Share

3. Harus Kuat

Author: Dewi masitoh
last update Last Updated: 2025-09-08 13:13:47

Yasmine tersentak, ia buru-buru mendorong tubuh Reno agar menjauh. Tapi, senyum tipis yang muncul di wajah Reno justru membuat darahnya mendesir panik. 

“Baik, saya akan menerima tawaran Bapak.” Suara Yasmine terdengar gugup.

“Bagus. Tepat seperti yang saya harapkan darimu.” Reno manipulatif sekali.

“Saya izin pamit pulang, Pak.” Yasmine segara mengambil tasnya yang berada di sofa.

Langkah Yasmine terburu-buru hingga kakinya tersandung. Tubuh Yasmine hampir membentur lantai sebelum Reno refleks berdiri, tatapan Reno ikut menegang. 

“Kamu nggak pa-pa?” tanya Reno sambil berjalan mendekati Yasmine.

Yasmine menggelengkan kepala lalu berdiri sendiri, berjalan kembali meninggalkan Reno. Rasa takut telah merasuki tubuh Yasmine.

Brak …

Pintu tertutup, Yasmine berjalan sedikit tidak jauh dari apartemen Reno. Tiba-tiba Yasmine bersandar di dinding jantungnya berdetak tidak karuan. Yasmine mencoba menenangkan pikirannya sesaat. Sampai di apartemen Yasmine membuang tas ke sembarang tempat lalu merebahkan tubuhnya di atas Ranjang.

“Apa Pak Reno psikopat? Ih, ngeri!” ucap Yasmine menutup wajahnya dengan selimut.

Namun, yang ada dipikiran Yasmine adalah wajah tampan Reno. Adegan yang menegangkan saat Yasmine duduk di pangkuan Reno membuat Yasmine tersenyum tanpa sadar. Sampai Yasmine tertidur masih saja membayangkan Reno.

Bip … bip …

Suara alarm pun berbunyi, hari ini ada Yasmine harus pergi ke kampus lebih pagi. Reno mengirim pesan akan ada bimbingan. Yasmine bangun lalu bersiap.

“Hah! Dosen Nyebelin!” omel Yasmine sambil menutup pintu apartemen.

Beberapa saat kemudian, Yasmine sudah sampai di kampus. Ternyata sampai di sana sudah ada mahasiswa yang bimbingan dengan Reno. Mau tidak mau Yasmine harus menunggu. Yasmine mengamati sekitar begitu ramai mahasiswa lalu-lalang. Yasmine sampai ketiduran, di kursi tunggu kepala Yasmine bersandar tiang penyangga.

Tok … tok …

Sebuah ketukan ringan di kepalanya membuat Yasmine  tersentak. Mata Yasmine lansung melebar, ia buru-buru mengusap sudut bibir—takut ada liur yang menetes. Reno sudah berdiri di depan Yasmine dengan tatapan menusuk.

“Ini kampus, bukan buat tidur.” Reno menatap tajam.

Lagi-lagi Reno membuat Yasmine sulit bernapas. Tatapan Reno seperti ingin memangsa orang saja.

“Maaf, Pak.” Yasmine menunduk.

“Cepat masuk!” titah Reno dengan aura freezer-nya.

Di dalam ruangan Reno, hanya Yasmine yang bimbingan. Yasmine masih bergeming menunggu Reno memulai bimbingan. Mereka berdua sedang berdiskusi. Yasmine mulai rileks, dengan lancar mereka berdiskusi.

“Bagus, judul aman. Besok kamu mulai dari pendahuluan dan lainnya,” ucap Reno datar.

“Baik, Pak.” Yasmine berdiri ingin berpamitan.

“Mau ke mana kamu?” Reno memperhatikan pergerakan Yamine.

“Pulang, Pak. ‘Kan udah selesai.” Yasmine dengan polosnya.

“Duduk!” Nada suara Reno meninggi membuat Yasmine refleks duduk dengan tenang. “Saya akan memberi tahu tentang keluargaku. Keluargaku itu kelas atas, harus perempuan yang layak di sampingku baru keluargaku menyetujui hubungan kita.”

