แชร์

Bab 4

ผู้เขียน: Bluebell Everose
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-29 17:24:48

Suasana aula yang tadinya ramai dengan musik dan obrolan ringan mendadak terasa lebih berat. Beberapa pasang mata sudah sempat melirik sejak Helena terus melontarkan komentar sinisnya. Jeanicka berusaha tetap tenang di samping Nicholas, tapi hatinya jelas bergemuruh. Sedikit saja salah sikap, Helena pasti akan semakin puas menginjak harga dirinya.

Nicholas masih dengan tenang merengkuh pinggang Jeanicka, seakan tak terganggu. Tatapannya dingin, Netra hitam itu sekali-sekali melirik ke arah Helena dan Bobby.

“Sayang,” suara Nicholas terdengar rendah, cukup jelas terdengar oleh mereka yang berdiri dekat, “Kita mau pergi aja?”

Jeanicka menoleh spontan. Suara itu terdengar lembut. Sementara itu, Helena terperangah mendengar Nicholas menyebut Jeanicka dengan panggilan penuh kepemilikan. Bobby yang sedari tadi memasang wajah jengah hanya menghela napas panjang, seolah makin malas mendengar perdebatan yang tak berkesudahan.

Tanpa memberi kesempatan Helena membalas, Nicholas menggandeng tangan Jeanicka. Gerakannya mantap, seakan mengikat janji tak kasatmata: dia tidak akan membiarkan perempuan di sampingnya dipermalukan lebih jauh.

Baru beberapa langkah, Nicholas tiba-tiba berhenti. Tubuh tingginya berbalik. Sorot matanya kini menusuk langsung ke arah Helena. Tatapan dingin itu memaku semua orang yang melihatnya. Suasana di sekitar meja mereka mendadak hening.

“Saya hanya akan bicara satu kali.” Suaranya tenang, tapi penuh wibawa, nyaris seperti cambuk. “Jeanicka adalah pacar saya.”

Helena terdiam, bibirnya terbuka tapi tak ada suara keluar.

Helena, yang biasanya lantang, hanya bisa menelan ludah. Tatapan Nicholas terlalu menusuk, terlalu mendominasi untuk ia lawan.

Jeanicka sendiri merasa tubuhnya merinding. Seumur hidup, belum pernah ada yang membela dirinya dengan cara setegas itu. Ada perasaan campur aduk antara terharu, kaget, sekaligus... hangat. Genggaman tangan Nicholas di tangannya semakin erat, seakan ingin menegaskan: kau aman bersamaku.

Stacy, yang sedari tadi berdiri agak jauh, buru-buru menghampiri. “Jean, tungguin gue!” katanya sambil tergesa mengekor. Ekspresinya terlihat canggung, antara ingin mendukung sahabatnya sekaligus ingin menjauh dari medan ledakan antara Helena dan Nicholas.

Helena masih terpaku di tempatnya. Tangannya mengepal di sisi gaun, rahangnya mengeras. Ia benci perasaan ditundukkan di depan banyak orang. Tapi, entah kenapa, sorot mata Nicholas masih membekas dalam kepalanya. Dingin. Tegas. Tak memberi ruang untuk membantah.

Bobby menghela napas sekali lagi. “Helena...” ucapnya pelan, setengah kesal, “gue udah bilang jangan kebangetan.”

Helena menoleh cepat, matanya melotot. “Lo diem aja deh, Bob!” Tapi suaranya jelas bergetar, kehilangan kekuatan yang biasa ia gunakan untuk menjatuhkan orang lain.

***

Udara balkon terasa lebih sejuk dibanding riuhnya aula. Lampu taman di halaman hotel berkelip, angin malam berembus lembut, tapi jantung Jeanicka masih berdentum kencang. Nicholas belum melepaskan genggamannya di pinggangnya, membuat Jeanicka kaku sekaligus... anehnya, aman.

Stacy mendesah, berdiri di belakang mereka. “Jean, gue tinggal dulu ya. Ada temen seangkatan yang belum gue sapa.” Tatapannya bergantian ke Jeanicka dan Nicholas, lalu melengkungkan senyum geli sebelum kabur. “Enjoy, lovebirds.”

Jeanicka refleks ingin protes, tapi Stacy sudah lenyap ke balik pintu kaca. “Astaga...” gumamnya sambil mengusap wajah.

Matanya menoleh pada sosok pria jangkung di hadapannya. Sial, jangankan berterima kasih, Nicholas bahkan tidak meliriknya sedikit pun. Hanya tatapan kosong ke arah kota yang gemerlap.

“Pak Nicholas,” Jeanicka memberanikan diri membuka suara. “Makasih banyak tadi udah ngebantu saya. Serius, kalau nggak ada Bapak, saya udah remuk dihajar Helena.”

Nicholas menoleh sepersekian detik, lalu kembali ke pemandangan kota. “Tidak perlu berterima kasih.”

