Share

Bab 3

Author: Liliana
Mobil bentley hitam berhenti di depan sebuah Vila.

Marvel menggendong Violen turun dari mobil, menempatkannya di kursi roda, lalu mendorongnya masuk.

Violen menatap Vila itu dari balik kacamata hitam.

Ini adalah rumah pernikahan mereka. Setelah terpisah lima tahun, kembali melihatnya rasanya seperti dunia yang berbeda.

“Violen, kita sudah sampai di rumah,” bisik Marvel dengan lembut di telinganya.

“Sudah tercium aromanya? Tulip yang dulu kamu tanam untukku, aku selalu merawatnya dengan baik.”

Violen menatap tulip-tulip yang sedang bermekaran di taman depan, indah dan tegak di bawah sinar bulan.

Dia menanam setiap bunga itu untuk Marvel.

Hanya karena Marvel pernah bilang tulip adalah bunga kesukaannya.

Waktu itu, hatinya penuh dengan Marvel. Apapun yang Marvel suka, dirinya pasti akan melakukannya. Dia menanam ratusan, bahkan ribuan tulip untuknya, tanpa perlu bertanya kenapa.

Hingga dirinya koma, Mega selalu membawa setangkai tulip setiap kali berkunjung.

Dengan senyuman manis, Mega berkata di telinganya, “Kak, kamu masih belum tahu, ‘kan? Tulip itu bunga kesukaanku. Setiap kali pergi ke rumah kalian, aku merasa sangat senang.”

Violen merasakan kebencian yang menyusup ke hatinya. Dia meremas satu tulip yang ada di dekatnya hingga patah.

Dia tidak menyesal telah mencintai Marvel selama ini. Dirinya mampu memberi, dirinya juga siap kalah.

Namun, cintanya tidak boleh diinjak-injak seperti ini!

Marvel mendorongnya hingga sampai di depan pintu.

Vila yang dulu dijadikan rumah pernikahan mereka, dari luar hingga dalam, semuanya dirancang sendiri oleh Marvel. Bahkan kunci pintunya dia pilih sendiri, dengan sistem sidik jari.

Duduk di kursi roda, posisi Violen sejajar dengan kunci pintu. Dia langsung reflek mengulurkan tangan ingin menyentuh kunci itu untuk sidik jari, tapi belum tersentuh, tangan panjang dan kuat Marvel sudah menahannya.

Violen bisa merasakan telapak tangan Marvel sedikit berkeringat, dia sedang tegang.

Marvel berkata, “Violen, biar aku saja yang buka.”

Sinar dingin melintas di mata Violen, dia tahu jelas.

Marvel bahkan sudah menghapus sidik jarinya dari kunci pintu…

Violen ingin tertawa, tapi dadanya terasa sesak.

Dia menarik tangan perlahan, menatap Marvel menekan kunci pintu, tapi setelah pintu terbuka, tangan ramping seorang wanita lebih dulu menarik pintunya.

Wanita yang membuka pintu itu tak lain adalah Mega. Tampaknya dia sudah menjadi nyonya di rumah ini!

Violen menahan emosi, meremas tangan di pangkuan agar tidak kehilangan kendali.

Selama lima tahun dia koma, Mega tinggal di rumah pernikahannya, tidur dengan suaminya, bahkan menguasai kedua anaknya?!

Mega awalnya tersenyum manis saat membuka pintu, tapi terkejut saat melihat ada Violen yang duduk di kursi roda.

Senyuman Mega pun membeku.

Violen akhirnya berkata, “Marvel, kenapa? Kenapa belum mendorongku masuk?”

Violen melihat di cermin di dinding depan, Marvel sedang memberi isyarat menyuruh Mega diam dan Mega pun menyadari bahwa Violen tak bisa melihat!

Dia memundurkan langkah dengan tenang, membiarkan Marvel mendorongnya masuk.

“Marvel, Rey dan Rora di mana? Mereka ada di mana?” tanya Violen yang terlihat gelisah.

Saat hamil dulu, Violen sudah menyiapkan nama untuk kedua anaknya.

Kini, dia tidak sempat memikirkan Mega, selingkuhan yang sudah masuk ke rumahnya. Dia hanya ingin segera menemui kedua buah hatinya dan memeluk mereka!

Selama lima tahun ini, dia bertahan hidup hanya dengan mengandalkan cinta untuk kedua anaknya dan akhirnya dirinya sudah sadar sekarang!

