Sambil menunggu Rafka keluar dari kamar, Agatha berinisiatif untuk memasak sesuatu. Ia berencana membuat sesuatu yang simpel. Agatha membuka kulkas dan lemari lalu mengambil beberapa bahan makanan.
“Mau buat apa?” tanya Rafka yang membuat Agatha terkejut.
“Astaga Rafka, bisa nggak sih nggak bikin aku kaget,” ucap Agatha dengan cemberut.
“Maaf, maaf, habisnya kamu fokus banget. Mau masak apa sih?” tanya Rafka lagi.
“Jujur … sebenarnya aku juga nggak tahu mau buat apa,” jawab Agatha dengan memasang wajah polos tak berdosa dengan bahan makanan yang masih ada di tangannya.
“Aku kangen banget sama omelette buatan kamu deh,” sahut Rafka yang berhasil membuat Agtha terdiam.
Gadis itu tampak berpikir sejenak. “ Aduh mampus! gimana kalau rasa omelettenya beda. Masak mie instan aja nggak yakin. Rafka pasti langsung sadar kalau rasanya beda. Masa iya diusir cuma gara-gara omelette,” teriak Agatha dalam hatinya.
“Aku nggak serius kok, udah sini aku aja yang masak.” Agatha bernafas lega, tetapi sedikit merasa bersalah. Ia tahu, di dalam lubuk hati Rafka yang terdalam ia pasti ingin memakan masakan istrinya. Agatha sangat ingin membuatkannya. Namun, sayangnya gadis itu tidak bisa memasak. Ia pernah belajar sebelumnya, dan hasilnya ia hampir membakar seluruh dapur di rumahnya. Sejak saat itu Agatha enggan belajar memasak lagi.
“Maaf ya, bukannya aku nggak mau masakin. Tapi, kayaknya aku deh yang kangen masakan kamu,” pungkas Agatha sambil memeluk lengan Rafka.
Agatha tersenyum saat melihat raut kekecewaan di wajah Rafka mulai memudar.
“Sejak kapan sih kamu jago ngerayu kayak begini? Kayaknya kamu salah makan sesuatu deh.” Agatha ganti mencubit lengan Rafka karena telah meledeknya.
“Selain ngerayu, kamu jadi KDRT begini ya,” sambung Rafka lagi yang mendapat pukulan kecil dari Agatha.
“Dasar, memangnya kamu selalu ngeselin,” sahut Agatha tak mau kalah.
Setelah lelah berdebat kecil satu sama lain, Agatha melangkah menuju meja makan. Sementara, Rafka tengah memasak makan malam untuk mereka berdua. Agatha tak hentinya tersenyum ketika melihat Rafka yang begitu lihai dalam memasak. Untuk sesaat ia merasa beruntung bisa bersama dengan pria itu. Agatha masih belum membayangkan, akan seperti apa jadinya jika Rafka mengetahui kebenarannya.
Lamunan Agatha buyar ketika Rafka datang membawa dua piring berisi omelette dan menaruh satu di hadapan gadis itu.
“Selamat makan, semoga kamu suka,” ujar Rafka lalu duduk berhadapan dengan Agatha.
“Aromanya aja enak,” balas Agatha dengan jujur.
“Kamu memang sering masak?” tanya Agatha
“Kamu udah lupa?” Pertanyaan Rafka berhasil membuat Agatha terdiam.
“Maksud aku kita kan sudah cukup lama nggak ketemu. Mungkin aja kamu udah berubah,” pungkas Agatha.
“Sudah jarang, tetapi mungkin sekarang akan lebih sering,” jawab Rafka sambil menyuap makanan ke mulutnya.
“Kenapa?” tanya Agatha.
“Apanya? tanya Rafka kemudian.
“Kenapa sekarang jadi lebih sering masak?”
“Karena kamu.” Agatha sedikit tersedak.
“Pelan-pelan Div,” ucap Rafka sambil menyodorkan minumannya ke hadapan Agatha.
“Oh ya, aku mau tanya sama kamu.”
“Habisin dulu aja makanannya, baru nanti kamu nanya sepuasnya,” perintah Rafka yang membuat Agatha sedikit cemberut.
Setelah menyelesaikan makannya, Agatha masih menunggu Rafka.
“Kayaknya kamu penasaran banget, memang mau nanya apa sih?”
