Share

Part 8 Istri Sah?

Author: prisma wati
last update Huling Na-update: 2022-11-06 01:00:51

Rafka datang ke apartemennya untuk menemui Agatha, tetapi gadis itu sudah tertidur di kamarnya. Rafka tetap melangkah masuk ke dalam kamar untuk sekadar melihat wajah gadis itu. Selama tiga hari ini ia belum mengunjungi maupun menghubungi Agatha karena masalahnya dengan papanya. Rafka hanya tidak ingin emosinya akan mengganggu hubungannya yang sudah semakin membaik. 

Rafka meletakkan tangannya dan memeta wajah Agatha yang terlihat cukup mungil untuknya. Sesekali ia membenarkan anak rambut yang terjatuh di wajahnya. Tidak ingin mengusik Agatha, Rafka mencium kening gadis itu lalu beranjak dari tempatnya. 

Baru selangkah, ia merasa pergelangan tangannya ditahan. “Jangan kemana-mana,” ucap Agatha dengan suara serak khas bangun tidur.

Rafka tersenyum lalu kembali duduk di samping ranjang. “Maaf ya gara-gara aku kamu kebangun,” pungkas Rafka. Sementara Agatha hanya menggelengkan kepalanya dan membawa tangan Rafka ke bawah pipinya sambil tersenyum. 

“Nggak apa-apa kok, aku bosan banget asal kamu tahu. Apalagi asisten kamu yang kaku itu nggak izinin aku pergi kemana-mana,” celoteh Agatha dengan wajah cemberut.

“Maaf ya, Div. Aku memang yang suruh David untuk nggak izinin kamu pergi, apapun yang terjadi.” Raut wajah Rafka berubah menjadi sedih, membuat Agatha yang melihatnya langsung bangun dan mensejajarkan tubuhnya dengan Rafka sambil memegang pundaknya.

“Kamu kenapa? ada masalah?” tanya Agatha kemudian.

Rafka tidak menjawabnya dan malah meletakkan kepalanya di pundak Agatha. “Aku takut, Div,” jawab Rafka singkat.

“Takut apa?”

“Aku takut kalau aku nggak bisa jaga kamu dengan baik, aku nggak mau jadi seperti dia.” Agatha merasa cukup tersentuh dengan ucapan Rafka, betapa beruntungnya gadis yang ia cintai. Di sisi lain Agatha juga merasa kasihan karena gadis yang Rafka cintai itu justru meninggalkannya. 

“Kamu salah satu pria hebat yang pernah aku kenal Raf, selama ini kamu sudah menjaga aku dengan baik. Meskipun terkadang terlalu baik sampai aku bosan karena nggak bisa kemana-mana,” canda Agatha membuat Rafka tersenyum.

“Terima kasih Div, terima kasih karena kamu sudah hadir dalam hidup aku. Kalaupun aku harus mengulang waktu, aku akan tetap melakukan hal yang sama untuk kamu.” Rafka memeluk Agatha dengan erat, sementara gadis itu mengusap lembut punggung Agatha. 

“Kamu mau mandi nggak? aku siapin air hangat ya,” tawar Agatha sambil melepaskan pelukannya perlahan.

“Jangan salah paham, kamu wangi kok. Cuma aku lihat kamu masih pakai kemeja kerja begini,” lanjut Agatha saat Rafka terus menatapnya. 

“Ngapain sih kamu lihat aku terus? udah ah minggir aku mau siapin kamu air dulu.” Agatha langsung beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.

Beberapa saat kemudian, ia keluar. “Ayo mandi! airnya udah aku siapin.” Sadar akan ucapannya yang dapat menimbulkan banyak arti, Agatha langsung menutup mulutnya. 

“Maksudnya kamu harus mandi  sekarang, sebelum airnya jadi dingin,” ujar Agatha dengan salah tingkah dan langsung berniat keluar. 

“Nggak mau mandi bareng,” ucap Rafka yang membuat wajah Agatha sedikit memerah. Melihat ekspresi gadis itu, Rafka langsung tertawa.

“Aku bercanda kok, aku tahu ini belum saatnya.”

“Udah ah kamu nggak jelas, bye.” Agatha langsung berlari keluar meninggalkan Rafka yang tak berhenti tersenyum melihat tingkah istrinya itu.