Marvel berbisik pelan, “Mereka harus sekolah besok pagi, jadi sudah tidur. Matamu belum pulih, jadi nggak perlu terburu-buru sekarang.”

Di balik kacamata hitamnya, sinar di mata Violen meredup.

Dia tahu betul dirinya tak boleh terlalu cemas, itu akan membuat Marvel curiga.

“Kalau begitu…” Violen baru saja mau bicara, tiba-tiba mendengar suara langkah kaki di tangga.

Tanpa sadar dia menoleh dan melihat Rora dan Rey turun sambil bergandengan tangan.

Kedua anak kecil itu mengenakan baju tidur dan sandal, satu biru dan satu merah muda.

Violen hampir menangis terharu.

“Papa,” panggil Rey. Pandangannya tertuju pada Violen di kursi roda. Dia sepertinya sudah menebak identitasnya, sedikit gugup sambil meremas ujung bajunya, merasa bingung.

Sementara itu, mata Rora berbinar saat melihat Mega.

“Mama Me…” panggilnya, tapi Mega langsung menggelengkan kepala sedikit padanya. Meskipun tidak mengerti, Rora tetap menutup mulutnya dengan patuh.

“Itu Rora dan Rey?” tanya Violen menahan rasa sakit di hatinya, sambil merentangkan tangan ke arah Rey dan Rora, lalu berkata, “Aku mama kalian… ayo sini, bolehkah mama peluk kalian?”

Rora bukan hanya tidak mendekati Violen, tapi malah mundur ketakutan. Hanya Rey yang ragu-ragu sejenak, lalu perlahan mendekati Violen.

Dia dengan hati-hati mengulurkan tangan dan menyentuh wajah Violen dengan lembut, seolah ingin memastikan apakah ini nyata.

“Kamu benaran mama?”

“Iya, sayang. Aku mamanya Rora dan Rey,” jawab Violen dengan lembut.

Dia benar-benar ingin memeluk Rey tanpa peduli apapun, tapi dia takut akan mengejutkan anaknya.

Bagaimanapun juga, bagi Rey dan Rora, dirinya mungkin hanya seorang wanita asing yang tertidur selama lima tahun…

Marvel pun berkata, “Sudahlah, sudah malam. Rey, ajak adikmu kembali ke kamar untuk tidur. Aku bakal jelaskan soal mama pada kalian setelah pulang sekolah besok.”

Rey menatap Violen beberapa kali, lalu berbalik dan bersiap naik.

Akhirnya, Violen pun tak bisa menahan diri dan bertanya, “Rey, bolehkah mama memelukmu?”

Violen memohon, setetes air mata mengalir dari balik kacamata hitamnya.

Rey ragu-ragu untuk waktu yang lama. Saat dia berbalik dan hendak berjalan ke arah Violen, Marvel berkata dengan tegas, “Rey, kembali ke kamarmu.”

Marvel meletakkan tangannya di bahu Violen, lalu berbisik menghiburnya, “Jangan buru-buru, anak-anak sudah kehilangan kamu sejak lahir. Mereka butuh waktu untuk menerimanya.”

Hati Violen terasa dingin.

Marvel sengaja melakukannya!

Dia tidak ingin dirinya dekat dengan kedua anak!

Rey pun sudah menarik Rora naik ke atas. Rora menatap Mega dengan enggan, diam-diam memberinya ciuman terbang.

Pemandangan ini juga dilihat oleh Violen. Dia memejamkan matanya dan hatinya terasa begitu menyakitkan.

Dia bisa membuang pria brengsek ini untuk si pelakor, tapi anak adalah darah dagingnya, tidak ada yang boleh merebutnya!

Setelah kedua anak itu naik ke lantai atas, Marvel pun menggendong Violen kembali ke kamar dan membaringkannya di ranjang.

Foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding sudah diturunkan, tergeletak begitu saja di sudut, ditutupi selembar kain yang tepat menutupi wajah Violen.

Violen pun mencibir dalam hati.

Sepertinya Marvel sudah sangat muak dengannya, sampai-sampai tidak tahan melihat fotonya.

“Violen, istirahatlah dulu aku harus selesaikan beberapa pekerjaan di ruang kerja,” ujar Marvel dengan lembut dan penuh perhatian, lalu berbalik dan keluar.

“Marvel,” panggil Violen tiba-tiba, lalu melanjutkan, “Kamu tahu apa bunga kesukaanku?”

