil box yang tadi mereka bawa.

Rina dan Altaf pun juga ikut turun dari mobil. Tentunya sambil membawa sebuah kresek hitam dan speaker yang disiapkan tadi.

Setelah memastikan mobilnya akan aman, mereka berdua pun mulai masuk ke halaman rumah Katrina tanpa suara.

"Apa itu?" Tanya Altaf dengan pelan ketika melihat Rina mengeluarkan sebuah benda kecil dari dalam kresek dan membakarnya.

"Ini kemenyan! Biasanya digunakan ketika ada orang yang meninggal. Dengan maksud untuk menghalau gangguan makhluk pada mayat." Jelas Rina sambil membakar satu buah kemenyan lagi di dekat mobil.

Masa bodoh dengan mobilnya yang terbakar, lagian ini mobil Selva, bukan mobil miliknya.

Setelah membakar dua buah kemenyan, Altaf dan Rina pun lanjut melangkahkan kakinya menuju pintu rumah.

Ketika sudah tiba di depan pintu, Rina langsung mengeluarkan kunci cadangan rumahnya, kemudian membukanya, lalu masuk kedalam rumah.

Melihat hal itu, Altaf pun bergumam. "Memang benar, apabila kamu membeli rumah, pastikan pemilik lamanya tidak memiliki kunci cadangannya. Begitu pula ketika kamu membeli kendaraan. Pastikan pemilik lamanya tidak mempunyai kuncinya juga." Gumam Altaf sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Namun ini bukan tentang kunci rumah dan kendaraan.

Dirinya pun akhirnya ikut masuk ke dalam rumah, sebab Altaf begitu penasaran tentang apa yang akan dilakukan Rina. Meskipun Rina sendiri sudah menjelaskannya tadi.

Altaf memilih mendudukkan tubuhnya di kursi tamu sambil melihat Rina yang sibuk kesana kemari.

Tidak lupa Rina juga membakar kemenyan di sudut-sudut yang dianggap mistis.

"Taf!" Panggil Rina melalui gerakan mulutnya, sedangkan tangannya melambai-lambai agar Alataf mendekat.

"Apa?" Tanya Altaf sambil bangkit dari duduknya.

"Bantuin aku naruh speaker diatas rak ya! Aku ngga bisa, terlalu tinggi!" Pinta Rina.

Bersambung.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status