“Jadi?” Tiba-tiba Yasmine cengo.

“Ya, kamu harus mengimbangi keluargaku, tata cara makan pakai pisau dan garpu,” jelas Reno. “Itu hanya hal dasar.” Reno pun mulai menjelaskan apa yang disukai keluarganya ataupun tidak.

Yasmine mendengarkan dengan saksama. Reno mengamati wajah Yasmine sangat serius.

“Baik, Pak.” Yasmine mulai memahami.

“Temui saya nanti malam di Butik Permata, jam 7 malam.” Reno berdiri lalu pergi lebih dahulu.

“Hah! Sialan!” gerutu Yasmine menahan amarah. “Bisa-bisanya dia mengaturku!” Yasmine ingin sekali berteriak.

***

Yasmine yang sudah lama menunggu Reno datang. Sampai Yasmine jamuran menunggu Reno. Wajah cantik Yasmine berubah masam, Reno datang tanpa bersalah.

“Kenapa kamu?” tanya Reno datar.

“Nggak pa-pa, Pak.” Yasmine hanya menatap sekilas lalu melihat ke arah lain.

“Ayo, masuk.” Reno kembali ke mode aslinya, dingin bak feezer berjalan.

Sampai di dalam butik, Yasmine terpukau dengan gaun-gaun di sana terlihat mahal. “Bapak yakin, kita mau beli di sini?” Tatapan Yasmine seperti mimpi.

Reno mengerutkan dahinya sambil menatap tajam Yasmine. Yasmine seketika menundukan kepala.

“Kamu kira aku nggak mampu beli gaun di sini?” Reno malah tersinggung.

“Bukan gitu, Pak.” Yasmine dengan polos.

“Jangan khawatir uang saya banyak, mau kamu beli 10 pun, saya mampu membelikan untukmu.” Reno berjalan menyusuri gaun yang cocok.

Yasmine hanya mengekori Reno saja. Dan, akhirnya pelayan membawa beberapa pilihan Reno. Kerennya butik ini, gaun di sini hanya ada satu gaun yang di produksi.

“Coba!” titah Reno yang duduk di sofa.

“Semuanya, Pak?” Mata Yasmine membelalak, apa Reno sudah gila? Gaun-gaun ini harganya setara hidup Yasmine untuk berbulan-bulan. Dan, Reno dengan enteng menyuruhnya mencoba satu per satu.

“Iya, buruan!” Ekspresi wajah Reno berubah serius.

Yasmine segera ke ruang ganti yang dibantu pelayan. Terus menghadap

 Reno jika sudah selesai.

“Skip!” ucap Reno sampai menemukan yang cocok untuk Yasmine.

“Reno Sialan!” batin Yasmine yang menghela napas panjang di hadapan Reno dengan ekspresi kesal.

Reno menyeringai Yasmine saat kembali ke ruang ganti. Yasmine terlihat menarik di mata Reno dengan ekspresi kesalnya.

“Gimana, Pak?” tanya Yasmine sambil tersenyum yang tertahan, ia berharap ini yang terakhir berganti pakaian.

“Lumayan, ini saja. Sama dress pink tadi,” ucap Reno.

Pelayan dengan sigap membungkus apa yang diperintahkan oleh Reno. Yasmine yang sudah memakai pakaiannya kembali lalu menghampiri Reno. 

“Hah … lumayan katanya,” gumam Yasmine, hatinya yang memanas ingin memakan Reno hidup-hidup.

“Ngomong yang jelas,” sahut Reno.

Deg …

Yasmine langsung menoleh ke arah Reno yang terkejut. Reno membalas Yasmine dengan tatapan sulit dimengerti. Jantung Yasmine berdebar ia hanya bergeming sesaat.

“Ini.” Reno memberikan paper bag. “Besok dandan yang cantik, jangan buat  saya malu.”

“I-iya Pak.” Yasmine sampai tergagap karena nervous.

