Setelah Theo pergi, Kayla meraih ponsel Theo yang berada di atas bantal. Dia ingin menghabiskan waktu dengan menonton video pendek. Tepat ketika dia hendak membuka kunci layar, dia melihat riwayat obrolan Theo dengan Carlos. "Apa kamu mengenal dokter andrologi?"Carlos membalas, "Potong saja. Dengan begitu, kamu bisa hidup tenang."Mungkin karena terlalu marah, Theo tidak menanggapi Carlos.Setengah jam kemudian, Theo naik ke atas untuk memanggil Kayla makan. Dia masih berbaring malas. Theo berdiri di samping kasur sambil menatapnya. "Pergi mandi sana, biar kubantu ambilkan pakaian?"Kayla membenamkan separuh wajahnya ke dalam selimut. "Ya."Theo mengusap kepala Kayla. Ketika dia hendak berbalik, Kayla tiba-tiba bangkit dan memeluk pinggangnya. "Theo, jangan melakukan pemeriksaan lagi. Kita jalani dengan alami saja?"Theo tertegun.Lengan lembut Kayla seperti sepotong besi yang menjepit pinggangnya. Bahkan melalui lapisan kain pun, dia dapat merasakan kehangatan di tubuh Kayla.Tangan
Theo tidak menangis, hanya saja matanya memerah. Matanya yang tertuju pada perut Kayla diselimuti dengan kebahagiaan, dia bahkan ingin mengulurkan tangan untuk menyentuh perut Kayla.Menghadapi tatapan Theo, Kayla merasa kurang nyaman. Dia memanyunkan bibir sambil berkata, "Sekarang masih sekecil kacang hijau, belum bisa berinteraksi denganmu. Ayo pergi, dokter masih menungguku di luar."Kayla mendorong Theo meninggalkan ruangan. Evi sedang menanyakan dokter hal-hal yang perlu diperhatikan selama masa kehamilan, mencakup makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain sebagainya. Dia seolah-olah tidak memiliki pengalaman melahirkan anak.Mengingat gaji bulanan yang tinggi dan bonus akhir tahun yang besar, dokter itu pun menjawab dengan sabar, "Nyonya Kayla bukan mual karena hamil, melainkan karena nggak sarapan dan mabuk perjalanan. Biasanya gejala mual akan muncul di minggu keenam, sedangkan masa menstruasinya baru telat sembilan hari. Untuk saat ini, belum ada gejala kehamilan."Melihat Th
Di sebuah ruangan yang gelap, seorang pria membelai kulit wanita dengan telapak tangannya. Dia membungkukkan badan, lalu perlahan-lahan mengecup kening, mata, bibir, telinga dan sepanjang leher wanita itu."Um ...."Wanita itu mengangkat lehernya dan mencondongkan badan ke arah pria itu. Meskipun jarak mereka sudah cukup dekat, dia masih merasa ada yang kurang dan ingin mendekat ke arah pria itu.Celine membuka matanya dan melihat langit-langit yang terselimuti dengan kegelapan. Pikirannya berhenti pada sensasi nikmat yang dia rasakan tadi. Seketika, dia tidak dapat membedakan apakah itu adalah mimpi atau kenyataan.Sekitar pukul 4 atau 5 subuh, suasana di dalam ruangan sangat sunyi. Angin yang berembus membuat gorden putih di balik jendela berguncang pelan.Dia menoleh ke arah Carlos yang berada di sampingnya, lalu naik ke atas badan Carlos dan mulai menundukkan kepala untuk membuka kancing piama Carlos.Carlos terbangun, tetapi kesadarannya belum pulih. Matanya yang setengah terbuka
Merlin menangis dengan wajah bengkak. "Kak Carlos, aku datang untuk mengantarkan pakaianmu yang ketinggalan, mungkin Kak Celine salah paham ...."Keluarga Carlos dan Keluarga Tomson tinggal di kompleks yang sama sehingga hubungan kedua keluarga sangat dekat. Carlos lebih tua lima tahun dari Merlin, bisa dibilang mereka tumbuh besar bersama. Dibandingkan dengan Celine yang dijemput pulang pada usia beralasan tahun, dia lebih dekat dengan Merlin.Carlos melirik jas yang berada di tangan Merlin dan melihat Celine tidak membantah perkataan Merlin, dia pun mengerutkan kening sambil berkata, "Ini ketinggalan di Vetro. Kalau kamu nggak senang, buang saja. Untuk apa memukulnya?"Celine berjalan menghampirinya, lalu membalas tatapannya sambil berkata, "Kalau dia bilang kotoran di jamban enak, apa kamu juga akan mencicipi kotoran itu?"Meskipun Celine mengucapkan kata-kata kasar seperti ini, dia tetap tampak sangat elegan. Kalau dia memakai kebaya, dia akan tampak seperti nyonya besar dari kelua
