MasukDimas mengikuti Reno mereka berdua di dalam lift. Suasana canggung terlihat jelas di antara mereka berdua. Reno mengajak ke taman rumah sakit. Di bawah pohon besar dan rindang.
“Sepi, cocok untuk mengatakan ini di sini,” batin Reno menghentikan langkahnya. “Sudah di sini?” tanya Dimas duduk di kursi di bawah pohon. “Aku mau meminta pertolonganmu,” ucap Reno tanpa basa-basi lagi. “Apa?” Pandangan Dimas ke arah lain. “Bantu Sesil untuk sembuh, Carikan psikiater terbaik.” Reno yang menghadap Dimas. Mata Dimas hanya menuju gadis yang berdiri di depan jendela. Di lantai 5 Sesil berdiri dia menghadap ke arah mereka berdua. “Sebenarnya apa yang dirasakan Gadis itu.” Dimas berdiri menghadap ke arah Reno. “Dia pernah di bully waktu kecil, beberapa waktu lalu, kami terjebak di dalam lift. Dia terkena panic attack. Sampai sulit“Siapa namanya?” tanya Reno penuh selidik.“Farel.” Leo singkat.“Jangan bilang jika dia itu—” Wajah Reno memerah. “Ya, Sintia sudah tidak ada karena sakit.” Leo menjawab santai.“Kamu tidak bercerita ini?!” Reno terkejut mendengar wanita yang pernah ia suka telah tiada.“Buat apa? ‘Kan nggak penting.” Leo memperjelas.“Memang iya sih.” Reno melanjutkan makan.“Sintia siapa?” tanya Yasmine yang kebingungan.“Nggak penting.” Reno dan Leo bersamaan saat menjawab.Sesil menahan tawa membuat Yasmine sakit hati. Ibu hamil pasti sensitif sekali. Yasmine memilih diam ia berpikir cerdas.Setelah makan siang, Yasmine mengajak Sesil ke ruang perpustakaan di rumah itu. Venya mengikuti mereka berdua.Ceklek …“Tutup!” Yasmine menatap tajam ke arah Venya.Deg …Venya dengan cepat menutup pintu lalu menuju lemari buku. Wanita itu berpura-pura mencari buku. Sedangkan, Sesil duduk dengan santai.“Kenapa? Mau tanya tentang Sintia ‘kan?” tebak Sesil telak.“Dia siapa?” tanya Yasmine sedikit gengsi.“D
“Hah! Kenapa?!” Leo sigap.“Sarapan pagi, kita ada acara setelah ini.” Venya tersenyum.“Kamu serius banget pagi ini.” Leo melihat Venya sedikit ada yang berubah.“Aku mau jadi istri-istri orang kaya, yang elegan gitu.” Venya tertawa geli.“Nggak usah aneh-aneh! Kamu nggak perlu jadi orang lain, Sayang. Aku suka kamu apa adanya,” ucap Leo.“Udah ah, kamu gombal terus dari semalam, terlalu manis sakit telingaku.” Venya bergidik geli.***“Ini ada acara apa ya? Kok kalian masakan banyak gitu?” tanya Yasmine yang pergi ke dapur pagi itu.“Katanya ada acara keluarga bahas pernikahan Nona Sesil dan acara rumah baru,” balas Indah.“Astaga, semalam Kak Reno bilang, Bik tolong bantuannya ya. Aku mau pesan sesuatu buat acara nanti siang.” Yasmine naik ke atas untuk mengambil ponsel.Tak … tak … tak …Yasmine menaiki anak tangga. Sampai di depan pintu Yasmine pelan-pelan membuka pintu.Ceklek …Saat terbuka tidak ada di sana. Yasmine masuk ke dalam mencari keberadaan sang suami.“Di mana dia it
“Kamu rapi banget, dari mana?” tanya Vina. “Bukan urusan kamu.” Dimas meninggalkan Vina. Baru berjalan beberapa langkah, Vina melihat Sesil berjalan terburu-buru. Sesil jutek sekali melihat Vina. “Sayang!” panggil Sesil dengan manja sengaja memanasi Vina. “Kenapa?” Dimas dengan lembut menjawab ucapan Sesil. Deg … “Dia selalu kasar denganku,” batin Vina seperti ingin menangis. “Ponsel kamu ketinggalan, jangan lupa besok kita ada acara pertemuan keluarga.” Lagi-lagi Sesil memanasi Vina yang masih berdiri di tempatnya. Sakit, iya tentu saja sakit apa yang dirasakan oleh Vina sekarang. Bertahun-tahun mencintai sosok pria itu. Namun, ia tidak menoleh sedikit pun. Vina lalu pergi dari sana ia berlari. Dimas dan Sesil saling pandang. Dimas tersenyum lalu mengambil ponselnya dari tangan Sesil. “Pulanglah, aku mau lembur dulu,” pamit Dimas pergi lebih dahulu. Sesil hanya diam, setelah kepergian Dimas ia pergi dari sana. Saat di depan pintu utama rumah sakit. Ia melihat Vina berjongk
