Share

Part 9 Pertanyaan

Sambil menunggu Rafka keluar dari kamar, Agatha berinisiatif untuk memasak sesuatu. Ia berencana membuat sesuatu yang simpel. Agatha membuka kulkas dan lemari lalu mengambil beberapa bahan makanan. 

“Mau buat apa?” tanya Rafka yang membuat Agatha terkejut.

“Astaga Rafka, bisa nggak sih nggak bikin aku kaget,” ucap Agatha dengan cemberut.

“Maaf, maaf, habisnya kamu fokus banget. Mau masak apa sih?” tanya Rafka lagi.

“Jujur … sebenarnya aku juga nggak tahu mau buat apa,” jawab Agatha dengan memasang wajah polos tak berdosa dengan bahan makanan yang masih ada di tangannya. 

“Aku kangen banget sama omelette buatan kamu deh,” sahut Rafka yang berhasil membuat Agtha terdiam. 

Gadis itu tampak berpikir sejenak. “ Aduh mampus! gimana kalau rasa omelettenya beda. Masak mie instan aja nggak yakin. Rafka pasti langsung sadar kalau rasanya beda. Masa iya diusir cuma gara-gara omelette,” teriak Agatha dalam hatinya.

“Aku nggak serius kok, udah sini aku aja yang masak.” Agatha bernafas lega, tetapi sedikit merasa bersalah. Ia tahu, di dalam lubuk hati Rafka yang terdalam ia pasti ingin memakan masakan istrinya. Agatha sangat ingin membuatkannya. Namun, sayangnya gadis itu tidak bisa memasak. Ia pernah belajar sebelumnya, dan hasilnya ia hampir membakar seluruh dapur di rumahnya. Sejak saat itu Agatha enggan belajar memasak lagi.

“Maaf ya, bukannya aku nggak mau masakin. Tapi, kayaknya aku deh yang kangen masakan kamu,” pungkas Agatha sambil memeluk lengan Rafka. 

Agatha tersenyum saat melihat raut kekecewaan di wajah Rafka mulai memudar. 

“Sejak kapan sih kamu jago ngerayu kayak begini? Kayaknya kamu salah makan sesuatu deh.” Agatha ganti mencubit lengan Rafka karena telah meledeknya. 

“Selain ngerayu, kamu jadi KDRT begini ya,” sambung Rafka lagi yang mendapat pukulan kecil dari Agatha. 

“Dasar, memangnya kamu selalu ngeselin,” sahut Agatha tak mau kalah. 

Setelah lelah berdebat kecil satu sama lain, Agatha melangkah menuju meja makan. Sementara, Rafka tengah memasak makan malam untuk mereka berdua. Agatha tak hentinya tersenyum ketika melihat Rafka yang begitu lihai dalam memasak. Untuk sesaat ia merasa beruntung bisa bersama dengan pria itu. Agatha masih belum membayangkan, akan seperti apa jadinya jika Rafka mengetahui kebenarannya. 

Lamunan Agatha buyar ketika Rafka datang membawa dua piring berisi omelette dan menaruh satu di hadapan gadis itu.

“Selamat makan, semoga kamu suka,” ujar Rafka lalu duduk berhadapan dengan Agatha.

“Aromanya aja enak,” balas Agatha dengan jujur.

“Kamu memang sering masak?” tanya Agatha 

“Kamu udah lupa?” Pertanyaan Rafka berhasil membuat Agatha terdiam.

“Maksud aku kita kan sudah cukup lama nggak ketemu. Mungkin aja kamu udah berubah,” pungkas Agatha.

“Sudah jarang, tetapi mungkin sekarang akan lebih sering,” jawab Rafka sambil menyuap makanan ke mulutnya.

“Kenapa?” tanya Agatha.

“Apanya? tanya Rafka kemudian.

 “Kenapa sekarang jadi lebih sering masak?” 

“Karena kamu.” Agatha sedikit tersedak. 

“Pelan-pelan Div,” ucap Rafka sambil menyodorkan minumannya ke hadapan Agatha.

“Oh ya, aku mau tanya sama kamu.”

“Habisin dulu aja makanannya, baru nanti kamu nanya sepuasnya,” perintah Rafka yang membuat Agatha sedikit cemberut.

Setelah menyelesaikan makannya, Agatha masih menunggu Rafka. 

“Kayaknya kamu penasaran banget, memang mau nanya apa sih?” 

“Jadi, kemarin aku telepon kamu tapi yang angkat malah suara cewek. Apa jangan-jangan kamu selingkuh selama ini.” Rafka langsung tersedak mendengar ucapan Agatha.

“Aduh! maaf, maaf. Ini minum dulu airnya,” pungkas Agatha sambil menyodorkan minumannya.

Beberapa saat kemudian situasi menjadi hening. “Aku rasa waktu itu aku udah pernah cerita ke kamu kalau aku memang dijodohkan sama Papa. Aku sama sekali nggak ada apa-apa sama Kiara. Aku hanya menganggap dia sebagai adik aku aja nggak lebih,” jelas Rafka.

“Alasan kenapa aku nggak bisa sesering dulu samperin kamu ke London juga karena Papa yang selalu mengawasi apa yang aku lakukan. Aku cuma mau melindungi kamu, Div, aku harap kamu bisa percaya sama aku,” lanjut Rafka lagi.

“Mmm … aku percaya kamu Raf, pasti nggak mudah semua ini buat kamu. Tapi mau sampai kapan aku harus sembunyi seperti ini. Aku rasa kita harus punya keberanian untuk melangkah maju,” ujar Agatha seperti mulai memahami situasi yang terjadi antara Adiva dan Rafka.

“Aku juga sedang menunggu saat itu, Div. Saat aku bisa nunjukin ke semua orang kalau kamu istri aku dan akan menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status