Share

Part 9 Pertanyaan

Author: prisma wati
last update Last Updated: 2022-11-07 23:48:19

Sambil menunggu Rafka keluar dari kamar, Agatha berinisiatif untuk memasak sesuatu. Ia berencana membuat sesuatu yang simpel. Agatha membuka kulkas dan lemari lalu mengambil beberapa bahan makanan. 

“Mau buat apa?” tanya Rafka yang membuat Agatha terkejut.

“Astaga Rafka, bisa nggak sih nggak bikin aku kaget,” ucap Agatha dengan cemberut.

“Maaf, maaf, habisnya kamu fokus banget. Mau masak apa sih?” tanya Rafka lagi.

“Jujur … sebenarnya aku juga nggak tahu mau buat apa,” jawab Agatha dengan memasang wajah polos tak berdosa dengan bahan makanan yang masih ada di tangannya. 

“Aku kangen banget sama omelette buatan kamu deh,” sahut Rafka yang berhasil membuat Agtha terdiam. 

Gadis itu tampak berpikir sejenak. “ Aduh mampus! gimana kalau rasa omelettenya beda. Masak mie instan aja nggak yakin. Rafka pasti langsung sadar kalau rasanya beda. Masa iya diusir cuma gara-gara omelette,” teriak Agatha dalam hatinya.

“Aku nggak serius kok, udah sini aku aja yang masak.” Agatha bernafas lega, tetapi sedikit merasa bersalah. Ia tahu, di dalam lubuk hati Rafka yang terdalam ia pasti ingin memakan masakan istrinya. Agatha sangat ingin membuatkannya. Namun, sayangnya gadis itu tidak bisa memasak. Ia pernah belajar sebelumnya, dan hasilnya ia hampir membakar seluruh dapur di rumahnya. Sejak saat itu Agatha enggan belajar memasak lagi.

“Maaf ya, bukannya aku nggak mau masakin. Tapi, kayaknya aku deh yang kangen masakan kamu,” pungkas Agatha sambil memeluk lengan Rafka. 

Agatha tersenyum saat melihat raut kekecewaan di wajah Rafka mulai memudar. 

“Sejak kapan sih kamu jago ngerayu kayak begini? Kayaknya kamu salah makan sesuatu deh.” Agatha ganti mencubit lengan Rafka karena telah meledeknya. 

“Selain ngerayu, kamu jadi KDRT begini ya,” sambung Rafka lagi yang mendapat pukulan kecil dari Agatha. 

“Dasar, memangnya kamu selalu ngeselin,” sahut Agatha tak mau kalah. 

Setelah lelah berdebat kecil satu sama lain, Agatha melangkah menuju meja makan. Sementara, Rafka tengah memasak makan malam untuk mereka berdua. Agatha tak hentinya tersenyum ketika melihat Rafka yang begitu lihai dalam memasak. Untuk sesaat ia merasa beruntung bisa bersama dengan pria itu. Agatha masih belum membayangkan, akan seperti apa jadinya jika Rafka mengetahui kebenarannya. 

Lamunan Agatha buyar ketika Rafka datang membawa dua piring berisi omelette dan menaruh satu di hadapan gadis itu.

“Selamat makan, semoga kamu suka,” ujar Rafka lalu duduk berhadapan dengan Agatha.

“Aromanya aja enak,” balas Agatha dengan jujur.

“Kamu memang sering masak?” tanya Agatha 

“Kamu udah lupa?” Pertanyaan Rafka berhasil membuat Agatha terdiam.

“Maksud aku kita kan sudah cukup lama nggak ketemu. Mungkin aja kamu udah berubah,” pungkas Agatha.

“Sudah jarang, tetapi mungkin sekarang akan lebih sering,” jawab Rafka sambil menyuap makanan ke mulutnya.

“Kenapa?” tanya Agatha.

“Apanya? tanya Rafka kemudian.

 “Kenapa sekarang jadi lebih sering masak?” 

“Karena kamu.” Agatha sedikit tersedak. 

“Pelan-pelan Div,” ucap Rafka sambil menyodorkan minumannya ke hadapan Agatha.

“Oh ya, aku mau tanya sama kamu.”

“Habisin dulu aja makanannya, baru nanti kamu nanya sepuasnya,” perintah Rafka yang membuat Agatha sedikit cemberut.

Setelah menyelesaikan makannya, Agatha masih menunggu Rafka. 

“Kayaknya kamu penasaran banget, memang mau nanya apa sih?” 