“Jadi, kemarin aku telepon kamu tapi yang angkat malah suara cewek. Apa jangan-jangan kamu selingkuh selama ini.” Rafka langsung tersedak mendengar ucapan Agatha.
“Aduh! maaf, maaf. Ini minum dulu airnya,” pungkas Agatha sambil menyodorkan minumannya.
Beberapa saat kemudian situasi menjadi hening. “Aku rasa waktu itu aku udah pernah cerita ke kamu kalau aku memang dijodohkan sama Papa. Aku sama sekali nggak ada apa-apa sama Kiara. Aku hanya menganggap dia sebagai adik aku aja nggak lebih,” jelas Rafka.
“Alasan kenapa aku nggak bisa sesering dulu samperin kamu ke London juga karena Papa yang selalu mengawasi apa yang aku lakukan. Aku cuma mau melindungi kamu, Div, aku harap kamu bisa percaya sama aku,” lanjut Rafka lagi.
“Mmm … aku percaya kamu Raf, pasti nggak mudah semua ini buat kamu. Tapi mau sampai kapan aku harus sembunyi seperti ini. Aku rasa kita harus punya keberanian untuk melangkah maju,” ujar Agatha seperti mulai memahami situasi yang terjadi antara Adiva dan Rafka.
“Aku juga sedang menunggu saat itu, Div. Saat aku bisa nunjukin ke semua orang kalau kamu istri aku dan akan menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai.”
Keesokan harinya, Agatha masih tertidur pulas di kamarnya. Sementara Rafka sudah bangun lebih awal untuk berangkat ke kantor. Melihat Agatha yang masih tidur membuat Rafka tidak tega untuk membangunkannya. Akhirnya, Rafka hanya meninggalkan note saja di kamar Agatha. Beberapa jam kemudian, Agatha terbangun dan melihat note yang Rafka tinggalkan untuknya. “Hai, selamat pagi. Maaf ya aku nggak banguni kamu. Aku berangkat ke kantor lebih pagi hari ini. Oh ya, malam ini aku akan pulang terlambat, jadi kamu nggak perlu tunggu aku.”Agatha menghembuskan nafasnya panjang ketika membaca tulisan itu. Saat ini ia merasa seperti burung yang tengah terperangkap dalam sangkar emas. Agatha sangat tidak menyukai terkurung di sebuah tempat, ia sangat menyukai kebebasan. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikirannya. Hari ini akan ada orang yang telah Rafka bayar untuk membersihkan apartemen. Agatha akan menggunakan kesempatan itu untuk bisa keluar.Agatha mulai mempersiapkan dirinya untuk bertukar
Rafka mengemudi dengan begitu cepat, tak lama mereka sampai di apartemen. Rafka kembali menggendong Agatha dan menaruh tubuhnya dengan lembut ke atas tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut. Saat ingin berbalik, Agatha menarik kerah Rafka dan langsung mencium bibirnya. Semakin lama ciuman itu semakin menuntut. Rafka sempat kehilangan kendali, tetapi ia langsung menarik tubuhnya. Rafka tidak ingin melakukan apa pun terhadap gadis itu, apalagi saat ini ia tengah berada di bawah pengaruh alkohol.Rafka segera bangkit dan keluar kamar, tidak lupa untuk menutup pintunya.Keesokan paginya, Agatha terbangun dan merasakan kepalanya begitu pusing. Ia menatap ke sekitar, matanya terbuka lebar saat menyadari apa yang telah terjadi malam tadi. Ia mengingat bahwa dia berada di hotel bersama pria asing. Agatha memukul kepalanya karena ia tidak ingat apa
Agatha dan Rafka kembali menuju meja bar, mereka kembali dengan canggung. Rafka yang menyadari itu langsung memanggil bartender.“Saya pesan beberapa gelas tequila, tolong!” seru Rafka.“Kamu serius?” tanya Agatha.“Kenapa tidak?” balas Rafka.Rafka mengedipkan matanya pada Agatha saat gelas dihidangkan. Agatha mengangguk senang ketika bartender terus mengisi gelas miliknya. Gadis itu merasakan otaknya berkabut.“Oh my God! ini adalah malam yang sangat-sangat tidak pernah aku bayangkan, terima kasih Rafka,” ujar Agatha sambil tersenyum dengan wajah yang tampak memerah begitupun dengan Rafka.Agatha dan Rafka sudah sangat mabuk saat i