Beberapa menit kemudian, Rafka keluar kamar mandi dengan bertelanjang dada dan langsung duduk di sofa saat Agatha tengah sibuk dengan ponselnya. 

“Aku lapar deh nunggu kamu mandi. Tapi, ini sudah jam 1 malam, aku nggak mau gendut ,” celoteh Agatha yang masih sibuk memainkan game di ponselnya.

“Mau makan apa? aku juga lapar,” ujar Rafka sambil menghampiri Agatha.

“Rafka … kenapa nggak pakai baju sih? kalau ada yang lihat gimana?” tanya Agatha yang langsung menutup wajahnya.

“Nggak masalah dong, kalau kamu yang lihat. Kamu kan istri sah aku,” jawab Rafka santai.

“Istri sah?” gumam Agatha dengan pelan, tetapi masih mampu didengar Rafka.

“Emang ada istri yang nggak sah?” tanya Agatha kemudian.

“Udah ah sana pakai baju dulu, aku tunggu di dapur ya,” ucap Agatha yang langsung berlari keluar dan menutup pintu kamar.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 147 Akhir Segalanya (Tamat)

    Rafka menatapnya dengan mata penuh air mata. Tangannya yang besar dan kuat menggenggam tangan Agatha dengan lembut. "Aku mencintai kamu. Aku selalu mencintai kamu, dan aku akan terus mencintai kamu, Tha."Agatha merasa hatinya hangat mendengar kata-kata itu. Meskipun dalam kondisi yang rapuh, cinta mereka tetap mengalir begitu kuat di antara mereka. Agatha menatap mata Rafka dengan pandangan lembut, bibirnya terangkat dalam senyuman yang penuh makna. "Aku juga mencintai kamu, Rafka."Tangan mereka saling berpegangan erat, menyampaikan dukungan, cinta, dan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Agatha merasakan kehangatan dalam genggaman tangan Rafka, seolah-olah itu adalah tali yang mengikat hati mereka.Agatha merasakan rasa sakit yang semakin memburuk. Dia tahu bahwa waktu mereka sangatlah terbatas. Dengan suara yang lemah, ia berbicara lagi, kali ini dengan serius, "Rafka, kamu harus kuat."Rafka menatap Agatha dengan rasa takut yang tidak tersembunyi. "Apa yang kamu bic

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 146 Harapan

    Beberapa hari berlalu, kondisi Agatha tetap kritis. Rafka terus menghabiskan waktu di rumah sakit, bergantian menjaga bayi perempuannya dan mengunjungi Agatha. Dia merasa seolah hidupnya berada dalam titik balik yang kritis. Perasaannya bercampur antara rasa harapan dan kegelisahan yang tak terbayangkan.Selama berhari-hari ini, Rafka terus menjaga putrinya dengan penuh kecintaan dan tekad. Dia bersama keluarganya dan keluarga Agatha bergantian menjaga Agatha, berdoa dan berharap agar wanita itu segera pulih dan bisa bersama mereka lagi.Ruang perawatan Agatha juga menjadi tempat di mana para keluarga mereka bergantian menjaga. Karina dan Ravindra, yang penuh kehangatan, seringkali mengambil giliran menjaga Agatha ketika Rafka perlu beristirahat sejenak. Adiva juga ada di sana, membantu dengan segala hal yang dibutuhkan. Meskipun situasinya tidak mudah, atmosfer di dalam ruangan itu penuh dengan kasih sayang dan semangat perjuangan.Ketika hari beranjak malam, Rafka masih terjaga, mem

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 145 Akhir Segalanya?

