공유

Bab 7

작가: Liliana
Setelah mengantar kedua anaknya ke sekolah, Marvel langsung mengemudi menuju kantor.

Begitu melangkah masuk ke lobi kantor, asistennya, Vicky langsung menyambutnya.

Ekspresinya agak serius dan melaporkan, “Pak Marvel, ada kabar terbaru. Pemegang saham utama Farmasi Luxee sudah berganti orang!”

Seketika, raut wajah Marvel langsung berubah. Dia menerima tablet dari tangan Vicky dan menunduk membaca, berita utama di koran keuangan pagi itu menuliskan,

[Perusahaan farmasi terbesar, Farmasi Luxee mengalami perubahan besar dalam struktur kepemilikan! Mantan direktur, Andre menjual 25% saham miliknya kepada pihak misterius semalam. Identitas pembeli belum terungkap! ]

Vicky melangkah cepat mengikuti di belakang bosnya, sambil lanjut melaporkan,

“Pak Marvel, berdasarkan penyelidikanku, selain membeli 25% saham Andre, pembeli misterius itu juga sudah mengakuisisi saham dari para pemegang kecil dalam setengah tahun terakhir. Kalau ditotal, sekarang dia memegang lebih dari 50% saham!”

Memegang lebih dari 50% saham, ini artinya orang misterius itu sudah resmi menjadi bos yang bisa menaklukkan Farmasi Luxee!

Vicky mendorong posisi kacamatanya, lalu berkata, “Pak Marvel, saat ini Farmasi Luxee adalah salah satu mitra kerja terbesar kita. Ini adalah proyek yang berhasil didapatkan Bu Violen lima tahun lalu dan kontraknya sudah habis bulan lalu. Untuk memperpanjangnya, pihak mereka selalu menunda. Sekarang malah ganti pemilik baru dan identitasnya sama sekali belum bisa kita lacak…”

Marvel masuk ke dalam lift, wajahnya yang muram terpantul di dinding kaca.

“Bagaimana dengan Andre? Nggak ada bocoran sedikitpun?”

Vicky memberanikan diri menjawab, “Andre sudah membawa keluarganya keluar negeri pagi ini. Mungkin hanya Bu Violen yang tahu kontak pribadinya. Tapi, dengan kondisi Bu Violen saat ini…”

Raut wajah Marvel semakin muram.

Marvel tidak pernah mengumumkan kabar kalau Violen sudah sadar dan memang tidak berniat mengumumkannya.

Dulu, alasan Farmasi Luxee mau memilih Grup Sentosa dari sekian banyak perusahaan lain adalah karena Violen.

Violen pernah menyelamatkan nyawa istri Andre, jadi Andre dengan senang hati memberi Grup Sentosa kesempatan. Waktu itu, meski sedang hamil, Violen tetap berjuang keras dan menyerahkan proposal pengembangan obat baru yang luar biasa, membuat Andre benar-benar kagum. Itulah sebabnya kontrak kerja sama langsung ditandatangani lima tahun penuh.

Tatapan Marvel sangat tajam, memancarkan aura mengancam, “Jadi tanpa Violen, Grup Sentosa nggak bisa bertahan? Nggak peduli pakai cara apapun, dalam tiga hari aku mau dapat kabar siapa pemilih baru Farmasi Luxee itu!”

“Baik!” jawab Vicky.

Dengan menahan emosi, Marvel masuk ke kantornya. Begitu membuka pintu, dia melihat Mega sedang membungkuk merapikan meja kerjanya.

Mega mengenakan setelan kerja, rok pensil putih ketat yang membuat lekuk tubuhnya semakin jelas.

Marvel menelan ludah tanpa sadar, lalu buru-buru mengalihkan pandangan.

Mega menoleh karena mendengar suara langkah kaki, lalu tersenyum lembut padanya, “Selamat pagi, Pak Marvel.”

Belum sempat Marvel menjawab, ponselnya berdering, panggilan dari telepon rumah.

Tak perlu ditebak, pasti dari Violen.

Sekarang, setiap kali teringat dengan Violen, pikirannya langsung terseret dengan urusan Farmasi Luxee. Itu membuat perasaannya sangat jengkel.