Yasmine pun berpamitan untuk pulang. Reno menyadari sesuatu tentang Yasmine.

“Yasmine!” panggil Reno lalu berjalan  mendekati Yasmine.

Yasmine hanya membalikan tubuhnya saat dipanggil oleh Reno. Tiba-tiba Reno menarik tali rambut Yasmine. Yasmine terkejut hanya matanya menatap Reno, seolah tubuh Yasmine kaku sulit digerakan.

“Kamu cantik dengan rambut terurai.” Bisikan Reno begitu dekat hingga napasnya menyapu telinga Yasmine. Dunia seakan berhenti, hanya ada detak jantung Yasmine yang nyaris meledak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   7. Patah Hati

    “Bicaralah, jangan sungkan. Kita ‘kan teman,” ucap Lusiana dengan santai.“Kamu akan membantuku, ‘kan?” Fira memastikan terlebih dahulu.“Jangan berbelit Fira, bicaralah.” Lusiana datar.“Perjodohan ini harus lancar, Elsa sangat mencintai Reno.” Fira mencoba meyakinkan.“Iya, Tante!” Elsa dengan wajah sok imutnya.“Aku akan coba ya,” balas Lusiana sambil tersenyum entah isi hati Lusiana seperti apa.***“Sayang, aku rindu kamu!” Kenan menyentuh tangan Yasmine

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   6. 50 Miliar

    Yasmine melepaskan tangan Reno dari tangannya, ia menatap sesaat lalu kembali berjalan ke arah sofa. Reno pun mengikuti Yasmine dari belakang.“Saya tidak suka dengan sikap Bapak yang kasar seperti itu.” Terdengar soft spoken suara Yasmine.“Maaf.” Reno bergeming.“Jika tidak ada lagi yang dibicarakan, Bapak boleh pergi,” usir Yasmine tanpa ekspresi.“Aku tadi menemui Papamu.” Reno menatap wajah Yasmine.Yasmine acuh tak acuh saat Reno menatapnya. Rasa takut yang biasanya datang kali ini Yasmine mulai terbiasa dengan tatapan itu.“Lalu?” Tanggapan Yasmine yang santai.Reno kesal melihat tanggapan Yasmine cuek seperti itu. “Papamu meminta 50 miliar, untuk modal perusahaan. Itu saham dariku,” terang Reno.Yasmine merasakan sesak di dada mendengar kata 50 miliar. Yasmine di jual dengan harga fantastis. Reno melihat Yasmine mengepalkan tangan lalu ia meneteskan air mata. Betapa sakit hatinya kepada sang papa.“Apa yang kamu tangisi?” tanya Reno.“Aku muak dengan semua ini, akan aku balas

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   5. Yasmine Mempermainkan Elsa

    “Maaf, Pak! Saya pergi dulu,” pamit Yasmine.“Mau saya antarkan pulang?” tanya Reno.“Nggak perlu, Pak.” Yasmine sedikit membungkukkan tubuhnya tanda menolak dengan halus sebelum pergi.Reno merasa seru selalu membuat Yasmine selalu gugup. Yasmine pun menghilang dari pandangan Reno.***Keesokan harinya, Yasmine sedang bersolek di depan cermin. Yasmine ragu dengan dandannya malam ini terlihat bagus atau tidak di mata Reno. Yasmine segara keluar dari apartemen lalu menunggu pria itu di basement.Tak … tak …Suara langkah heels terdengar jelas di telinga Reno. Yasmine datang dengan menggunakan gaun berwarna hitam dan warna heels berwarna merah. Terlihat elegan dan serasi di tubuh Yasmine. Pria itu yang di dalam mobil terpukau kecantikan Yasmine.“Menarik,” gumam Reno lalu keluar dari dalam mobil.Pria itu menelusuri sosok di hadapannya menatap. Yasmine sudah menebak jika Reno sedang menilai dirinya.“Aku pantas di sampingmu malam ini, Pak?” tanya Yasmine dengan nada manja.“Lumayan ‘lah

