공유

Bab 2

작가: Liliana
Di dalam ruang rawat.

Violen duduk dengan tenang di ranjang, beberapa dokter dan perawat sedang memeriksanya.

Violen sendiri yang menekan bel di samping tempat tidur untuk memberitahu perawat bahwa dirinya sudah sadar.

Dia sudah merasa muak menjadi manusia koma selama lima tahun!

Kini, dirinya sudah sadar.

Pernikahan ini pun sudah waktunya berakhir!

Masa mudanya mungkin telah habis sia-sia, tapi harta, karir... dan yang paling penting, kedua anaknya, semuanya akan dia rebut kembali. Dia tidak akan membiarkan pria itu begitu saja!

Tujuan terakhir Violen adalah membuat Marvel kehilangan hak asuh dan diceraikan tanpa mendapat harta sepeser pun!

Namun, setelah lima tahun kekosongan, dirinya masih butuh waktu untuk menyiapkan diri menghadapi perceraian…

Violen melirik pintu dan melihat ujung pakaian Marvel.

Waktunya telah tiba!

“Dok, apa yang terjadi dengan mataku?” tanya Violen dengan panik, “Kok begitu bangun, aku nggak bisa lihat apa-apa?”

Marvel yang baru masuk mendengar pertanyaan itu, lalu mengerutkan alis dengan cemas dan berjalan ke samping ranjang.

“Violen,” panggilnya lembut.

Violen merasa jijik di hati.

“Marvel, akhirnya kamu datang juga,” katanya sambil menahan mual. Dengan tatapan kosong, dia pura-pura buta dan meraih Marvel.

Dia mencium aroma parfum wanita yang masih tersisa di tubuhnya.

“Marvel, aku takut… aku nggak bisa melihatmu…”

Marvel memeluk dan menenangkannya dengan lembut, “Jangan takut, aku di sini. Nggak peduli berapa pun biayanya, aku akan memastikan matamu pulih!”

Dokter Jack berkata, “Pak Marvel , jangan terlalu khawatir. Mata Bu Violen nggak ada masalah serius, mungkin karena terlalu lama koma, saraf penglihatannya belum pulih sepenuhnya…”

Marvel pun bertanya lagi, “Berapa lama untuk bisa pulih total?”

Raut wajah Dokter Jack tampak rumit dan tidak berani menjamin.

“Waktu pemulihan tergantung kondisi pasien. Paling cepat dua atau tiga bulan, kalau lebih lama lagi, itu nggak bisa dipastikan.”

Violen bersandar dengan lemah dan tak berdaya di pelukan Marvel. Tatapan matanya tampak begitu dingin.

Dia bisa merasakan tubuh Marvel yang tegang mulai rileks.

Si buta yang tidak bisa dipastikan kapan bisa kembali melihat, cukup membuat Marvel menurunkan kewaspadaannya.

Violen langsung mengajukan permintaan, “Marvel, aku nggak mau tinggal di rumah sakit lagi. Aku mau pulang. Begitu mataku sembuh nanti, aku mau orang pertama yang kulihat itu kamu dan anak kita.”

Dokter Jack pun ikut menyarankan, “Pak Marvel, biarkan Bu Violen kembali ke lingkungan yang familiar akan lebih mendukung pemulihan matanya.”

Marvel berpikir selama dua detik, akhirnya dia pun setuju untuk membawa Violen pulang ke rumah.

Kaki Violen lemas, dia belum bisa berjalan sendiri untuk sementara. Marvel meminjam kursi roda rumah sakit dan mendorongnya turun.

Violen teringat saat Marvel memeluk Mega tadi, tiba-tiba dia merasa konyol.

Marvel bahkan bersedia memeluk wanita lain, tapi tak bersedia menggendongnya.

Di dalam lift ada cermin, Violen menatap Marvel di belakangnya lewat kacamata hitam.

Lima tahun berlalu, dia tetap tampan, bahkan semakin menambah pesona pria dewasa.