Jeanicka mengerjap. “Eh, tapi kan Bapak bener-bener udah nyelametin muka saya barusan. Itu keren banget lho. Sumpah, akting Bapak barusan tuh… kelas Oscar.”

Nicholas menoleh lagi, kali ini sedikit lebih lama. “Saya tidak sedang akting. Saya hanya melakukan apa yang harus dilakukan.” Nadanya datar, nyaris menampar semangat Jeanicka yang tadinya berusaha mencairkan suasana.

Jeanicka terdiam, bibirnya terbuka lalu tertutup lagi. “Oke… noted. Jadi, Bapak memang aktor natural,” celetuknya lirih, berusaha menutupi rasa kikuk.

Nicholas tidak menanggapi. Tangannya menyelip di saku celana, tubuh tegak sempurna, mata hitamnya tak berubah, tetap dingin.

Jeanicka mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. “Ya ampun… saya masih gemeteran. Tadi tuh rasanya kayak main drama dadakan. Udah gitu lawan mainnya CEO Orama Group. Gimana nggak beban coba?”

Masih tak ada reaksi.

Jeanicka mengangkat alis, menatapnya dari kursi. “Pak, Bapak tuh sadar nggak, tadi pas merengkuh pinggang saya, jantung saya hampir copot? Itu udah melampaui lembur semalaman, sumpah. Bonusnya mana?”

Nicholas hanya menghela napas tipis, sama sekali tidak menoleh.

Jeanicka makin frustasi. “Oke, noted lagi. Bapak ini bukan cuma CEO, tapi juga manusia es. Kalau dilempar ke padang gurun pun pasti masih adem.”

Hening sejenak. Hanya suara angin malam yang terdengar.

Jeanicka akhirnya bersandar, menatap langit, lalu bergumam sendiri, “Tapi tetep aja… terima kasih, Pak. Serius. Saya nggak tau harus gimana kalau tadi Bapak nggak muncul.”

Nicholas baru bergerak. Tubuhnya berbalik, langkahnya menghampiri Jeanicka yang masih duduk. Jeanicka otomatis menegang, menatapnya dengan campuran gugup dan penasaran.

Pria itu berhenti tepat di hadapannya, menunduk sedikit hingga sorot matanya jatuh langsung ke mata Jeanicka. Tidak ada senyum, tidak ada kelembutan—hanya dingin yang menusuk.

“Sekarang kamu ikut saya.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 8

    “Apakah ada yang lebih penting dari pekerjaan untuk dibicarakan pagi ini?”Suara itu dalam, dingin, dan bergema ke setiap sudut lantai 12. Seketika, semua bisik-bisik yang tadi meriah seperti pasar malam langsung padam. Seolah tombol mute ditekan bersamaan.Tidak ada yang berani menoleh. Tidak ada yang berani bernapas terlalu keras. Nicholas tidak perlu teriak, tidak perlu marah. Tatapan matanya saja sudah cukup untuk membungkam satu lantai penuh karyawan.Matanya bergerak perlahan, menyapu barisan demi barisan meja kerja. Seperti spotlight yang mencari tersangka di panggung gelap. Dan akhirnya, berhenti di satu titik.Jeanicka.Jantung Jeanicka seakan berhenti berdetak. Tenggorokannya kering, lidahnya seperti menempel di langit-langit mulut. Ia menelan ludah dengan susah payah, pipinya panas sampai rasanya bisa masak telur dadar.Tatapan itu terlalu lama. Terlalu menusuk.Baru setelah Nicholas mengalihkan pandangan, melangkah lagi dengan langkah mantap menuju lift, Jeanicka bisa bern

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 7

    Begitu sampai di lobi gedung PT. Orama Group, suasana terasa agak aneh. Biasanya pagi-pagi suasana sudah ramai dengan karyawan yang lalu-lalang sambil menenteng kopi, tapi kali ini ada bisik-bisik kecil yang sepertinya… aneh.Jeanicka langsung menyadarinya, apalagi setelah mereka masuk lift. Beberapa orang sempat melirik, terus buru-buru berbisik ke temannya. Stacy yang sadar pertama kali langsung menyikut lengan Jeanicka pelan.“Eh, lo sadar nggak? Orang-orang pada bisik-bisik kalo ngeliat lo.”Jeanicka panik setengah mati. “Ya Tuhan… jangan bilang gosipnya udah nyebar sampai sini.”“Udah jelas lah.” Stacy menatap dengan ekspresi gue-udah-bilang. “Pantes tadi di Transjakarta ada dua anak magang Orama yang ikutan bisik-bisik sambil liatin layar HP. Fix, itu pasti foto lo.”Jeanicka rasanya hampir pingsan di tempat. “Gue nggak siap, Stace. Sumpah gue nggak siap.”Stacy malah ngakak. “Ya lo siap nggak siap, reality show lo udah mulai, Jean.”Lift berhenti di lantai 12. Pintu terbuka, da