Aku mau berpisah baik-baik, tapi kamu nggak mau. Jadi aku terpaksa memintamu pindah. Aku sanggup menunggu selama dua tahun."Berdasarkan undang-undang yang berlaku, pasangan suami istri yang pisah rumah selama dua tahun boleh langsung bercerai.Celine mengangkat kelopak matanya, dia sama sekali tidak menyembunyikan sifatnya yang kejam dan dingin.Carlos tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia hanya diam menatap Celine.Hawa panas di kamar mandi dan suara percikan air membuat orang merasa kantuk. Celine mengerutkan kening, dia sudah tidak sabar ingin mengusir Carlos, tetapi Carlos malah tersenyum. Carlos menatap wajah putihnya sambil berkata dengan nada main-main, "Celine, baru berlalu dua tahun kamu sudah lupa?"Mengenang masa lalu, Carlos berkata dengan ekspresi sinis, "Pisah baik-baik? Beraninya kamu mengucapkan kata ini? Dulu kamu melakukan segala cara agar bisa menikah denganku. Sekarang kamu yang ingin bercerai, kenapa aku harus menuruti keinginanmu?"Celine dapat melihat amarah y
Celine memampangkan wajah tidak bersalah. "Kok jadi aku yang megarang rumor? Bukannya kamu yang bilang? Aku hanya membantumu menyebarkannya.""Kak, aku berkata demikian karena kamu mengabaikannya, kenapa kamu malah salah paham padaku."Merlin paling ahli dalam berakting menyedihkan. Bagaimanapun, keterampilan ini sudah diasah sejak kecil, dia sangat terampil. Saat masih berusia belasan tahun, entah sudah berapa kali Celine menderita karena keahliannya ini.Mengingat masa lalu yang kelam itu, hati Celine dipenuhi dengan amarah. Dia mendekati Merlin sambil tersenyum lancang, "Ya, aku membencimu. Jadi, adikku tercinta, kamu harus berhati-hati. Kalau suasana hatiku buruk, aku bisa saja membunuhmu untuk menghibur diri."Dia memiringkan kepalanya. Ekspresinya tampak sangat polos, tetapi perkataannya malah sangat keji. "Biar kuberi tahu satu hal, bagiku, membunuh bukanlah tindakan melanggar hukum."Awalnya Merlin sudah gemetaran menghadapi ekspresi liar Celine. Namun, mendengar kalimat terakh
Mendengar suara lembutnya, alis Carlos berkedut hebat. Carlos mengerutkan kening sambil menatapnya dengan dingin.Tatapan wanita itu terhadap Celine dipenuhi dengan aura permusuhan. Dia memindai Celine dari ujung kepala ke ujung kaki. Dia sangat optimis terhadap paras dan tubuhnya, bahkan merasa kalau dirinya bergabung di industri hiburan, dia akan memikat banyak penggemar dan menjadi artis papan atas. Namun, menghadapi Celine yang begitu percaya diri, dia merasa kurang nyaman.Melihat Carlos tidak menanggapi dan malah mengerutkan kening, dia pun merasa lega. Dia mengangkat tangannya untuk menggandeng lengan Carlos. "Siapa kamu? Apa kamu waras? Jangan asal memanggil orang 'sayang'."Celine memiringkan kepala sambil berkata dengan penuh maksud, "Jangan sampai kotor, ini adalah salah satu pakaian favoritku."Kemeja hitam pas badan itu membentuk bahu, pinggang dan lengan Carlos dengan sempurna.Wanita itu tertegun.'Orang ini pasti nggak waras, omong kosong apa yang dia bicarakan!'Dia he
Mendengar suara ini, Celine otomatis menoleh ke arah Carlos. Saat ini, wujud aslinya muncul, tidak terlihat sedikit pun sifat sembrono, lugas dan suka menantang di dalam dirinya, hanya tersisa kehampaan dan kebencian yang berlimpah di balik matanya yang jernih.Namun, situasi ini hanya berlangsung sesaat hingga membuat Carlos merasa bahwa dirinya salah sangka.Celine tersadar dari mimpi buruknya. Dia menoleh dengan panik. Ekspresinya tertutupi oleh rambutnya yang tergerai, sedangkan suaranya yang serak diselimuti dengan sedikit hawa dingin. "Ya."Carlos tertegun. "Kamu membenciku?"Celine memejamkan mata. Saat ini, dia malas berbasa-basi, apalagi menghabiskan tenaga untuk berdebat dengan Carlos. "Aku mau tidur sebentar. Kalau sudah sampai, panggil aku."Sikap Celine yang mencoba untuk menghindari pertanyaan membuat Carlos kesal. Carlos membelalakkan mata, lalu mengulurkan tangan untuk memutar wajah Celine dan memaksa Celine menatapnya. "Apa kamu berhak membenciku? Kamu yang memaksaku m