Sementara dirinya kini kurus tak terbentuk, seperti disedot habis seluruh energinya.

Dalam hubungan ini, memang benar dia merasa seluruh keberuntungannya sudah disedot habis oleh Marvel…

Di sisi lain, setelah Marvel mendorong Violen pergi. Dokter Jack diam-diam menekan sebuah nomor telepon.

“Pak Billy, nyonya… oh bukan, maksudku Bu Violen…” ujar Dokter Jack dengan gagap, karena salah panggil, dia nyaris tergigit lidah dan buru-buru memperbaiki kata-katanya, “Akhirnya sudah sadar…”

Di lantai bawah.

Violen menatap sekeliling dengan tenang. Mega dan kedua anaknya tidak ada, sepertinya sudah pulang lebih dulu.

Marvel mendorong Violen ke kursi depan samping pengemudi dan membuka pintu. Pandangan pertama Violen tertuju pada lipstik Chanel yang jatuh di kursi.

Marvel menatapnya sekejap, lalu diam-diam mengambil lipstik itu dan memasukkannya ke dalam saku. Kemudian tanpa ragu menggendong Violen ke kursi depan samping pengemudi.

“Marvel,” panggil Violen, lalu bertanya padanya, “Selama lima tahun aku koma, ada wanita lain yang duduk di kursi depan ini?”

“Tentu saja nggak ada,” bantah Marvel langsung. Dia berhenti sejenak, setengah bercanda berkata, “Seluruh Kota Makos pun tahu istriku terkenal galak, seorang gadis yang berani masuk ke markas penculik dengan pistol.”

Galak?

Benar, saat baru menikah tak lama, Marvel pernah diculik. Polisi bergerak lambat, jadi Violen sudah hampir gila, memanfaatkan segala koneksi untuk melacaknya dan akhirnya menemukannya.

Dia membawa sekotak uang dan satu pistol, mempertaruhkan nyawanya untuk menukar Marvel.

Marvel juga pernah bersumpah tidak akan mengkhianatinya.

Lampu merah menyala, mobil pun berhenti di lampu lalu lintas.

Tiba-tiba, Marvel menoleh melihatnya.

“Violen, bagaimana perasaanmu selama lima tahun koma?”

Violen menatapnya dingin lewat kacamata hitam saat Marvel meraih tangannya.

“Aku merasa mimpiku sangat panjang, mimpinya gelap gulita, tanpa suara, tanpa cahaya… sangat menakutkan.”

Mendengar jawaban yang diinginkan, raut wajah Marvel pun menjadi rileks. Dia menepuk punggung tangannya.

“Semuanya sudah berakhir, Violen. Kita sudah pulang.”

Violen menajamkan sudut bibirnya dan berkata, “Iya, semuanya sudah berakhir.”

Marvel, hubungan antara kita juga sudah berakhir.

Selanjutnya, waktunya kamu menebus semuanya!

Lampu hijau menyala, Marvel menginjak pedal gas, mobil pun melaju. Dari arah berlawanan, sebuah maybach hitam melaju kencang. Saat melewainya, wajah Violen yang mengenakan kacamata hitam itu sekilas terlihat dari balik kaca gelap kursi belakang maybach itu.

Di dalam mobil, wajah seorang pria seperti patung tersembunyi dalam kegelapan, memancarkan aura dingin yang tak dapat didekati.

Namun, saat wajah Violen melintas di matanya, tiba-tiba pria itu membelalakkan matanya.

Dia menurunkan kaca mobil dan matanya menatap keluar.

“Pak Billy, ada apa?” tanya Stevan, asistennya yang duduk di kursi depan samping pengemudi sambil menoleh ke belakang.

Dia belum pernah melihat bos besar begitu kehilangan kendali.

“Nggak apa-apa…”

Mobil bentley itu menjauh, mengecil hingga menjadi titik yang tak terlihat.