“Jadi, kemarin aku telepon kamu tapi yang angkat malah suara cewek. Apa jangan-jangan kamu selingkuh selama ini.” Rafka langsung tersedak mendengar ucapan Agatha.

“Aduh! maaf, maaf. Ini minum dulu airnya,” pungkas Agatha sambil menyodorkan minumannya.

Beberapa saat kemudian situasi menjadi hening. “Aku rasa waktu itu aku udah pernah cerita ke kamu kalau aku memang dijodohkan sama Papa. Aku sama sekali nggak ada apa-apa sama Kiara. Aku hanya menganggap dia sebagai adik aku aja nggak lebih,” jelas Rafka.

“Alasan kenapa aku nggak bisa sesering dulu samperin kamu ke London juga karena Papa yang selalu mengawasi apa yang aku lakukan. Aku cuma mau melindungi kamu, Div, aku harap kamu bisa percaya sama aku,” lanjut Rafka lagi.

“Mmm … aku percaya kamu Raf, pasti nggak mudah semua ini buat kamu. Tapi mau sampai kapan aku harus sembunyi seperti ini. Aku rasa kita harus punya keberanian untuk melangkah maju,” ujar Agatha seperti mulai memahami situasi yang terjadi antara Adiva dan Rafka.

“Aku juga sedang menunggu saat itu, Div. Saat aku bisa nunjukin ke semua orang kalau kamu istri aku dan akan menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 147 Akhir Segalanya (Tamat)

    Rafka menatapnya dengan mata penuh air mata. Tangannya yang besar dan kuat menggenggam tangan Agatha dengan lembut. "Aku mencintai kamu. Aku selalu mencintai kamu, dan aku akan terus mencintai kamu, Tha."Agatha merasa hatinya hangat mendengar kata-kata itu. Meskipun dalam kondisi yang rapuh, cinta mereka tetap mengalir begitu kuat di antara mereka. Agatha menatap mata Rafka dengan pandangan lembut, bibirnya terangkat dalam senyuman yang penuh makna. "Aku juga mencintai kamu, Rafka."Tangan mereka saling berpegangan erat, menyampaikan dukungan, cinta, dan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Agatha merasakan kehangatan dalam genggaman tangan Rafka, seolah-olah itu adalah tali yang mengikat hati mereka.Agatha merasakan rasa sakit yang semakin memburuk. Dia tahu bahwa waktu mereka sangatlah terbatas. Dengan suara yang lemah, ia berbicara lagi, kali ini dengan serius, "Rafka, kamu harus kuat."Rafka menatap Agatha dengan rasa takut yang tidak tersembunyi. "Apa yang kamu bic

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 146 Harapan

    Beberapa hari berlalu, kondisi Agatha tetap kritis. Rafka terus menghabiskan waktu di rumah sakit, bergantian menjaga bayi perempuannya dan mengunjungi Agatha. Dia merasa seolah hidupnya berada dalam titik balik yang kritis. Perasaannya bercampur antara rasa harapan dan kegelisahan yang tak terbayangkan.Selama berhari-hari ini, Rafka terus menjaga putrinya dengan penuh kecintaan dan tekad. Dia bersama keluarganya dan keluarga Agatha bergantian menjaga Agatha, berdoa dan berharap agar wanita itu segera pulih dan bisa bersama mereka lagi.Ruang perawatan Agatha juga menjadi tempat di mana para keluarga mereka bergantian menjaga. Karina dan Ravindra, yang penuh kehangatan, seringkali mengambil giliran menjaga Agatha ketika Rafka perlu beristirahat sejenak. Adiva juga ada di sana, membantu dengan segala hal yang dibutuhkan. Meskipun situasinya tidak mudah, atmosfer di dalam ruangan itu penuh dengan kasih sayang dan semangat perjuangan.Ketika hari beranjak malam, Rafka masih terjaga, mem

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 145 Akhir Segalanya?