Sudah hampir tiga bulan setelah malam di mana Agatha menyerahkan diri sepenuhnya kepada Rafka. Namun, sejak itu Rafka belum menemui atau menghubunginya. Agatha langsung melihat ponsel setiap kali berdring, berharap itu Rafka, tetapi sayangnya yang selalu menghubungi dirinya adalah David. Ia sangat setia pada Rafka untuk memantau dan mengawasinya. Saat ini, Agatha berada di kamarnya, baru saja bangun tidur dan langsung menatap ponselnya.“Bagaimana bisa dia nggak menghubungi sama sekali,” gumam Agatha dengan kesal.Ponselnya menampilkan dua belas panggilan terakhir lain ke nomornya dalam seminggu terakhir.Agatha mulai mondar-mandir di kamarnya dan menelpon David, asisten Rafka.“Halo, David,” ujar Agatha saat panggilannya sudah terhubung.“ Ya, ada yang bisa saya lakukan?” tanya David dengan formal dan kaku seperti biasanya.“David, saya benar-benar ingin berbicara dengan Rafka, di mana dia sekarang?” tanya Agatha dengan nada kesal.“Saat ini bos sedang ada perjalanan bisnis. Dia aka
“Apa yang kamu lakukan di sini? apa kamu mengikuti saya?” tanya Agtaha dengan penasaran.Pria itu tersenyum lalu menjawab pertanyaan Agatha. “Sebenarnya saya … pemilik klub ini.”Agatha terdiam beberapa saat. “Ayo, biarkan saya mengantarmu pulang, ini sudah larut malam,” lanjut pria itu.Setelah menimbang beberapa saat, Agatha menyetujui tawaran pria itu. “Boleh, kalau tidak merepotkan.”Pria itu segara mengambil mobilnya dan berhenti di depan Agatha, ia turun dan membukakan pintu untuk gadis itu.Suasana di mobil cukup hening sampai terdengar suara perut keroncongan yang cukup keras dari perut Agatha.Gadis itu menengge
Keesokan harinya, Agatha terbangun lalu menatap ponselnya dengan tersenyum.Jonathan: Semoga harimu menyenangkanAgatha: Ya, semoga harimu juga menyenangkanJonathan: Ya, semoga kita bertemu lagi karena rasanya sangat menyenangkanAgatha tersenyum membaca pesan Jonathan, tetapi tidak berniat untuk membalas rayuannya itu. Ia menaruh ponselnya lalu melangkah keluar kamar.Seperti biasa, apartemen itu tampak begitu sunyi. Agatha menghela nafas panjang lalu menyalakan TV. Mata Agatha melebar dengan sempurna saat melihat liputan seorang pria yang selama ini menghilang tanpa kabar tiba-tiba muncul dengan seorang wanita yang juga pernah ia lihat di bandara.‘Kiara Mahendra kembali
Saat kembali ke apartemen, Agatha terkejut setelah melihat Rafka ada di sana seperti tengah menunggunya. Masih merasa kesal, Agatha berjalan begitu saja melewati Rafka yang kini menahan lengannya.“Kita perlu bicara, Div,” ujar Rafka.“Bicara apa huh?” tanya Agatha dengan kesal.“Kamu mau bilang kalau setelah kamu ngerasain tubuh aku … kamu bisa pergi seenaknya, gitu?” Agatha melepaskan tangan Rafka dan mendorong tubuhnya.“Maafin aku, Div.”“Kamu pergi hampir tiga bulan dan sekarang kamu dateng cuma untuk ini. Aku nggak heran kenapa dia ninggalin kamu,” hardik Agatha.“Apa pergi karena aku nggak punya piliha
Keesokan paginya, Agatha terbangun oleh suara lembut Rafka yang bersenandung dari dapur.Agatha memutuskan mandi dengan cepat lalu berganti pakaian. Ia memutuskan untuk menggunakan dress bermotif bunga di atas lutut. Saat ini gadis itu terlihat sangat seksi.Agatha menuju ke dapur dan menemukan Rafka tengah membuat pancake. Rafka hampir tidak bisa berkedip saat melihat penampilan Agatha. “Apa kamu mencoba merayu aku huh?” tanya Rafka sambil menyeringai lalu mencium pipi Agatha.“Kamu kenapa?” tanya Agatha.“Kenapa apanya?”“Ceria banget pagi ini,” balas Agatha.