Share

Bab 5

last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-29 17:35:37

“Sekarang kamu ikut saya.”

Kalimat itu jatuh begitu saja dari bibir Nicholas. Dingin. Datar. Tanpa drama. Tapi buat Jeanicka—itu seperti sirene bahaya, alarm kebakaran, bahkan trompet kiamat.

“I-ikut, Pak?” Jeanicka terlonjak dari kursi rotan, tubuhnya nyaris terpeleset kalau saja tangannya tidak cepat-cepat meraih sandaran. “Tunggu, tunggu. Ikut ke mana, Pak?”

Nicholas menatapnya lurus. Diam. Tidak berkedip.

Jeanicka langsung panik. “Oke, saya tahu saya bilang bakal lakuin apa aja buat Bapak. Apa pun. Iya, iya. Tapi itu bukan berarti saya mau melakukan segala tindakan kriminal, Pak! Saya tegasin, bukan Tindakan kriminal!”

Mata Nicholas masih menusuk, dingin seperti es Arktik.

“Kriminal tuh bahaya, Pak. Serius. Saya nggak mau jadi kaki tangan drug dealer. Jangan-jangan Bapak tuh sebenernya bukan CEO, tapi gembong narkoba? Hah? Orama Group cuman kedok doang? Astaga… saya nggak siap masuk BNN list.”

Nicholas tidak menjawab. Tatapannya lurus, menusuk, seakan menembus sampai ke dasar pikirannya.

Jeanicka menelan ludah, gugup. “Pak, maksudnya… Saya kan… masih ada urusan sama Stacy. Terus… ini kan malam reuni, nggak lucu kalau tiba-tiba saya—”

Langkah Nicholas maju selangkah. Gerakannya tenang, tapi tekanannya cukup bikin Jeanicka refleks mundur setengah.

Tiba-tiba, tanpa aba-aba, Nicholas mengulurkan tangan. Genggamannya menangkap pergelangan Jeanicka. Hangat, tapi begitu kuat, seolah menegaskan bahwa kata-katanya barusan bukan ajakan, melainkan perintah.

“Eh—Pak?! Pak, tunggu! Saya bisa jalan sendiri kok, nggak usah ditarik juga!” Jeanicka meronta kecil, tapi langkah Nicholas tetap mantap. Tarikannya membuat tubuh Jeanicka otomatis mengikut, seperti boneka kecil yang digiring tuannya.

Mereka meninggalkan balkon. Gaun Jeanicka sempat tersangkut di kursi rotan, dan dia nyaris tersandung sebelum buru-buru menarik ujungnya. “Ya ampun, Pak! Pelan-pelan dikit, baju saya nyangkut, nih!”

Nicholas tidak menoleh. Tidak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Hanya genggaman tangannya yang tetap erat, menuntunnya keluar dari balkon menuju lorong hotel.

Jeanicka mendesah pelan, menyerah pada langkah besar yang menyeretnya. Dia melirik ke tangan Nicholas yang masih menahan erat pergelangannya. Wajahnya panas, dadanya sesak, dan entah kenapa, rasa panik bercampur aneh dengan sesuatu yang lain—sesuatu yang tidak mau ia akui keras-keras.

Langkah mereka terdengar bergema di lantai marmer yang dingin. Lampu-lampu lorong memantulkan bayangan tubuh mereka, seakan seluruh hotel sedang jadi saksi bisu. Nicholas berjalan tegak, langkahnya panjang dan stabil, sama sekali tidak terpengaruh oleh protes atau tarikan kecil Jeanicka. Dia menoleh kanan-kiri, melihat tamu hotel sesekali melirik mereka dengan penasaran. Ya Tuhan, mereka pasti mikir aku cewek nakal yang kabur sama sugar daddy. Pipinya semakin panas.

"Pak, kita mau ke mana sih ini?" Jeanicka coba bertanya sekali lagi. Dan Nicholas tetap diam, dingin, tidak menoleh ataupun menjawab. Sumpah dah, kalo bukan bos gue, nih orang udah gue tabok dari tadi. Ditanya baik-baik, bukannya jawab, malah nyeret-nyeret begini! Jeanicka merutuk dalam hati.