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 6

    “Stace, gue pamit dulu ya. Ada urusan sama Nicholas,” ucap Jeanicka sambil mencoba terlihat santai, padahal jantungnya sudah kayak marching band—suaranya membuat kupingnya sendiri panas.Stacy langsung sumringah, senyumnya seterang lampu sorot panggung konser. “Oke, oke! Jangan khawatirin gue, Jean. Enjoy your date, lovebirds!” Dia bahkan melambaikan tangan dengan gaya drama ala sinetron, lengkap dengan ekspresi sok haru.Jeanicka mau protes, lidahnya sudah siap menembak kalimat “bukan date, oi!” tapi belum sempat. Nicholas sudah menggandeng tangannya lagi, langkahnya mantap, aura garangnya membuat orang-orang yang melihat otomatis menyingkit. Beberapa kepala bahkan menoleh penasaran, bisik-bisik kecil mulai terdengar di antara para tamu.Mereka melewati ballroom dengan cahaya lampu kristal yang berkilauan, musik pesta yang masih riuh. Kontras dengan suasana hati Jeanicka yang justru makin kacau. Setiap langkah terasa bagaikan spotlight yang menempel di kepalanya. Dia bisa merasakan t

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 5

    “Sekarang kamu ikut saya.”Kalimat itu jatuh begitu saja dari bibir Nicholas. Dingin. Datar. Tanpa drama. Tapi buat Jeanicka—itu seperti sirene bahaya, alarm kebakaran, bahkan trompet kiamat.“I-ikut, Pak?” Jeanicka terlonjak dari kursi rotan, tubuhnya nyaris terpeleset kalau saja tangannya tidak cepat-cepat meraih sandaran. “Tunggu, tunggu. Ikut ke mana, Pak?”Nicholas menatapnya lurus. Diam. Tidak berkedip.Jeanicka langsung panik. “Oke, saya tahu saya bilang bakal lakuin apa aja buat Bapak. Apa pun. Iya, iya. Tapi itu bukan berarti saya mau melakukan segala tindakan kriminal, Pak! Saya tegasin, bukan Tindakan kriminal!”Mata Nicholas masih menusuk, dingin seperti es Arktik.“Kriminal tuh bahaya, Pak. Serius. Saya nggak mau jadi kaki tangan drug dealer. Jangan-jangan Bapak tuh sebenernya bukan CEO, tapi gembong narkoba? Hah? Orama Group cuman kedok doang? Astaga… saya nggak siap masuk BNN list.”Nicholas tidak menjawab. Tatapannya lurus, menusuk, seakan menembus sampai ke dasar piki

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 4

    Suasana aula yang tadinya ramai dengan musik dan obrolan ringan mendadak terasa lebih berat. Beberapa pasang mata sudah sempat melirik sejak Helena terus melontarkan komentar sinisnya. Jeanicka berusaha tetap tenang di samping Nicholas, tapi hatinya jelas bergemuruh. Sedikit saja salah sikap, Helena pasti akan semakin puas menginjak harga dirinya.Nicholas masih dengan tenang merengkuh pinggang Jeanicka, seakan tak terganggu. Tatapannya dingin, Netra hitam itu sekali-sekali melirik ke arah Helena dan Bobby.“Sayang,” suara Nicholas terdengar rendah, cukup jelas terdengar oleh mereka yang berdiri dekat, “Kita mau pergi aja?”Jeanicka menoleh spontan. Suara itu terdengar lembut. Sementara itu, Helena terperangah mendengar Nicholas menyebut Jeanicka dengan panggilan penuh kepemilikan. Bobby yang sedari tadi memasang wajah jengah hanya menghela napas panjang, seolah makin malas mendengar perdebatan yang tak berkesudahan.Tanpa memberi kesempatan Helena membalas, Nicholas menggandeng tanga

  • Pak Bos, Mau Jadi Pacar Bohongan?   Bab 3

    Aula hotel malam itu penuh dengan cahaya lampu gantung yang berkilau. Suara gelas beradu dengan denting musik live band, tawa dan obrolan bercampur jadi satu. Namun, di sudut tertentu, atmosfer berbeda mulai terbentuk. Semua berawal dari satu kalimat Helena yang menusuk.“Serius nih, Jean? Lo mau bikin kita percaya kalo cowok ini pacar lo?” Helena melipat tangan di dada, matanya menelusuri Nicholas dari kepala sampai kaki. “Please deh. Lo pikir bisa ngibulin orang segampang itu?”Jeanicka tersenyum kaku. “Kenapa nggak? Lo tanya langsung aja, kalau nggak percaya.”Helena tertawa pendek, suara tawanya cukup nyaring sampai membuat dua orang di meja sebelah menoleh. “Ya ampun, lo masih aja sama kayak dulu, ya. Suka ngayal. Dari dulu juga kerjaannya cuma ngekorin orang. Gue nggak habis pikir aja, cowok setipe Mas Nicholas mau sama lo. Ngaca, Jean.”Jeanicka menegakkan bahu. “Helena, hidup gue bukan urusan lo. Kalau lo nggak percaya, itu masalah lo.”“Masalah gue?” Helena mendengus, lalu me

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status