Marvel menarik napas dalam dan memenangkan dirinya sendiri, lalu mengangkatnya.

Seperti biasa, Marvel menggunakan suara yang lembut.

“Ada apa, Violen?”

Violen berkata, “Marvel, ada satu hal yang lupa kubilang. Aku mau panggil orang untuk merenovasi taman, kamu nggak keberatan, ‘kan?”

Marvel langsung mengerutkan alisnya.

Renovasi taman yang dimaksud mungkin hanya sebatas membersihkan rumput-rumput saja.

Bagaimanapun juga, taman penuh bunga tulip itu adalah hasil kerja keras Violen sendiri. Dia tak mungkin rela mengubah apapun di sana.

Mengingat itu, Marvel merasa sangat konyol. Dirinya hanya pernah sekilas menyebut suka bunga tulip, Violen langsung menanamkannya memenuhi seluruh halaman dan merawatnya dengan penuh perhatian, sampai tangannya penuh luka.

Dan cukup satu senyuman darinya, Violen merasa semua itu sepadan.

Suka dan duka Violen selalu berpusat padanya. Sebenarnya, Marvel juga sempat tersentuh.

Sebagai seorang istri, Violen memang nyaris sempurna.

Dia bisa membantu suaminya memperkokoh posisi perusahaan dan dalam kehidupan rumah tangga, dia pun bisa menjaganya dengan sepenuh hati.

Hanya saja, karena Violen terlalu mudah ditebak, Marvel merasa hidup bersamanya terlalu membosankan.

“Kamu putuskan sendiri saja kalau soal rumah,” jawab Marvel, kemudian dengan tatapan datar, dia melanjutkan, “Aku lanjut kerja dulu.”

Mega berjalan mendekat dengan hak tingginya, lalu menambahkan, “Pak Marvel, rapat sudah bisa dimulai.”

Di balik telepon, Violen jelas mendengar suara manja Mega. Dia pun tersenyum dingin dalam hati.

Jam segini, Marvel pasti baru tiba di kantor, tapi mereka berdua sudah begitu tidak sabar…

Dengan penuh pengertian, Violen berkata, “Kalau begitu rapat saja dulu, aku nggak mengganggumu lagi.”

Marvel pun hendak menutup telepon, tapi suara sambungan terputus sudah lebih dulu terdengar.

Marvel terdiam sejenak, menatap layar ponsel dengan kening berkerut.

Violen menutup teleponnya lebih dulu?

Padahal dulu, Violen selalu menunggu sampai dirinya yang menutup sambungan lebih dulu…

“Pak Marvel, kenapa?” tanya Mega dengan suara lembut yang menarik kembali pikirannya.

Mega mengangkat wajah mungilnya, menatap Marvel dengan penuh perhatian. Sementara dada yang berisi tanpa sengaja bersentuhan dengan lengan pria itu.

Marvel juga tidak menghindar.

Mega tersenyum samar, lalu semakin mendekat. Jari-jarinya terulur manja untuk mengusap alis Marvel yang berkerut.

“Kak Violen membuatmu kesal?”

Violen memang benar membuatnya kesal kali ini.

Namun, alasannya terlalu tidak masuk akal untuk diucapkan, hanya karena dia lebih dulu menutup telepon darinya…

Entah kenapa, Marvel merasa kalau Violen yang baru tersadar kembali, seakan sudah tidak sama lagi seperti dulu.

Tiba-tiba, perasaannya pun agak gelisah.

Tepat saat dia hendak menyingkirkan tangan Mega, pintu di belakang terbuka.

“Wah, sepertinya aku datang di waktu yang salah,” ujar seorang pria yang terdengar santai dan penuh canda, “Mengganggu Kak Marvel dan Kakak Ipar.”

Wajah Mega memerah, dia pun buru-buru menarik tangannya, lalu menyapa, “Kak Rocky.”

Yang datang adalah Rocky Firnan. Keluarga Firnan dan Keluarga Lous adalah sahabat lama. Rocky dan Marvel bukan hanya teman masa kecil, tapi juga teman seasrama saat kuliah.

Setelah Mega keluar, barulah Marvel menatap Rocky dan menegurnya, “Jangan asal bicara.”