Billy perlahan menarik pandangannya kembali. Tak jauh dari sana, papan nama gedung Grup Sentosa menjulang, megah di bawah gelapnya malam.

Dia menyipitkan matanya.

Entah apa yang dia pikirkan, bibir tipisnya melengkung membentuk senyuman sinis.

“Violen,” ujarnya menyebutkan nama itu dengan serak. Di balik nada suaranya yang lembut itu, tersembunyi perasaan yang dalam.

Dengan perlahan, dia berkata lagi, “Pantaskah?”
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 25

    Marvel sedang berada di ruangan kantor. Dia baru saja membantu Mega mengobati punggung tangannya yang memerah karena terjepit. Tiba-tiba, ponsel di sampingnya bergetar.Marvel mengambilnya, sekilas melihat pesan dari Wiliam, dia pun langsung merasa tak tahu harus bilang apa.Wiliam memang sudah lama meremehkan Violen. Jadi, Marvel juga tak menanggapinya, hanya meletakkan ponselnya begitu saja.Hanya waktu sebentar, Mega sudah dengan cekatan membereskan kotak P3k yang baru saja dikeluarkan.“Biar aku saja,” ujar Marvel, mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi Mega menghindar.Dengan senyuman nakal, Mega berkata, “Kalau luka sekecil ini saja perlu diobati Pak Marvel, aku khawatir besok aku bakal langsung dipecat.”Marvel terhibur oleh candaannya, alisnya yang tadi sedikit mengerut pun perlahan mengendur.Mega tiba-tiba mendekat, mengangkat tangan dan menyentuh keningnya.Marvel terdiam dan tidak bergerak.“Kakak senior,” bisik Mega sambil berjinjit, sepasang mata indahnya menatap lur

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 24

    Dulu, Violen pernah berusaha keras untuk menyenangkan teman-teman di sekitar Marvel, berharap mereka bisa menerima dirinya. Tapi sudah habis tenaga, hasilnya tetap sia-sia.Violen masih ingat, pernah suatu kali saat ulang tahun Wiliam, dirinya melihat kondisi tubuh Wiliam yang kurang bertenaga, jadi dia dengan sepenuh hati meracik sebuah resep obat penambah energi dan darah.Dia bahkan menghabiskan waktu seminggu penuh untuk merebus dan mengolahnya menjadi pil yang mudah diminum, lalu membungkusnya satu per satu dengan rapi.Di hari ulang tahun Wiliam, Violen memberikannya langsung padanya.Saat itu, ekspresi Wiliam sangat sulit ditebak. Dia menerima dengan senyuman setengah mengejek dan berkata, “Terima kasih sudah repot-repot.”Namun saat hendak pulang, Violen malah melihat pil-pil obat itu tergeletak di tempat sampah dekat pintu.Yang pertama muncul dalam hatinya saat itu hanyalah rasa sedih dan tersinggung. Dia bahkan sempat menyalahkan diri sendiri, apakah hadiah yang dia berikan

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 23

    “Pak Marvel, jangan mempersulit nyonya. Aku benar-benar baik-baik saja. Nyonya juga nggak sengaja menyakitiku,” ujar Mega yang baik hati meredakan situasi.“Sebentar lagi ada rapat, aku pergi menyiapkan ruang rapat.”“Aku ikut denganmu,” ujar Marvel yang menatap Violen dengan dalam. “Violen, aku sangat kecewa dengan kejadian hari ini. Renungkan baik-baik. Kita bicarakan lagi nanti di rumah.”Usai bicara, Marvel berbalik dan memerintahkan Vicky, “Nanti, antar nyonya pulang.”“Biak.”Violen berdiri di tempatnya, melihat Marvel dan Mega berjalan pergi berdampingan. Punggung mereka terlihat serasi. Saat berjalan, ujung rok Mega bergesekan dengan celana jas Marvel.Di tengah-tengah itu, kaki Mega terkilir dan Marvel langsung reflek memapahnya.Meskipun tahu Violen tak bisa melihat, Vicky pun merasa iba dan menghalangi pandangan Violen.“Nyonya, ayo aku antarkan pulang.”“Pak Vicky, bisa tolong buatkan aku kopi? Aku mau tinggal sebentar di kantor lamaku, boleh?”“Tentu saja boleh. Kalau beg