Reno sampai di rumah baru mereka. Sekitar pukul 18.30 mereka sampai di sana. Reno mencoba membangunkan Yasmine dengan menyentuh pipi wanita itu.“Sayang, bangun. Kita sudah sampai.” Reno menatap wajah Yasmine hanya menggeliat.“Hem!” Yasmine berdeham saja.“Coba buka matamu,” titah Reno lalu membuka pintu.Brak …Yasmine terkejut Reno menutup pintu dengan kencang. Yasmine emosi karena ia merasa Reno tidak sopan. Namun, saat matanya terbuka.“Ya Tuhan!” Yasmine melongo melihat rumah semewah itu di hadapannya.Yasmine keluar dari dalam mobil lalu menatap rumah besar itu. Reno menghampiri Yasmine lalu mengajak masuk.“Ayo, masuk!” ajak Reno.Yasmine masih terdiam mengamati rumah itu. Rumah bergaya eropa modern membuat Yasmine terpukau. Taman depan yang luas membuat Yasmine ingin duduk di kursi panjang yang sudah disiapkan.“Ke sana yuk!” ajak Yasmine menunjuk kursi panjang itu.Mereka berdua berjalan lalu duduk di sana. Bulan bersinar terang dikelilingi bintang. Yasmine bersandar di bahu
“Leo!” panggil Andri sambil memeluk. Rasa haru terlihat jelas di sana. Andri merasa dirinya itu terlalu keras. Sampai menyakiti anak semata wayangnya. “Maafin Leo, Pa!” Leo melepaskan pelukannya. Di sana ada seorang wanita cantik, terlihat itu jika wanita itu sedang dekat dengan Andri. Terlalu muda untuk umur Andri yang tua bangka itu. “Semoga kamu dan istri selalu bahagia!” Andri menepuk pundak Leo. “Iya, Pa.” Leo mengangguk. Venya tersenyum ke arah Andri dan calon istri Andri—Fransiska. Wanita itu membalas senyuman calon menantunya. Acara demi acara dilalui mereka semua. Begitu khidmat acara mereka. Sampai ketika Leo izin ke toilet. “Kamu tidak merindukanku, Leo.” Suara itu terdengar menjijikan bagi Leo. “Kamu wanita murahan sekali.” Leo datar. “Gimana perasaanmu? Melihat aku bersama Papamu?” tanya Fransiska. “Biasa saja.” Leo meninggalkan Fransiska. “Tunggu!” Fransiska meraih tangan Leo agar dia tidak pergi. “Stop! Fransiska!” Leo menghempaskan tangan wanita itu hingga
“Halo, Sayang!” Bella mengusap kepala Lino.“Tante lama banget, dari mana aja sih!” omel Lino sekarang.“Ini Tante ambil Tumbler Tuku kamu, ketinggalan di mobil.” Bella menunjukkan ke arah mereka.“Untung ya, ketinggalan di mobil, bukan di kereta. Ilang nuduh petugasnya. Aduh, ribet.” Yasmine tertawa mengajak bercanda.“Bener banget! Malah merugikan orang lain. Udah dibantu malah begitu. Apalagi dihujat di Konoha ini, emb … takut!” Bella ikut tertawa bersama.“Ehem! Sudah selesai ayo, bayar,” ajak Farel sambil melihat keseruan mereka berdua.“Ah … iya aku lupa di mobil aku ditunggu.” Yasmine langsung berjalan ke kasir.Sampai di kasir Yasmine mulai menaikan barang-barang satu per satu agar dihitung kasir. Kasir dengan cepat menghitung barang wanita itu.“Kak total 455.325 ya!” Kasir memberi tahu.“Wait, Kak!” Yasmine mengambil kartu kredit yang diberi Reno.“Pakai ini aja,” ucap Farel memberikan kartu kreditnya.“Akh! Jangan! Aku ganti.” Yasmine menolak.“Sudah, Pak.” Kasir mengembali







