Share

Bab 27

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-07-30 09:08:23

"Apakah kamu sudah menyelidiki Ray?" tanyanya cepat.

"Sudah, Tuan," jawab Cahyo di seberang sana. "Ray memang mendapat laporan dari tim penyelidik dan hanya menyampaikannya apa adanya. Tidak ada yang mencurigakan dari dia, dan saya sedang menelusuri lebih lanjut alasan kenapa laporan awal mengatakan CCTV rusak."

Deon mengepalkan tangan. Napasnya mulai memburu lagi. "Baik. Saya mau hal itu tuntas, Cahyo. Jangan ada celah."

"Siap, Tuan. Lalu, apa yang harus saya lakukan terhadap Ray?"

"Kirim dia ke Malaysia," ucap Deon dingin. "Tempatkan dia di kantor cabang dan awasi dengan ketat. Aku tidak butuh orang gagal di sekelilingku."

"Baik, Tuan."

"Belikan makan malam untuk kami bertiga!"

"Baik, Tuan."

Panggilan berakhir. Deon menurunkan ponselnya pelan, baru saja hendak menyelipkannya ke saku jas ketika suara langkah berat disertai ketukan tongkat terdengar dari ujung lorong. Ia menoleh.

Seorang pria tua dengan jas gelap dan waj

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 161

    Jannah menunduk, wajahnya kaku. Ia mencoba menarik napas panjang, tapi dadanya terasa sesak. Seolah-olah dinding kamar menyempit, menekan tubuhnya tanpa ampun.“Baiklah, sudah selesai. Infusnya sudah lancar. Tensi Nyonya juga bagus. Detak janin juga normal. Perban di wajah sudah diganti. Nyonya istirahat saja, jangan banyak pikiran.” Perawat itu menepuk pelan punggung tangan Jannah sebelum keluar, meninggalkan kamar sementara satu perawat lainnya masih membersihkan sisa perban yang dibuka tadi."Jangan terlalu dipikirkan apa kata orang. Mereka tidak mengalami apa yang Nyonya alami saat ini. Saya bisa mengerti, semua itu tidak mudah. Nyonya pasti sudah pergi bila tidak memikirkan situasi tanpa pendapatan tetap. Bagaimana wanita bisa bertahan hidup, bukan? Oh ya, sarapan akan diantar sebentar lagi, permisi," ucap perawat yang terakhir pergi seraya memberikan senyum dengan ramah dan menepuk kecil bahu Jannah seolah-olah sedang memberi kekuatan.Begitu p

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 160

    Deon menarik napas panjang, dadanya sesak mendengar kata-kata itu. Ada sesuatu yang ingin ia jawab, tapi lidahnya kelu. Ia hanya bisa mengusap tangan Bella lebih erat, seolah jawaban itu tersimpan dalam genggamannya.Keheningan di ruang rawat itu begitu menekan. Deon tetap diam, matanya menatap Bella tanpa sepatah kata pun. Hanya genggamannya yang terasa hangat, tapi tak ada jawaban atas pengakuan cinta yang keluar dari bibir Bella.Air mata Bella mengalir semakin deras. Rasa sakit di tubuhnya seakan tak sebanding dengan perih di hatinya karena keheningan Deon. Dengan tenaga yang tersisa, ia mencoba mendorong selimut dan menggerakkan tubuhnya turun dari ranjang.“Aku tahu… aku tahu kau tidak menginginkanku… tapi aku tidak peduli! Aku lebih baik mati daripada tidak ada di sisimu!” suaranya parau, penuh kepanikan."Kumohon, jangan lagi kau selamatkan diriku!"Deon segera berdiri dan menahan tubuh Bella yang gemetar. “B