Tatapan para tamu hotel dan staf semakin menusuk, ditambah langkah Nicholas yang panjang tidak bisa diimbangi oleh Jeanicka yang mengenakan stilleto. Dia sesekali mengaduh dan hampir tersandung karpet hotel, tapi Nicholas tetap menariknya. Sampai akhirnya, mereka hampir tiba di pintu aula hotel tempat reuni berlangsung. Nicholas melambatkan langkahnya dan Jeanicka akhirnya bisa mengimbangi. Setelah sedikit merapikan rambut dan gaunnya, Jeanicka menggandeng Nicholas masuk ke dalam aula hotel, berharap tidak berpapasan dengan dua sejoli Helena-Bobby lagi untuk sisa malam ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 8

    “Apakah ada yang lebih penting dari pekerjaan untuk dibicarakan pagi ini?”Suara itu dalam, dingin, dan bergema ke setiap sudut lantai 12. Seketika, semua bisik-bisik yang tadi meriah seperti pasar malam langsung padam. Seolah tombol mute ditekan bersamaan.Tidak ada yang berani menoleh. Tidak ada yang berani bernapas terlalu keras. Nicholas tidak perlu teriak, tidak perlu marah. Tatapan matanya saja sudah cukup untuk membungkam satu lantai penuh karyawan.Matanya bergerak perlahan, menyapu barisan demi barisan meja kerja. Seperti spotlight yang mencari tersangka di panggung gelap. Dan akhirnya, berhenti di satu titik.Jeanicka.Jantung Jeanicka seakan berhenti berdetak. Tenggorokannya kering, lidahnya seperti menempel di langit-langit mulut. Ia menelan ludah dengan susah payah, pipinya panas sampai rasanya bisa masak telur dadar.Tatapan itu terlalu lama. Terlalu menusuk.Baru setelah Nicholas mengalihkan pandangan, melangkah lagi dengan langkah mantap menuju lift, Jeanicka bisa bern

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 7

    Begitu sampai di lobi gedung PT. Orama Group, suasana terasa agak aneh. Biasanya pagi-pagi suasana sudah ramai dengan karyawan yang lalu-lalang sambil menenteng kopi, tapi kali ini ada bisik-bisik kecil yang sepertinya… aneh.Jeanicka langsung menyadarinya, apalagi setelah mereka masuk lift. Beberapa orang sempat melirik, terus buru-buru berbisik ke temannya. Stacy yang sadar pertama kali langsung menyikut lengan Jeanicka pelan.“Eh, lo sadar nggak? Orang-orang pada bisik-bisik kalo ngeliat lo.”Jeanicka panik setengah mati. “Ya Tuhan… jangan bilang gosipnya udah nyebar sampai sini.”“Udah jelas lah.” Stacy menatap dengan ekspresi gue-udah-bilang. “Pantes tadi di Transjakarta ada dua anak magang Orama yang ikutan bisik-bisik sambil liatin layar HP. Fix, itu pasti foto lo.”Jeanicka rasanya hampir pingsan di tempat. “Gue nggak siap, Stace. Sumpah gue nggak siap.”Stacy malah ngakak. “Ya lo siap nggak siap, reality show lo udah mulai, Jean.”Lift berhenti di lantai 12. Pintu terbuka, da

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 6

    “Stace, gue pamit dulu ya. Ada urusan sama Nicholas,” ucap Jeanicka sambil mencoba terlihat santai, padahal jantungnya sudah kayak marching band—suaranya membuat kupingnya sendiri panas.Stacy langsung sumringah, senyumnya seterang lampu sorot panggung konser. “Oke, oke! Jangan khawatirin gue, Jean. Enjoy your date, lovebirds!” Dia bahkan melambaikan tangan dengan gaya drama ala sinetron, lengkap dengan ekspresi sok haru.Jeanicka mau protes, lidahnya sudah siap menembak kalimat “bukan date, oi!” tapi belum sempat. Nicholas sudah menggandeng tangannya lagi, langkahnya mantap, aura garangnya membuat orang-orang yang melihat otomatis menyingkit. Beberapa kepala bahkan menoleh penasaran, bisik-bisik kecil mulai terdengar di antara para tamu.Mereka melewati ballroom dengan cahaya lampu kristal yang berkilauan, musik pesta yang masih riuh. Kontras dengan suasana hati Jeanicka yang justru makin kacau. Setiap langkah terasa bagaikan spotlight yang menempel di kepalanya. Dia bisa merasakan t