Marvel agak terkejut, sepertinya tak menyangka Violen akan tiba-tiba menanyakan hal itu, tapi dia pun segera kembali normal.

“Tentu saja aku tahu,” jawabnya dengan percaya diri, lalu melanjutkan, “Kamu paling suka bunga tulip, karena apa yang aku suka, kamu juga suka.”

Dia menambahkan lagi, “Violen, kamu selalu begitu.”

Violen pun tersenyum tipis dan menjawab, “Iya, aku selalu begitu.”

Selalu menyukai apa yang Marvel suka, menjadikan Marvel sebagai pusat hidupnya, selalu menempatkan dirinya di belakang.

Sungguh bodoh!

Begitu pintu tertutup, senyuman di wajah Violen pun menghilang sepenuhnya.

Tentu saja dia tidak percaya kalau Marvel ke ruang kerja.

Violen dengan susah payah menurunkan kedua kakinya ke lantai. Dia berpegangan pada dinding, berdiri pelahan, menggerakkan kakinya dan berjalan menuju jendela.

Setiap gerakannya terasa sangat menyakitkan.

Violen menghabiskan lima menit untuk menempuh jarak sepuluh meter. Dia bahkan sampai berkeringat dingin saking sakitnya.

Begitu sampai di jendela, dia melihat pemandangan Mega dan Marvel berpelukan di bawah cahaya bulan…
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 25

    Marvel sedang berada di ruangan kantor. Dia baru saja membantu Mega mengobati punggung tangannya yang memerah karena terjepit. Tiba-tiba, ponsel di sampingnya bergetar.Marvel mengambilnya, sekilas melihat pesan dari Wiliam, dia pun langsung merasa tak tahu harus bilang apa.Wiliam memang sudah lama meremehkan Violen. Jadi, Marvel juga tak menanggapinya, hanya meletakkan ponselnya begitu saja.Hanya waktu sebentar, Mega sudah dengan cekatan membereskan kotak P3k yang baru saja dikeluarkan.“Biar aku saja,” ujar Marvel, mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi Mega menghindar.Dengan senyuman nakal, Mega berkata, “Kalau luka sekecil ini saja perlu diobati Pak Marvel, aku khawatir besok aku bakal langsung dipecat.”Marvel terhibur oleh candaannya, alisnya yang tadi sedikit mengerut pun perlahan mengendur.Mega tiba-tiba mendekat, mengangkat tangan dan menyentuh keningnya.Marvel terdiam dan tidak bergerak.“Kakak senior,” bisik Mega sambil berjinjit, sepasang mata indahnya menatap lur

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 24

    Dulu, Violen pernah berusaha keras untuk menyenangkan teman-teman di sekitar Marvel, berharap mereka bisa menerima dirinya. Tapi sudah habis tenaga, hasilnya tetap sia-sia.Violen masih ingat, pernah suatu kali saat ulang tahun Wiliam, dirinya melihat kondisi tubuh Wiliam yang kurang bertenaga, jadi dia dengan sepenuh hati meracik sebuah resep obat penambah energi dan darah.Dia bahkan menghabiskan waktu seminggu penuh untuk merebus dan mengolahnya menjadi pil yang mudah diminum, lalu membungkusnya satu per satu dengan rapi.Di hari ulang tahun Wiliam, Violen memberikannya langsung padanya.Saat itu, ekspresi Wiliam sangat sulit ditebak. Dia menerima dengan senyuman setengah mengejek dan berkata, “Terima kasih sudah repot-repot.”Namun saat hendak pulang, Violen malah melihat pil-pil obat itu tergeletak di tempat sampah dekat pintu.Yang pertama muncul dalam hatinya saat itu hanyalah rasa sedih dan tersinggung. Dia bahkan sempat menyalahkan diri sendiri, apakah hadiah yang dia berikan