Rocky dengan acuh tak acuh duduk di sofa seberang.

“Nggak ada orang lain juga di sini. Lagipula, waktu kuliah dulu aku juga selalu memanggilnya begitu…”

Marvel langsung melemparkan berkas di tangannya.

Rocky langsung menghindar. Wajah santainya berubah menjadi serius, lalu berkata, “Marvel, aku datang mau bicarakan hal penting. Kamu pasti sudah dengar kabar tentang pergantian pemilik di Farmasi Luxee, ‘kan?”

Marvel pun agak pusing dan menjawab, “Aku juga sedang menyuruh orang mencari tahu siapa bos barunya.”

Rocky mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, mendekati Marvel, lalu berbisik dengan nada penuh rahasia, “Aku dengar dari ayahku, kemungkinan besar pemilik Farmasi Luxee itu adalah Keluarga Gazoz!”

Mendengar kata Keluarga Gazoz, raut wajah Marvel pun sedikit berubah.
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 25

    Marvel sedang berada di ruangan kantor. Dia baru saja membantu Mega mengobati punggung tangannya yang memerah karena terjepit. Tiba-tiba, ponsel di sampingnya bergetar.Marvel mengambilnya, sekilas melihat pesan dari Wiliam, dia pun langsung merasa tak tahu harus bilang apa.Wiliam memang sudah lama meremehkan Violen. Jadi, Marvel juga tak menanggapinya, hanya meletakkan ponselnya begitu saja.Hanya waktu sebentar, Mega sudah dengan cekatan membereskan kotak P3k yang baru saja dikeluarkan.“Biar aku saja,” ujar Marvel, mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi Mega menghindar.Dengan senyuman nakal, Mega berkata, “Kalau luka sekecil ini saja perlu diobati Pak Marvel, aku khawatir besok aku bakal langsung dipecat.”Marvel terhibur oleh candaannya, alisnya yang tadi sedikit mengerut pun perlahan mengendur.Mega tiba-tiba mendekat, mengangkat tangan dan menyentuh keningnya.Marvel terdiam dan tidak bergerak.“Kakak senior,” bisik Mega sambil berjinjit, sepasang mata indahnya menatap lur

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 24

    Dulu, Violen pernah berusaha keras untuk menyenangkan teman-teman di sekitar Marvel, berharap mereka bisa menerima dirinya. Tapi sudah habis tenaga, hasilnya tetap sia-sia.Violen masih ingat, pernah suatu kali saat ulang tahun Wiliam, dirinya melihat kondisi tubuh Wiliam yang kurang bertenaga, jadi dia dengan sepenuh hati meracik sebuah resep obat penambah energi dan darah.Dia bahkan menghabiskan waktu seminggu penuh untuk merebus dan mengolahnya menjadi pil yang mudah diminum, lalu membungkusnya satu per satu dengan rapi.Di hari ulang tahun Wiliam, Violen memberikannya langsung padanya.Saat itu, ekspresi Wiliam sangat sulit ditebak. Dia menerima dengan senyuman setengah mengejek dan berkata, “Terima kasih sudah repot-repot.”Namun saat hendak pulang, Violen malah melihat pil-pil obat itu tergeletak di tempat sampah dekat pintu.Yang pertama muncul dalam hatinya saat itu hanyalah rasa sedih dan tersinggung. Dia bahkan sempat menyalahkan diri sendiri, apakah hadiah yang dia berikan

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 23

    “Pak Marvel, jangan mempersulit nyonya. Aku benar-benar baik-baik saja. Nyonya juga nggak sengaja menyakitiku,” ujar Mega yang baik hati meredakan situasi.“Sebentar lagi ada rapat, aku pergi menyiapkan ruang rapat.”“Aku ikut denganmu,” ujar Marvel yang menatap Violen dengan dalam. “Violen, aku sangat kecewa dengan kejadian hari ini. Renungkan baik-baik. Kita bicarakan lagi nanti di rumah.”Usai bicara, Marvel berbalik dan memerintahkan Vicky, “Nanti, antar nyonya pulang.”“Biak.”Violen berdiri di tempatnya, melihat Marvel dan Mega berjalan pergi berdampingan. Punggung mereka terlihat serasi. Saat berjalan, ujung rok Mega bergesekan dengan celana jas Marvel.Di tengah-tengah itu, kaki Mega terkilir dan Marvel langsung reflek memapahnya.Meskipun tahu Violen tak bisa melihat, Vicky pun merasa iba dan menghalangi pandangan Violen.“Nyonya, ayo aku antarkan pulang.”“Pak Vicky, bisa tolong buatkan aku kopi? Aku mau tinggal sebentar di kantor lamaku, boleh?”“Tentu saja boleh. Kalau beg