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   4. Ciuman yang Panas

    “Maaf, Pak! Saya pergi dulu,” pamit Yasmine.“Mau saya antarkan pulang?” tanya Reno.“Nggak perlu, Pak.” Yasmine sedikit membungkukkan tubuhnya tanda menolak dengan halus sebelum pergi.Reno merasa seru selalu membuat Yasmine selalu gugup. Yasmine pun menghilang dari pandangan Reno.***Keesokan harinya, Yasmine sedang bersolek di depan cermin. Yasmine ragu dengan dandannya malam ini terlihat bagus atau tidak di mata Reno. Yasmine segara keluar dari apartemen lalu menunggu pria itu di basement.Tak … tak …Suara langkah heels terdengar jelas di telinga Reno. Yasmine datang dengan menggunakan gaun berwarna hitam dan warna heels berwarna merah. Terlihat elegan dan serasi di tubuh Yasmine. Pria itu yang di dalam mobil terpukau kecantikan Yasmine.“Menarik,” gumam Reno lalu keluar dari dalam mobil.Pria itu menelusuri sosok di hadapannya menatap. Yasmine sudah menebak jika Reno sedang menilai dirinya.“Aku pantas di sampingmu malam ini, Pak?” tanya Yasmine dengan nada manja.“Lumayan ‘lah

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   3. Harus Kuat

    Yasmine tersentak, ia buru-buru mendorong tubuh Reno agar menjauh. Tapi, senyum tipis yang muncul di wajah Reno justru membuat darahnya mendesir panik. “Baik, saya akan menerima tawaran Bapak.” Suara Yasmine terdengar gugup.“Bagus. Tepat seperti yang saya harapkan darimu.” Reno manipulatif sekali.“Saya izin pamit pulang, Pak.” Yasmine segara mengambil tasnya yang berada di sofa.Langkah Yasmine terburu-buru hingga kakinya tersandung. Tubuh Yasmine hampir membentur lantai sebelum Reno refleks berdiri, tatapan Reno ikut menegang. “Kamu nggak pa-pa?” tanya Reno sambil berjalan mendekati Yasmine.Yasmine menggelengkan kepala lalu berdiri sendiri, berjalan kembali meninggalkan Reno. Rasa takut telah merasuki tubuh Yasmine.Brak …Pintu tertutup, Yasmine berjalan sedikit tidak jauh dari apartemen Reno. Tiba-tiba Yasmine bersandar di dinding jantungnya berdetak tidak karuan. Yasmine mencoba menenangkan pikirannya sesaat. Sampai di apartemen Yasmine membuang tas ke sembarang tempat lalu m

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   2. Godaan Pak Dosen

    “Menurutmu Shita?” goda Yasmine yang sengaja membuat marah.“Jangan pernah kamu menggoda Pak Reno!” ancam Shita—musuh bebuyutan Yasmine. Mereka dari zaman SMA selalu berebut prestasi.“Ha-ha-ha! Pak Reno bukan tipeku,” balas Yasmine.Shita terlihat emosi karena ia menyukai Reno dari dulu. Papa Reno salah satu rekan bisnis papa Shita. Mengapa Shita menyukai Reno. Yasmine enggan meladeni Shita, ia memilih pergi begitu saja.***Keesokan harinya, Yasmine dan Ranti ke kampus untuk mengajukan judul skripsi kepada Reno. Yasmine dan Ranti sudah menunggu Reno di depan ruangannya. Ternyata hari ini Reno tidak ada di kampus. Membuat Yasmine kesalnya setengah mati.“Dosen sialan!” gerutu Yasmine ingin sekali menendang pintu ruangan Reno. “Kamu kenapa sih, kayanya nggak suka banget sama Pak Reno?” tanya Ranti yang penasaran.“Nggak pa-pa. Nggak suka aja,” balas Yasmine.“Awas nanti jatuh cinta loh,” goda Ranti yang asal bicara.“Amit-amit.” Yasmine memilih pulang ke apartemen ketimbang keluyura

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status