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 23

    “Pak Marvel, jangan mempersulit nyonya. Aku benar-benar baik-baik saja. Nyonya juga nggak sengaja menyakitiku,” ujar Mega yang baik hati meredakan situasi.“Sebentar lagi ada rapat, aku pergi menyiapkan ruang rapat.”“Aku ikut denganmu,” ujar Marvel yang menatap Violen dengan dalam. “Violen, aku sangat kecewa dengan kejadian hari ini. Renungkan baik-baik. Kita bicarakan lagi nanti di rumah.”Usai bicara, Marvel berbalik dan memerintahkan Vicky, “Nanti, antar nyonya pulang.”“Biak.”Violen berdiri di tempatnya, melihat Marvel dan Mega berjalan pergi berdampingan. Punggung mereka terlihat serasi. Saat berjalan, ujung rok Mega bergesekan dengan celana jas Marvel.Di tengah-tengah itu, kaki Mega terkilir dan Marvel langsung reflek memapahnya.Meskipun tahu Violen tak bisa melihat, Vicky pun merasa iba dan menghalangi pandangan Violen.“Nyonya, ayo aku antarkan pulang.”“Pak Vicky, bisa tolong buatkan aku kopi? Aku mau tinggal sebentar di kantor lamaku, boleh?”“Tentu saja boleh. Kalau beg

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 22

    Detik berikutnya, terdengar suara Marvel yang penuh amarah,“Violen, apa yang kamu lakukan?”Violen menatap lewat kacamata hitamnya, melihat Marvel melangkah cepat menghampiri. Alisnya yang indah berkerut, sorot matanya penuh rasa sayang pada Mega dan tidak puas pada dirinya. Karena dirinya ‘tak bisa melihat’, Marvel bahkan tak berusaha menyembunyikan ekspresinya.“Pak Marvel, ini bukan salah nyonya!” Mega buru-buru meraih lengan Marvel dengan lembut dan melanjutkan, “Aku sendiri yang nggak sengaja terjepit pintu.”Vicky melihat semuanya dengan jelas sejak awal hingga akhir. Dia pun tak tahan dan membela Violen, “Pak Marvel, kamu salah paham. Ini benar-benar hanya sebuah kecelakaan.”Marvel selalu mementingkan citra dan harga diri. Dia pun diam dan tidak berbicara lebih banyak, hanya mengulurkan tangan ke arah Mega.“Biar kulihat.”Mega yang tadinya berusaha menyembunyikan tangannya di belakang, ragu sebentar, lalu tetap menyerahkannya, meletakkannya dengan lembut di telapak tangan Ma

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 21

    Sudut bibir Mega yang tadinya terangkat, kini membeku.Delis juga membelalakkan matanya. Seketika, dia tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Tapi, setelah sadarkan diri, dia hampir berteriak kegirangan.Violen melanjutkan dengan tenang, “Saat aku bergabung tujuh tahun yang lalu, aku tanda tangan kontrak sepuluh tahun dengan perusahaan. Kecuali aku sendiri yang mengundurkan diri secara sukarela, posisi manajer divisi riset ini akan tetap menjadi milikku selama sepuluh tahun. Beberapa hari lagi, aku bakal kembali bekerja seperti biasa.”Dia meninggikan suara agar semua divisi dapat mendengarnya dengan jelas, “Tentu saja, kalau ada yang ingin mengikuti Bu Mega, aku nggak akan menghalangi. Aku akan menyarankan Pak Marvel untuk buka divisi riset kedua. Kalian terserah mau tetap tinggal atau pergi.”Jika sebelumnya semua yang dia lakukan dalam pekerjaan adalah demi Marvel, maka mulai hari ini, dia hanya berjuang untuk dirinya sendiri!Posisi manajer divisi riset adalah posisi yang

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 20

    Tak perlu diragukan, wanita ini adalah Violen yang telah menjadi mayat hidup selama lima tahun!Setelah memastikan identitas Violen, Lina menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan jijik dan permusuhan yang tak bisa disembunyikan.Violen tidak peduli.Jelas sekali, Lina adalah anak buah Mega. Jadi, wajar saja kalau Lina tidak menyukainya.Lina berjalan santai menghampirinya dan berkata, “Nona Violen, aku sudah lama mendengar namamu…”Violen mengangkat alisnya dan tersenyum, “Nona Violen? Sejak tujuh tahun lalu, semua orang di kantor ini memanggilku manajer Violen atau Nyonya Lous. Kamu nggak mengakui jabatanku sebagai manajer atau nggak menganggapku sebagai istri Pak Marvel?”Saat Violen mengatakan ini, senyuman tipis terukir di wajahnya. Nadanya terdengar lembut, tetapi sebenarnya mengandung sindiran yang tajam. Lina langsung canggung karena diserang balik seperti itu.Tiba-tiba, dia melihat seorang wanita berjalan dari belakang, matanya langsung berbinar dan melamb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status