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 22

    Detik berikutnya, terdengar suara Marvel yang penuh amarah,“Violen, apa yang kamu lakukan?”Violen menatap lewat kacamata hitamnya, melihat Marvel melangkah cepat menghampiri. Alisnya yang indah berkerut, sorot matanya penuh rasa sayang pada Mega dan tidak puas pada dirinya. Karena dirinya ‘tak bisa melihat’, Marvel bahkan tak berusaha menyembunyikan ekspresinya.“Pak Marvel, ini bukan salah nyonya!” Mega buru-buru meraih lengan Marvel dengan lembut dan melanjutkan, “Aku sendiri yang nggak sengaja terjepit pintu.”Vicky melihat semuanya dengan jelas sejak awal hingga akhir. Dia pun tak tahan dan membela Violen, “Pak Marvel, kamu salah paham. Ini benar-benar hanya sebuah kecelakaan.”Marvel selalu mementingkan citra dan harga diri. Dia pun diam dan tidak berbicara lebih banyak, hanya mengulurkan tangan ke arah Mega.“Biar kulihat.”Mega yang tadinya berusaha menyembunyikan tangannya di belakang, ragu sebentar, lalu tetap menyerahkannya, meletakkannya dengan lembut di telapak tangan Ma

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 21

    Sudut bibir Mega yang tadinya terangkat, kini membeku.Delis juga membelalakkan matanya. Seketika, dia tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Tapi, setelah sadarkan diri, dia hampir berteriak kegirangan.Violen melanjutkan dengan tenang, “Saat aku bergabung tujuh tahun yang lalu, aku tanda tangan kontrak sepuluh tahun dengan perusahaan. Kecuali aku sendiri yang mengundurkan diri secara sukarela, posisi manajer divisi riset ini akan tetap menjadi milikku selama sepuluh tahun. Beberapa hari lagi, aku bakal kembali bekerja seperti biasa.”Dia meninggikan suara agar semua divisi dapat mendengarnya dengan jelas, “Tentu saja, kalau ada yang ingin mengikuti Bu Mega, aku nggak akan menghalangi. Aku akan menyarankan Pak Marvel untuk buka divisi riset kedua. Kalian terserah mau tetap tinggal atau pergi.”Jika sebelumnya semua yang dia lakukan dalam pekerjaan adalah demi Marvel, maka mulai hari ini, dia hanya berjuang untuk dirinya sendiri!Posisi manajer divisi riset adalah posisi yang

  • Pak Marvel, Istrimu Yang Koma Menikah Lagi!   Bab 20

    Tak perlu diragukan, wanita ini adalah Violen yang telah menjadi mayat hidup selama lima tahun!Setelah memastikan identitas Violen, Lina menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan tatapan jijik dan permusuhan yang tak bisa disembunyikan.Violen tidak peduli.Jelas sekali, Lina adalah anak buah Mega. Jadi, wajar saja kalau Lina tidak menyukainya.Lina berjalan santai menghampirinya dan berkata, “Nona Violen, aku sudah lama mendengar namamu…”Violen mengangkat alisnya dan tersenyum, “Nona Violen? Sejak tujuh tahun lalu, semua orang di kantor ini memanggilku manajer Violen atau Nyonya Lous. Kamu nggak mengakui jabatanku sebagai manajer atau nggak menganggapku sebagai istri Pak Marvel?”Saat Violen mengatakan ini, senyuman tipis terukir di wajahnya. Nadanya terdengar lembut, tetapi sebenarnya mengandung sindiran yang tajam. Lina langsung canggung karena diserang balik seperti itu.Tiba-tiba, dia melihat seorang wanita berjalan dari belakang, matanya langsung berbinar dan melamb

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status