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 159

    Tangannya meremas pelan jemari Alfie yang terkulai, lalu menatap pintu operasi dengan mata merah. Di balik sana, Bella masih berjuang. Di dalam dirinya, Jannah masih menunggu. Dan di pangkuannya kini, Alfie tertidur dengan hati yang porak-poranda.Deon menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar tidak tahu harus melangkah ke arah mana.Dia bahkan jijik melihat kondisnya yang tergantung di tengah-tengah dua wanita."Apa artinya cinta bila tidak bisa saling memiliki?" Deon tertawa saat menanyakan kepada dirinya sendiri.Tiba-tiba, lampu merah di atas pintu operasi akhirnya padam. Pintu berayun terbuka, seorang dokter keluar dengan wajah letih namun tenang.“Operasi berjalan lancar. Tidak ada pendarahan serius di kepala. Namun… tulang kaki dan tangannya harus dipasang pen, jadi proses pemulihan akan memakan waktu cukup lama. Untuk saat ini, pasien masih dalam pengaruh bius. Nanti jika sudah sadar, k

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 158

    Mereka diam, seolah sedang menunggu Kenzi bangkit untuk melanjutkan pertandingan, namun akhirnya mereka kecewa saat wasit menyatakan 'selesai'.Vincent berdiri goyah, hampir jatuh, tubuhnya sendiri sudah penuh luka. Ia bisa merasakan setiap bagian tubuhnya berteriak kesakitan, bahu yang patah membuat lengannya nyaris lumpuh. Lutut yang sudah tidak utuh lagi susunan tulangnya membuat dia tidak mampu berdiri tegak. Tapi tatapannya tetap tegak, mengarah pada Kenzi yang tidak lagi bangun. Bersiap untuk melayangkan tendangan mematikan lainnya bila pria itu berhasil bangkit lagi.Penonton menahan napas. Beberapa diplomat di tribun bahkan berdiri, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Ayah Vincent dan perdana menteri Jepang menyaksikan semuanya tanpa mampu berkata banyak.Kenzi membuka mulut, terdengar suara lirih seperti rintihan, namun matanya tetap terpejam. Ia tidak sanggup bangkit lagi. Dari dalam tubuhnya, ia bisa merasakan tulang-tulang patah,

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 157

    Vincent menahan langkahnya sendiri, menatapnya tanpa gentar. “Kalau begitu buktikan. Kita bertarung di ajang internasional ini. Siapa yang menang… dialah yang layak mendampingi Naila.”Sorot mata Kenzi semakin tajam saat merasakan ejekannya tidak ditanggapi Vincent dengan serius, tapi bibirnya terangkat penuh kesombongan. “Baik. Taruhannya jelas. Kalau aku yang menang, kau harus pergi dan menyerahkan Naila padaku. Tapi kalau kau menang… aku akan memberikan dia padamu.”"Toh, dia hanya pakaian bekas yang pernah kupakai... berulang kali," lanjutnya dengan tertawa kekeh.Vincent memicingkan matanya dan mengepalkan kedua tangannya di samping badang erat-erat.“Aku terima,” Vincent menunduk sedikit, suaranya serak tapi mantap. “Karena bagiku, Naila bukan sekadar taruhan. Dia hidupku. Kau tidak layak!”Kenzi terdiam sepersekian detik, lalu tertawa lantang. “Kalau begitu mari kita lihat,

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 156

    Pintu kamar terbuka perlahan. Deon masuk dengan wajah letih, langkahnya berat seakan menanggung seluruh beban dunia. Pandangannya langsung jatuh pada Jannah yang meringkuk di ranjang, memeluk diri sendiri dengan mata sembab."Jannah..." panggilnya lembut. Namun, Jannah tidak menyahut.Hatinya mencelos. Tanpa pikir panjang, ia melangkah mendekat dan ingin memeluk istrinya, mencoba memberi sedikit penguatan, meski dirinya sendiri hampir roboh.Namun sebelum pelukan itu sempat terwujud, terdengar ketukan di pintu.Tok… tok…Pintu terbuka, seorang perawat masuk dengan wajah serius. “Tuan, dokter sudah keluar dari ruang UGD dan mencarimu.”Deon terdiam, menoleh sebentar. Namun sebelum ia sempat menjawab, suara Jannah terdengar lebih dulu.“Pergilah.” Jannah menunduk, menatap kedua tangannya yang menggenggam perutnya tadi.Suaranya pelan, tapi setiap kata mengiris. “Bella suda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status