    Rafka berusaha untuk tenang dan kuat di hadapan Ayra. Gadis kecil itu masih belum paham betapa seriusnya situasi ini, dan Rafka ingin melindungi perasaannya. Dia menundukkan badan untuk berada pada tingkat mata Ayra ketika gadis kecil itu menatapnya dengan mata penuh pertanyaan. "Papa, apa yang terjadi sama Mama?" tanyanya dengan nada khawatir.Rafka membungkukkan tubuhnya untuk berada sejajar dengan Ayra. Dia menyeka air mata yang hampir jatuh dari mata kecil Ayra dengan lembut, mencoba memberikan senyum lembut. "Ayra, Mama sedang sakit dan sedang dirawat oleh dokter. Papa dan semua orang sedang berusaha yang terbaik untuk membantu Mama."Ayra menggigit bibirnya, terlihat cemas. "Mama akan baik-baik saja, kan, Papa?" tanyanya dengan penuh harapan.Rafka mengecup kening Ayra lembut. "Kita berdoa bersama-sama, sayang. Mama sangat kuat dan Mama juga ingin cepat kembali bersama kita."Tak lama kemudian, semua keluarga berdatangan ke rumah sakit. Karina dan Ravindra datang dengan wajah pe

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 144 Terbaring Lemah

    Agatha terus menjalani rawat inap di rumah sakit, dipantau dengan ketat oleh para dokter dan perawat. Setiap detik waktu terasa berharga bagi Rafka dan semua orang yang peduli dengan Agatha. Rafka duduk di samping tempat tidur Agatha, matanya tidak pernah lepas dari wanita yang sedang berjuang ini. Dia merasakan ketidakpastian yang semakin mendalam, kekhawatiran yang tak terkendali.Agatha terbaring lemah di tempat tidurnya, wajahnya pucat dan matanya terlihat letih. Pendarahan yang dialaminya telah membuat kondisinya semakin memburuk. Meskipun Agatha mencoba menjaga semangatnya, tetapi tubuhnya semakin tak mampu mempertahankan. Rafka merasa frustasi karena merasa tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu Agatha. Dia ingin sekali bisa menghapus semua rasa sakit yang Agatha rasakan, namun dia tahu dia hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik.Rafka menggenggam tangan Agatha dengan erat, merasakan getaran kelemahan dalam genggaman itu. Dia merasa hatinya teriris melihat Agatha yang

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 143 Menebus Kesalahan

    Di dalam ruang perawatan yang hening, mata Agatha perlahan terbuka dan tatapannya memandang wajah lelah Rafka. Luka lebam di pipi pria itu memperoleh perhatiannya, dan segera Agatha mengeluarkan pertanyaan khawatir dari bibirnya. "Wajah kamu kenapa?"Namun, jawaban yang ia terima bukanlah tentang luka lebam itu. Rafka hanya menatapnya dengan ekspresi yang rumit, seolah ada banyak hal yang ingin ia sampaikan, tetapi dia kesulitan menemukan kata-kata yang tepat. Agatha bisa merasakan kecemasan yang menghantui Rafka, dan ia tahu bahwa saat ini mereka harus menghadapi kenyataan bersama."Bagaimana kondisimu?" tanya Rafka, suaranya lembut namun penuh dengan kekhawatiran. Agatha terpancar kekaguman dalam tatapannya saat melihat perasaan Rafka yang terangkum dalam raut wajahnya.Agatha mencoba tersenyum lemah, meskipun rasa sakit dan kebingungannya masih menghantui. "Aku baik-baik saja," jawabnya pelan.Namun, perhatian Rafka beralih dari kesehatannya sendiri dan dengan penuh kekhawatiran ia

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 142 Gelombang Perasaan

    Dalam keheningan ruang perawatan, setelah berbicara dengan Agatha, Ivan merasa seolah dia tenggelam dalam gelombang perasaan yang tak tertahankan. Dia berusaha memproses semua yang telah terjadi, memahami pilihan-pilihan yang sulit yang telah dibuat oleh Agatha, dan merasa terhempas oleh kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pada wanita itu dan bayi yang dikandungnya.Namun, pandangannya tiba-tiba terganggu oleh sosok yang mendekat dari kejauhan. Rafka, dengan wajah yang penuh kekhawatiran, berjalan menuju Ivan dengan langkah tergesa-gesa. Ivan bisa merasakan adanya ketegangan di udara saat Rafka semakin mendekat. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan yang berat.Tak lama setelah Rafka berada di depan Ivan, pria itu seolah melepaskan semua ketegangan yang ada dalam dirinya. Ia langsung mencengkeram kerah baju Ivan dengan kasar, menggeramkan pertanyaan yang memancar dari dalam hatinya. "Apa yang kamu lakukan kali ini?"Ivan menatap tajam Rafka, mencoba membaca perasaan yang ada di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status