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 22

    Detik berikutnya, terdengar suara Marvel yang penuh amarah,“Violen, apa yang kamu lakukan?”Violen menatap lewat kacamata hitamnya, melihat Marvel melangkah cepat menghampiri. Alisnya yang indah berkerut, sorot matanya penuh rasa sayang pada Mega dan tidak puas pada dirinya. Karena dirinya ‘tak bisa melihat’, Marvel bahkan tak berusaha menyembunyikan ekspresinya.“Pak Marvel, ini bukan salah nyonya!” Mega buru-buru meraih lengan Marvel dengan lembut dan melanjutkan, “Aku sendiri yang nggak sengaja terjepit pintu.”Vicky melihat semuanya dengan jelas sejak awal hingga akhir. Dia pun tak tahan dan membela Violen, “Pak Marvel, kamu salah paham. Ini benar-benar hanya sebuah kecelakaan.”Marvel selalu mementingkan citra dan harga diri. Dia pun diam dan tidak berbicara lebih banyak, hanya mengulurkan tangan ke arah Mega.“Biar kulihat.”Mega yang tadinya berusaha menyembunyikan tangannya di belakang, ragu sebentar, lalu tetap menyerahkannya, meletakkannya dengan lembut di telapak tangan Ma

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 21

    Sudut bibir Mega yang tadinya terangkat, kini membeku.Delis juga membelalakkan matanya. Seketika, dia tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Tapi, setelah sadarkan diri, dia hampir berteriak kegirangan.Violen melanjutkan dengan tenang, “Saat aku bergabung tujuh tahun yang lalu, aku tanda tangan kontrak sepuluh tahun dengan perusahaan. Kecuali aku sendiri yang mengundurkan diri secara sukarela, posisi manajer divisi riset ini akan tetap menjadi milikku selama sepuluh tahun. Beberapa hari lagi, aku bakal kembali bekerja seperti biasa.”Dia meninggikan suara agar semua divisi dapat mendengarnya dengan jelas, “Tentu saja, kalau ada yang ingin mengikuti Bu Mega, aku nggak akan menghalangi. Aku akan menyarankan Pak Marvel untuk buka divisi riset kedua. Kalian terserah mau tetap tinggal atau pergi.”Jika sebelumnya semua yang dia lakukan dalam pekerjaan adalah demi Marvel, maka mulai hari ini, dia hanya berjuang untuk dirinya sendiri!Posisi manajer divisi riset adalah posisi yang

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 20

    Tak perlu diragukan, wanita ini adalah Violen yang telah menjadi mayat hidup selama lima tahun!Setelah memastikan identitas Violen, Lina menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan jijik dan permusuhan yang tak bisa disembunyikan.Violen tidak peduli.Jelas sekali, Lina adalah anak buah Mega. Jadi, wajar saja kalau Lina tidak menyukainya.Lina berjalan santai menghampirinya dan berkata, “Nona Violen, aku sudah lama mendengar namamu…”Violen mengangkat alisnya dan tersenyum, “Nona Violen? Sejak tujuh tahun lalu, semua orang di kantor ini memanggilku manajer Violen atau Nyonya Lous. Kamu nggak mengakui jabatanku sebagai manajer atau nggak menganggapku sebagai istri Pak Marvel?”Saat Violen mengatakan ini, senyuman tipis terukir di wajahnya. Nadanya terdengar lembut, tetapi sebenarnya mengandung sindiran yang tajam. Lina langsung canggung karena diserang balik seperti itu.Tiba-tiba, dia melihat seorang wanita berjalan dari belakang, matanya langsung berbinar dan melamb

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status