    Rafka berusaha untuk tenang dan kuat di hadapan Ayra. Gadis kecil itu masih belum paham betapa seriusnya situasi ini, dan Rafka ingin melindungi perasaannya. Dia menundukkan badan untuk berada pada tingkat mata Ayra ketika gadis kecil itu menatapnya dengan mata penuh pertanyaan. "Papa, apa yang terjadi sama Mama?" tanyanya dengan nada khawatir.Rafka membungkukkan tubuhnya untuk berada sejajar dengan Ayra. Dia menyeka air mata yang hampir jatuh dari mata kecil Ayra dengan lembut, mencoba memberikan senyum lembut. "Ayra, Mama sedang sakit dan sedang dirawat oleh dokter. Papa dan semua orang sedang berusaha yang terbaik untuk membantu Mama."Ayra menggigit bibirnya, terlihat cemas. "Mama akan baik-baik saja, kan, Papa?" tanyanya dengan penuh harapan.Rafka mengecup kening Ayra lembut. "Kita berdoa bersama-sama, sayang. Mama sangat kuat dan Mama juga ingin cepat kembali bersama kita."Tak lama kemudian, semua keluarga berdatangan ke rumah sakit. Karina dan Ravindra datang dengan wajah pe

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 144 Terbaring Lemah

    Agatha terus menjalani rawat inap di rumah sakit, dipantau dengan ketat oleh para dokter dan perawat. Setiap detik waktu terasa berharga bagi Rafka dan semua orang yang peduli dengan Agatha. Rafka duduk di samping tempat tidur Agatha, matanya tidak pernah lepas dari wanita yang sedang berjuang ini. Dia merasakan ketidakpastian yang semakin mendalam, kekhawatiran yang tak terkendali.Agatha terbaring lemah di tempat tidurnya, wajahnya pucat dan matanya terlihat letih. Pendarahan yang dialaminya telah membuat kondisinya semakin memburuk. Meskipun Agatha mencoba menjaga semangatnya, tetapi tubuhnya semakin tak mampu mempertahankan. Rafka merasa frustasi karena merasa tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu Agatha. Dia ingin sekali bisa menghapus semua rasa sakit yang Agatha rasakan, namun dia tahu dia hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik.Rafka menggenggam tangan Agatha dengan erat, merasakan getaran kelemahan dalam genggaman itu. Dia merasa hatinya teriris melihat Agatha yang

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 143 Menebus Kesalahan

    Di dalam ruang perawatan yang hening, mata Agatha perlahan terbuka dan tatapannya memandang wajah lelah Rafka. Luka lebam di pipi pria itu memperoleh perhatiannya, dan segera Agatha mengeluarkan pertanyaan khawatir dari bibirnya. "Wajah kamu kenapa?"Namun, jawaban yang ia terima bukanlah tentang luka lebam itu. Rafka hanya menatapnya dengan ekspresi yang rumit, seolah ada banyak hal yang ingin ia sampaikan, tetapi dia kesulitan menemukan kata-kata yang tepat. Agatha bisa merasakan kecemasan yang menghantui Rafka, dan ia tahu bahwa saat ini mereka harus menghadapi kenyataan bersama."Bagaimana kondisimu?" tanya Rafka, suaranya lembut namun penuh dengan kekhawatiran. Agatha terpancar kekaguman dalam tatapannya saat melihat perasaan Rafka yang terangkum dalam raut wajahnya.Agatha mencoba tersenyum lemah, meskipun rasa sakit dan kebingungannya masih menghantui. "Aku baik-baik saja," jawabnya pelan.Namun, perhatian Rafka beralih dari kesehatannya sendiri dan dengan penuh kekhawatiran ia

  • Pacar Kedua & Istri Rahasia    Part 142 Gelombang Perasaan

    Dalam keheningan ruang perawatan, setelah berbicara dengan Agatha, Ivan merasa seolah dia tenggelam dalam gelombang perasaan yang tak tertahankan. Dia berusaha memproses semua yang telah terjadi, memahami pilihan-pilihan yang sulit yang telah dibuat oleh Agatha, dan merasa terhempas oleh kemungkinan terburuk yang dapat terjadi pada wanita itu dan bayi yang dikandungnya.Namun, pandangannya tiba-tiba terganggu oleh sosok yang mendekat dari kejauhan. Rafka, dengan wajah yang penuh kekhawatiran, berjalan menuju Ivan dengan langkah tergesa-gesa. Ivan bisa merasakan adanya ketegangan di udara saat Rafka semakin mendekat. Tatapan mereka bertemu dalam keheningan yang berat.Tak lama setelah Rafka berada di depan Ivan, pria itu seolah melepaskan semua ketegangan yang ada dalam dirinya. Ia langsung mencengkeram kerah baju Ivan dengan kasar, menggeramkan pertanyaan yang memancar dari dalam hatinya. "Apa yang kamu lakukan kali ini?"Ivan menatap tajam Rafka, mencoba membaca perasaan yang ada di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status