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 5

    “Sekarang kamu ikut saya.”Kalimat itu jatuh begitu saja dari bibir Nicholas. Dingin. Datar. Tanpa drama. Tapi buat Jeanicka—itu seperti sirene bahaya, alarm kebakaran, bahkan trompet kiamat.“I-ikut, Pak?” Jeanicka terlonjak dari kursi rotan, tubuhnya nyaris terpeleset kalau saja tangannya tidak cepat-cepat meraih sandaran. “Tunggu, tunggu. Ikut ke mana, Pak?”Nicholas menatapnya lurus. Diam. Tidak berkedip.Jeanicka langsung panik. “Oke, saya tahu saya bilang bakal lakuin apa aja buat Bapak. Apa pun. Iya, iya. Tapi itu bukan berarti saya mau melakukan segala tindakan kriminal, Pak! Saya tegasin, bukan Tindakan kriminal!”Mata Nicholas masih menusuk, dingin seperti es Arktik.“Kriminal tuh bahaya, Pak. Serius. Saya nggak mau jadi kaki tangan drug dealer. Jangan-jangan Bapak tuh sebenernya bukan CEO, tapi gembong narkoba? Hah? Orama Group cuman kedok doang? Astaga… saya nggak siap masuk BNN list.”Nicholas tidak menjawab. Tatapannya lurus, menusuk, seakan menembus sampai ke dasar piki

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 4

    Suasana aula yang tadinya ramai dengan musik dan obrolan ringan mendadak terasa lebih berat. Beberapa pasang mata sudah sempat melirik sejak Helena terus melontarkan komentar sinisnya. Jeanicka berusaha tetap tenang di samping Nicholas, tapi hatinya jelas bergemuruh. Sedikit saja salah sikap, Helena pasti akan semakin puas menginjak harga dirinya.Nicholas masih dengan tenang merengkuh pinggang Jeanicka, seakan tak terganggu. Tatapannya dingin, Netra hitam itu sekali-sekali melirik ke arah Helena dan Bobby.“Sayang,” suara Nicholas terdengar rendah, cukup jelas terdengar oleh mereka yang berdiri dekat, “Kita mau pergi aja?”Jeanicka menoleh spontan. Suara itu terdengar lembut. Sementara itu, Helena terperangah mendengar Nicholas menyebut Jeanicka dengan panggilan penuh kepemilikan. Bobby yang sedari tadi memasang wajah jengah hanya menghela napas panjang, seolah makin malas mendengar perdebatan yang tak berkesudahan.Tanpa memberi kesempatan Helena membalas, Nicholas menggandeng tanga

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 3

    Aula hotel malam itu penuh dengan cahaya lampu gantung yang berkilau. Suara gelas beradu dengan denting musik live band, tawa dan obrolan bercampur jadi satu. Namun, di sudut tertentu, atmosfer berbeda mulai terbentuk. Semua berawal dari satu kalimat Helena yang menusuk.“Serius nih, Jean? Lo mau bikin kita percaya kalo cowok ini pacar lo?” Helena melipat tangan di dada, matanya menelusuri Nicholas dari kepala sampai kaki. “Please deh. Lo pikir bisa ngibulin orang segampang itu?”Jeanicka tersenyum kaku. “Kenapa nggak? Lo tanya langsung aja, kalau nggak percaya.”Helena tertawa pendek, suara tawanya cukup nyaring sampai membuat dua orang di meja sebelah menoleh. “Ya ampun, lo masih aja sama kayak dulu, ya. Suka ngayal. Dari dulu juga kerjaannya cuma ngekorin orang. Gue nggak habis pikir aja, cowok setipe Mas Nicholas mau sama lo. Ngaca, Jean.”Jeanicka menegakkan bahu. “Helena, hidup gue bukan urusan lo. Kalau lo nggak percaya, itu masalah lo.”“Masalah gue?” Helena mendengus, lalu me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status